3

123 18 3
                                    

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is so difficult that I even stay up all night

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is so difficult that I even stay up all night.

Tidak boleh publikasikan ceritaku di website lain tanpa seizinku karena memikirkan alur cerita itu sulit sekali bahkan aku sering begadang.

Happy reading

🍁 Rian itu

Aku memeluk tubuh olivia sangat erat merasakan kehangatan pelukan seorang ibu tidak mau jauh darinya.

"Jangan mengulangi lagi ya." Ucap Olivia.

"Iya kaachan." Ucapku.

Olivia mencium kedua pipiku membuat aku tersenyum karena ini semua yah olivia menyayangiku cuma kesalahanku tahun lalu memang fatal merokok, dan meminum alkohol jadi olivia menghukumku pergi dari rumah selama setahun.

"Kaachan!" Panggilku.

"Iya." Ucap Olivia.

"Adik neechan disini ternyata." Ucap Robin.

Robin mencium pipi kananku begitu saja dan aku membalas dengan mencium kening robin.

"Neechan!" Rengekku.

"Kenapa hm?" Tanya Robin.

"Kaachan dan neechan cium aku bersamaan dong." Ucapku.

"Baiklah putra kaachan." Ucap Robin.

Aku mendapatkan ciuman di pipi kanan dan kiriku membuat aku sangat senang sekali akan hal ini.

"Kakakmu bilang punggungmu terkena luka cambuk dari ayahmu ya?" Tanya Olivia.

"Iya sudah berlalu." Ucapku.

"Kaachan berangkat kerja dulu ya jangan bertengkar." Ucap Olivia.

Olivia mencium keningku dan robin setelah itu pergi bekerja menyisakan aku dan robin berdua.

"Rian!" Panggil Robin.

"Hm." Gumamku.

Robin menarik tanganku dan aku mengikuti langkah kaki robin menuju ke kamar disana kulihat tumpukan buku entah kenapa firasatku buruk.

Aku akan akan kabur tapi robin menatapku datar dan aku menundukkan kepalaku takut akan tatapan robin.

"Neechan gomen aku lupa mengerjakan tugas." Ucapku.

"Kerjakan." Ucap Robin datar.

"Otakku tidak sampai neechan." Ucapku.

"Makanya saat guru menerangkan materi pelajaran tatap pakai kedua bola matamu bukan melirik saja." Ucap Robin datar.

"Aku kan tidak suka pelajaran matematika, fisika, kima, sains dan biologi." Keluhku.

"Mau neechan hukum dengan membakar semua koleksi berhargamu itu." Ancam Robin.

"Argh jangan dibakar!" Rengekku.

"Kerjakan!" Tegas Robin.

Aku mengambil buku milikku mengerjakan setumpuk tugas yang tidak kukerjakan minggu ini dan akhirnya malah menambah tugasku lagi.

Aku cemberut kearah robin dan mengerjakan tugas sangat malas sekali apalagi melihat rumus kimia yang buat mataku berkunang-kunang saja.

Aku memegang pulpen dan mengerutkan keningku mencoba menjawab setiap tugas yang kuingat rumusnya saja.

"Mengerti semua?" Tanya Robin.

"Neechan bantuin!" Rengekku.

"Kamu ini dek pas di luar sangar kayak singa giliran di rumah kayak kucing." Ucap Robin.

"Di luar harus melindungi neechan dan kaachan." Ucapku.

"Neechan ajarkan ya dan perhatikan baik-baik." Ucap Robin.

Aku mengganggukkan kepalaku dan mulai mendengarkan penjelasan robin tentang rumus yang kurang aku pahami.

Beberapa jam kemudian semua tugas yang menumpuk selesai juga membuat tangan kiriku pegal yah aku kidal sejak kecil.

"Eskulmu bagaimana?" Tanya Robin.

"Teman eskulku bilang aku aneh karena lebih sering menggunakan tangan kiriku." Ucapku.

"Neechan yakin kamu pasti mewujudkan mimpimu itu." Ucap Robin.

Aku tersenyum akan ucapan robin dan merasakan rambutku dielus lembut oleh robin.

"Tidur siang saja neechan akan membersihkan rumah dulu kan kemarin adek yang membereskan seisi rumah." Ucap Robin.

"Baiklah." Ucapku.

Aku naik ke kasur robin malas kembali ke kamarku. Aku menutup mataku membiarkan tubuhku beristirahat dengan nyaman.

"Tidur yang nyenyak kesayangannya neechan." Ucap Robin.

Robin mencium pipi kananku dan berlalu pergi keluar kamar untuk membersihkan rumah.

Malam harinya aku terbangun karena kelaparan gara-gara melewatkan jam makan siang.

Aku membuka pintu kamarku melihat robin sudah duduk di ruang tamu sambil membaca buku.

"Neechan!" Panggilku.

"Laper?" Tanya Robin.

"Mau steak sama es lemon." Ucapku.

"Delivery saja nanti bayar pakai uang neechan." Ucap Robin.

"Uangku habis ya?" Tanyaku.

"Kan kemarin ngeluh uangnya habis." Ucap Robin.

"Iya habis karena aku boros." Ucapku.

"Mandi sana." Ucap Robin.

"Dingin tidak mau." Ucapku.

"Mandi ya nanti tubuhmu tidak nyaman saat tidur." Ucap Robin.

"Oles minyak telon ya di punggung dan dadaku selesai mandi." Ucapku.

"Iya." Ucap Robin.

Aku masuk ke kamar mandi untuk segera mandi dan selesai aku mengigil kedinginan air di kamar mandi sangat dingin sekali. Aku memakai hodie dan celana training agar hangat.

Di ruang tamu aku menghampiri robin yang sudah menerima paket makanan yang kuminta sebelumnya.

"Neechan!" Panggilku.

Robin menyuruhku mendekat dan aku menurut saat dekat kulihat robin sudah memegang minyak telon di tangannya.

Aku membuka hodie yang sudah kupakai membiarkan robin mengoleskan minyak telon di punggung dan dadaku.

"Perutku juga neechan." Ucapku.

Robin menggangukkan kepala dan aku menatap polos saja setelah selesai robin mengoleskan minyak telon aku kembali memakai hodie.

Aku makan dengan tenang dan robin hanya mengelus surai rambutku saja.

🍁 Malas mengerjakan tugas

Nr Twins

~ 12 Oktober 2022 ~

✔️ Nico Robin Twins (oc male reader)Where stories live. Discover now