12. Pulang

725 98 31
                                    

"Mark nggak pulang?" Tanya Tenesya.

"Sebentar lagi aunty." Jawab Mark dengan pandangan matanya yang tidak lepas dari Caca.

"Maaf ya Mark, bukan maksud aunty mau ngusir kamu. Tapi, kamu kan udah semaleman disini! Pasti capek, apalagi semenjak baru dateng dari Swiss, kamu lebih sering disini, dan jarang pulang ke rumah kamu. Istirahat aja dulu di rumah. Caca juga sekarang masih tidur. Nanti, kalo Caca udah bangun, pasti kita kabari kamu."

"Kita juga nggak enak sama papa dan mama kamu boy! Masa, anaknya baru dateng langsung disuruh jagain anak orang. Padahal, kita sendiri juga punya anak cowok!" Tambah Doni.

"Apaan sih uncle! Mama sama Papa nggak mungkin punya pikiran begitu! Nanti Mark pulang kok. Mark cuma pengen disini sebentar lagi aja."

"Ya udah, kita sarapan aja dulu yuk!" Ajak Doni. "Biar Caca sama mommy-nya."

Tenesya mengangguk setuju. "Mending kamu sarapan dulu sama uncle sana. Pasti kamu belum makan dari semalem kan?" Tebak Tenesya.

Mark hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Ayo Mark." Ajak Doni lagi.

"Permisi aunty."

***

Sembari menunggu pesanan keduanya datang, Doni dan Mark saling berbincang tentang hal-hal kecil, hingga akhirnya Doni bertanya mengenai hal yang lebih dalam tentang hubungan Mark dan putri bungsunya.

"Kalian tau kan, kalo sejak awal hubungan kalian nggak seharusnya terjadi."

"Iya, Mark tau kok." Helaan napas panjang keluar dari bibir Mark. "Dulu, Mark pikir, perasaan Mark cuma rasa sayang biasa yang ada diantara kakak dan adik. Tapi, lama-kelamaan Mark ngerasa sayang sama Carissa, uncle. Sayang banget. Sampai rasanya Mark nggak bisa kalo tanpa Carissa."

Doni mendengarkan dengan seksama, ingin tau apa yang dirasakan oleh Mark kepada putrinya.

"Berkali-kali Mark bilang sama diri Mark sendiri, kalo kita nggak mungkin bisa sama-sama. Tapi nyatanya, perasaan itu semakin besar. Dan kita sadar itu, hingga kita menjadi egois dengan embel-embel mengikuti kata hati."

"Sampai akhirnya, kita putus. Dan Mark memutuskan untuk keluar negeri." Mark tersenyum miris mengingat apa saja yang terjadi kepada dirinya selama berada di negeri orang. "Mark pikir, Mark bisa lupain Carissa. Tapi yang terjadi malah sebaliknya."

"Lalu, apa rencana kamu ke depannya?"

Cukup lama Mark terdiam, hingga pesanan mereka datang. "Mark akan kembali ke Swiss dalam waktu dekat ini. Seenggaknya, sampai Carissa bener-bener udah pulih."

"Kamu yakin?"

"Harus yakin. Karena mungkin... Dengan begitu perasaan ini akan hilang dengan sendirinya nanti." Jawab Mark pelan. 'Semoga saja...' lanjutnya dalam hati.

"Kalian berdua udah besar, udah tau batasan, udah tau, mana yang terbaik menurut kalian. Jadi, apapun yang kalian putuskan di masa depan, uncle nggak akan pernah ikut campur. Terlebih lagi, ini adalah masalah hati. Dimana, cuma kalian dan Tuhan yang sepenuhnya memegang kendali atas itu. Uncle cuma bisa berdoa agar hal baik selalu menyertai kalian berdua." Nasehat Doni.

"Mark..." Panggil Doni.

Mark menaikkan sebelah alisnya.

"... berbahagialah." Lanjut Doni.

Merasa dejavu, Mark hanya tersenyum mendengar ucapan Doni. "Thanks uncle."

"Suatu hari nanti, kamu pasti akan ketemu sama seseorang yang jauh lebih baik dari putriku. Yang seiman dan juga menerima kamu apa adanya." Pesan Doni.

Taste of Love: Chocolate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang