R15

28 2 4
                                    

Malam datang dalam kedipan mata. Para anggota kelompok KKN mulai berdatangan ke lapangan kantor desa. Mereka bahu-membahu membereskan dan merapikan semua hal yang berkaitan dengan tabligh akbar malam ini. Putra dipaksa untuk mengisi acara, mengaji untuk pembukaan acara malam ini. Irham dan Naren seperti biasa, menjadi tangan kanan cadangan Pak Lurah. Sedangkan anggota yang lain langsung berbaur membantu sebisanya.

Acara dibuka dengan pembacaan kitab suci Al-quran oleh Putra. Dilanjutkan dengan sambutan dari Pak Lurah dan Ketua Acara. Irham dan Narendra duduk bersisian di dalam aula desa bersama para petinggi desa, mubaligh dan para tetua desa. Segelas teh manis telah ditandaskan Irham, begitupun dengan Narendra. Irham memperhatikan gorengan dan lemper ayam yang tersaji dengan cantik di atas piring, ingin sekali ia memakannya. Namun karena segan, Irham tidak berani melakukan itu. Jadi ia hanya bisa meratapi perutnya yang lapar.

Seperempat acara, akhirnya Irham memberanikan diri untuk keluar dari Aula. Dengan alasan ingin ke kamar mandi, Irham berhasil kabur meninggalkan Narendra seorang diri. Irham lantas pergi ke bagian konsumsi yang bermarkas di belakang panggung. Ia dengan mudah mendapatkan banyak makanan dari para Ibu-Ibu. Irham akhirnya bisa bernapas lega karena telah memasukan dua potong kue pisang dan tiga bakwan ke dalam perutnya.

Tak lama Irham menikmati istirahatnya karena panggilan Kang Aep yang meminta Irham untuk membantunya membawakan air mineral untuk dibagikan kepada warga.

****

Usai ia membantu membawa berkarton-karton air mineral cup, Irham akhirnya bisa mengistirahatkan diri. Ia duduk terdiam di kursi hijau. Jauh dari keramaian, hampir tidak diterangi cahaya lampu. Manik matanya terpaku pada sosok gadis yang malam ini terlihat begitu senang. Entah karena apa, Irham tidak mengetahui alasannya.

Irham menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Ia memang duduk seorang diri. Adit berada di kursi depan sana, bersebelahan dengan Andin. Di samping Andin berjejer dengan rapi dari kiri ke kanan, Danika, Fadli, Naren, Komala dan Anton. Ternyata Naren juga telah berhasil keluar dari sana. Anggota kelompok yang lain juga duduk tersebar, berbaur dengan para warga. Irham cukup merasa senang karena anggota yang lain berbaur dengan para warga.

Kang Hendra menghampiri Irham dan duduk di samping laki-laki itu. Kang Hendra kemudian mengangsurkan sebungkus rokok yang langsung ditolak halus oleh Irham.

"Gimana besok?" Kang Hendra membuka percakapan di antara keduanya.

"Aman." Irham menjawab singkat.

Kang Hendra hanya menganggukan kepala, lalu menyulut sebatang rokok. Keduanya lalu mengobrol ringan seputar hal lain. Tak lama setelahnya, Kang Hendra menerima panggilan suara dan sibuk bercakap-cakap dengan seseorang melalui telepon. Irham yang sama sekali tidak berniat menguping memilih untuk memejamkan matanya. Ia merasa sedikit lelah. Setelah kegiatan hari ini ia akan tertidur dengan nyenyak nanti.

Tepukan ringan pada lututnya membangunkan Irham. Ia benar-benar tertidur rupanya. Ia bahkan tidak menyadari kang Hendra telah pergi. Irham membuka matanya lebar-lebar, Danika berdiri di hadapannya. Kedua tangannya penuh membawa segelas air teh dan sepiring cemilan.

"Sorry, tadi bangunin kamunya pake lutut aku." Matanya menatap ke arah lutut dirinya dan pada lutut Irham secara bergantian.

"Minum dulu nih." Sebelah tangan gadis itu terangsur kehadapan Irham. Setelah mengerang pelan dan membenahi duduknya, Irham meraih gelas berisi air teh berwarna pekat.

Danika duduk di samping Irham, pada kursi bekas duduk Kang Hendra tadi.
"Nih, cemilannya."

Irham tersenyum dan meraih sekeping biskuit dari piring. Ia juga menggumamkan terima kasihnya pada gadis itu.

Remeant : IrhamWhere stories live. Discover now