07. Bingung

482 65 0
                                    

.

.

.

"Dari mana?"

Pertanyaan sang kakak bagaikan angin lalu. Ia tetap melanjutkan langkahnya menuju kamar. "Dek!" Kakinya terhenti, sedikit menoleh ke bawah. "Apa?"

"Kakak mau ketemu ayah sama bunda. Mungkin pulang 8 hari lagi."

Pemuda itu mendengus kecil. "Terserah. Gak pulang juga gue gak peduli." Sang kakak menatapnya malas. Selalu saja begini.

Cklek

Blam

Ia terdiam sejenak. Sedikit tak yakin dengan kemampuannya. Namun, sebisa mungkin akan ia coba.

Buku itu dibuka di atas meja belajarnya. Satu-persatu ia baca. "Kayaknya memang cuma Jidan yang ngerti tentang mesin-mesin begini. Pusing banget.."

Ting!

Perhatiannya teralihkan oleh ponsel miliknya.






Semua Sayang Rean!

Vincentzo
Jadi gmn?
2:53 p.m.

Haeliosinting
Bingung. Otak gue lagi kopong
2:53 p.m.

@Jaemjaem
Gimana habis dari rumahnya Rean?
2:54 p.m.

Jaemjaem
👎🏻
2:56 p.m.

Vincentzo
Buruk?
Jelek?
Kalah?
Hah?
2:56 p.m.

Haeliosinting
Gimana dah?
Keadaan lagi begini jan setengah-setengah deh
2:56 p.m.

Sungkar
Dari tadi gue paksa
Tapi bang Jaem gak mau bilang
2:57 p.m.

Jaemjaem
Kita gak dibolehin mamanya
buat temen sama Rean lagi
2:58 p.m.

What..
3:01 p.m.

Sungkar
Speechless
3:01 p.m.

Jelek!🐆
Baru juga berteman
3:02 p.m.

Vincentzo
Tapi kita gak di apa-apain kan?
Oi bang @Haeliosinting
Lo gak ngelakuin hal aneh kan?
Lo dmn?
3:07 p.m.

Sungkar
Bukan salah lo, bang
Jgn mikir macam-macam
3:08 p.m.

Maafin gue..
@Haeliosinting
3:08 p.m.

Haeliosinting
Apa? Gue gak bakal begitu
Tenang aja, thanks udah khawatir
How abt the book, Jen? @you
3:10 p.m.

Pusing. Ntar gue kasih ke Jidan
3:11 p.m.

Sungkar
Udah disiapin? @Vincentzo
3:11 p.m.

Vincentzo
Aman
3:11 p.m.

.

.

.

Beberapa hari telah berlalu. Mereka beraktivitas biasa seperti tidak terjadi apapun. Ah, tentunya tanpa berkumpul. Pergerakan mereka diawasi beberapa professor maupun OB/OG yang telah dibayar lebih.

Siang ini, Khalijen bersama Leomark tengah menyantap makan siang di salah satu taman fakultas mereka. "Kak. Kok lo bisa dapet barang-barang begitu? Dapet dari mana?" Jujur ia sedikit penasaran. Selama ada Leomark, rencana mereka sedikit terbantu.

"Didekat rumah saya ada yang menjual barang-barang rongsokan."

Pria manis itu mengangguk pelan sambil melanjutkan suapannya. "Gue boleh ikut ke sana?" Yang lebih tua berhenti, kemudian menatap pemuda disampingnya. "Nggak usah. Saya bisa sendiri."

Tiba-tiba bunyi telepon mengejutkan mereka. "Vincent?" Gumam Khalijen pelan.

"Kenapa?"

"Barang-barang nya udah di kirimin ke sana. Kayaknya kita semua bisa langsung pergi besok pagi."

"Trus, kuliah kita?"

"Halah, bolos aja bang. Lagian besok Jum'at. Bolos sehari doang."

"Ok, deh. Cuma itu kan? Gue tutup."

Leomark menatapnya dengan penuh tanda tanya. "Itu, si Vincent bilang besok kita udah bisa ke sana. Lo bisa bolos, kak?"

"Bisa. Nanti saya bikin surat buat kamu juga."

.

.

.

Keesokan hari, terlihat seseorang sedang memanjat tembok samping rumah temannya. Kemudian mengetuk pintu utama.

"Bang Jaem!"

Tak lama pintu pun terbuka. "Yok, berangkat." Jaemano mengambil tas Jidan serta miliknya untuk dimasukkan ke mobil. "Gak ada yang ketinggalan, kan?" Yang lebih muda menggeleng pelan.

"Ayo berdoa semoga perjalanan kita aman."

Sebelum berangkat, mereka mulai berdoa. Perjalanan terasa lebih sunyi dari biasanya.

"Bang." Pria bernama Jidan itu memulai pembicaraan. "Apa?" Balas Jaemano singkat. Ia harus fokus ke jalan.

"Gimana kalau gue kehilangan kalian semua?"

Seketika mobil mereka terhenti. Untung saja hari masih sangat pagi, tak ada kendaraan yang lewat. "Maksud lo?"

"Pertama bang Rean. Lo gak merasa aneh dengan kejadian ini? Bisa jadi satu-persatu dari kita bakal menghilang."

Jaemano merenungi ucapan Jidan. Memang terdengar sedikit masuk akal. Namun ia tidak mau hal seperti itu terjadi. "Ayo saling percaya dan melindungi." Balasnya kemudian melanjutkan perjalanan.

Setengah jam kemudian, mereka sampai di kediaman Zhong. Sudah banyak yang datang atau mungkin mereka yang terakhir.

"Ok, udah kumpul semua?"

Pertanyaan Vincent diangguki mereka. "Pertama, saling menjaga. Kedua, saling menjaga. Ketiga, saling menjaga. Keempat, saling percaya. Kelima, jangan mati!" Teriak Haelios.

"Yo Dream!"

.

.

.

TBC.

DiscordTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon