× Chapter 11

1.9K 313 12
                                    

Walaupun cerita ini udah tamat, tapi tetep sempetin buat kasih vomments yha!

•••

Sesudah makan malam yang menurut Zoe panjang itu, dirinya menyempatkan diri untuk mengobrol sebentar bersama yang lain seperti Aunt Trisha serta Waliyha dan Safaa. Kecuali dengan Zayn. Yah, kalian sudah tahulah alasannya.

"Kak Zoe serius akan datang ke pernikahan Zayn?" Tanya Safaa lagi.

Zoe mengangguk dua kali lalu tersenyum.

Tiba - tiba suara dari lagu Ariana Grande dengan lagu Best Mistake terdengar. Zoe mengambil iPhonenya lalu mengangkat telepon yang masuk tanpa melihat dahulu siapa yang menelepon. Well, typical Zoe.

"Halo?"

"Zoe? Kau dimana? Mengapa belum pulang?"

"Oh, mum. Er--aku... Nanti aku jelaskan. Ya, aku akan pulang sebentar lagi."

"Mobilmu ada disini. Tadi Ben yang mengantarkannya. Cepatlah. Badai salju sudah mulai mereda."

"Okay - okay. Bye, mum."

"Bye."

Sementara Zoe menaruh iPhonenya pada tas, Safaa memberanikan diri bertanya. "Kak Zoe mau pulang ya?" Tanyanya dengan wajah sedih dibuat - buat hingga Zoe tertawa kecil melihat wajahnya.

"Ya. Keburu salju bertambah parah, Sebaiknya aku cepat pulang."

"Kau mau pulang, Zoe?"

Zoe dan Safaa menoleh pada Aunt Trisha dan Waliy yang berjalan mendekat ke arah mereka. Zoe mengangguk beberapa kali lalu tersenyum. Ia setengah berlari mendekati Aunt Trisha untuk berpamitan. Dia tidak menanyakan Uncle Yaseer karena memang uncle sedang tidak enak badan jadi langsung menuju kamarnya setelah makan malam.

Setelah berpamitan pada Aunt Trisha, Zoe memandang keluar rumah dan langsung cemberut begitu saja melihat salju yang kian menebal ditambah udara dingin yang membuatnya mungkin saja membeku.

"Kau yakin? Saljunya kian parah. Sebaiknya kau menetap semalam disini saja." Saran Aunt Trisha yang langsung ditolak halus oleh Zoe. Gadis itu tahu keluarga Malik akan bersiap untuk pernikahan Zayn lusa besok. Dan itu akan menjadi hari yang sibuk, jadi Zoe tidak mau merepotkan.

"Atau... Aku akan meminta Zayn yang mengantarmu."

Zoe mengangguk. Tidak apa - apa. Lagipula yang mengantarnya cuma Zayn...

Wait,

What?!

ZAYN?!

Otak Zoe berfikir cepat. Dia tersentak lalu buru - buru menahan Aunt Trisha--yang sudah ingin menuju ke lantai atas--untuk menolak tawaran mengerikan itu. What the fuck? Walaupun sebenarnya Zoe mau, tapi dia yakin Zayn akan kurang setuju.

"Tidak!! Ehm, maksudku, jangan! Eh... T--tidak usah. Dia pasti perlu istirahat untuk pernikahannya nanti." Tolak Zoe lagi sembari nyengir.

"Tidak. Kau harus diantar Zayn." Tegas Aunt Trisha yang kali ini mampu membuat Zoe bungkam.

•••

Beberapa menit kemudian, Zoe--yang tidak bisa mempercayai apa yang terjadi--hanya diam dan berusaha untuk tidak terlihat canggung. Ia tidak mempercayai ini. Dirinya duduk satu mobil dengan Zayn.

Suasana yang sepi dan senyap membuat keadaan tambah dingin seperti udara London saat ini. Zoe beberapa kali mengusap - usapkan tangan dan pipinya yang semakin pucat dan menggigil walaupun penghangat mobil sudah dinyalakan.

Tak ada yang membulai pembicaraan. Sampai suara seseorang membuat Zoe menoleh.

"Seharusnya kau tidak usah sok membatalkan jadwal acaramu hanya untuk menghadiri pernikahanku."

Zoe mengerjap beberapa kali. Berusaha menerima perkataan Zayn yang secara tidak sengaja, entah karena apa, membuat Zoe merasa disepelekan.

"Tidak. Maksudku, tidak apa - apa. Lagipula aku juga... Err--tidak jadi."

Zoe menurunkan bahunya yang sempat tegang beberapa detik yang lalu membuang muka ke arah jendela. Aku juga ingin melihatmu dan Perrie menikah. Hell, apa - apaan itu? Apa Zoe berusaha membunuh dirinya sendiri dengan perkataan itu? Gila.

Setelah keheningan panjang yang membosankan, akhirnya mereka sampai di rumah Zoe--gadis itu sudah memberitahu Zayn alamat rumahnya tadi.

Zoe keluar dari mobil dan mematung gugup. Dia sempat berujar pelan, "Thanks, Zayn and... Be careful." Sebelum akhirnya mobil Porsche milik Zayn melaju meninggalkan halaman rumah Zoe.

Everything Has ChangedDove le storie prendono vita. Scoprilo ora