Bab 7

33K 2.8K 74
                                    

Dua malam ini ia menghabiskan waktu dengan duduk di halaman belakang sembari melihat kelap-kelip bintang, di temani udara dingin yang menusuk kulit. Taeyong hanya ingin menenangkan debaran jantung dan pikirannya akan sosok Jaehyun, bahkan ia berusaha untuk tidak bertatap mata dengan laki-laki tampan tersebut, dengan kata lain Taeyong menghindari Jaehyun saat ini.

Beruntung pula dalam dua hari itu Jaehyun memiliki pekerjaan yang membuat ia tak bisa berleha-leha. Pria itu akan menghabiskan banyak waktu di kantor, akan tetapi saat pulang ia akan membawakan makanan, buku cerita dan mainan untuk Mark, mereka akan bermain sebentar, selagi Taeyong masih sibuk membersihkan piring kotor bekas makan malam.

Dan Taeyong tak menyangka kalau pagi ini kepalanya terasa berat, suhu tubuh meningkat dan rasa dingin menguliti dirinya. Lemas menguasai diri, tenggorokan sakit dengan mata yang tak sanggup terbuka.

Pikirannya hanya tertuju pada satu hal yaitu Mark. Dengan susah payah Taeyong menggapai sisi ranjang dan menghela napas ketika merasa kalau Mark duduk tenang di sampingnya, beberapa mainan berserakan di sekitarnya.

"Bubu~" rengek batita itu melepaskan mainan dan bergerak untuk memeluk lengan Taeyong, "Bubu lapal."

Taeyong merutuki diri sendiri, tak seharusnya ia sakit dan membuat sang anak kelaparan, bahkan dia merasa bersalah pada sosok Jaehyun yang mungkin saat ini sedang menunggu untuk di buatkan sarapan.

Mencoba untuk membuka mata, menarik diri untuk duduk. Namun, tubuhnya benar-benar tidak kuat sama sekali.

"Bubu, ayo mam."

"Ma----" ucapan Taeyong terpotong ketika mendengar suara ketukan pintu, kemudian terdengar benda tersebut yang dibuka perlahan.

Ceklek!

Seseorang berdiri di ambang pintu, terdengar suara pekikan Mark yang begitu riang dan langkah kaki mendekat. Sebuah tangan besar nan hangat menangkup dahi Taeyong.

"Badanmu sangat panas Taeyong, aku akan membawakan kompres, bubur dan beberapa obat untukmu." Jaehyun menarik kembali tangannya, laki-laki bertubuh tegap itu membawa Mark dalam gendongannya, "Aku akan meminta bantuan seseorang untuk membuat sarapan Mark, tunggu sebentar, aku akan segera kembali."

Taeyong hanya diam dan membiarkan Jaehyun melakukan apa yang dia mau, mengeratkan selimut dan menenggelamkan wajahnya di bantal, tanpa sadar ia mulai memejamkan mata.

Tak lama setelah itu suara pintu kembali terdengar, Jaehyun masuk dengan nampan di tangannya. Laki-laki itu membangunkan Taeyong dengan cara menepuk pipinya pelan, membantu Taeyong untuk duduk dan meletakkan beberapa bantal sebagai sandaran, "Sekarang, ayo makan bubur ini, setelahnya baru minum obat."

Menarik satu mangkuk berisi bubur, dengan telaten Jaehyun menyuapi lelaki mungil nan cantik itu, dia bahkan tak segan membersihkan beberapa remahan yang menempel di ujung bibir ataupun baju Taeyong.

"Ibu menelpon dan bertanya kenapa kau tidak mengangkat panggilan melalui telpon rumah, karena merasa khawatir ia menyuruhku untuk mencari mu. Biasanya kalau pagi begini kau ada di dapur bersama Mark, tapi saat aku ke sana tidak ada siapapun." Jaehyun bercerita sambil menatap wajah memerah Taeyong.

"Karena itu aku ke kamarmu untuk mengecek saja, mana tahu kau ketiduran atau apa," sambung Jaehyun.

Lelaki mungil itu menganggukkan kepala, "Maaf ... Karena----"

"Jangan khawatir, Taeyong. Yang terpenting sekarang kau harus cepat sembuh, Ibu bahkan bersikeras ingin pulang dan merawatmu setelah aku memberi kabar kalau kau demam. Tapi dia merasa sungkan dengan nenek, jadi Ibu mengirim permintaan maafnya, dia sangat khawatir."

Mistake [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang