01. Love You Longer

803 62 9
                                    

Soobin membungkuk sopan pada atasannya yang mengantar hingga ke depan lobby apartemen miliknya setelah keduanya saling mengucapkan salam. Berkeliling melakukan berbagai kajian yang akan berdampak pada koleksi di perpustakan pusat membuat Soobin harus sedikit banyak menghabiskan waktunya hingga tidak kurang dari jam 10 malam. Sudah hampir dua bulan ini Soobin menjalani rutinitas barunya setelah berhasil diterima sebagai salah satu pekerja di sebuah perpustakaan pusat kota. Agak melelahkan, tentu, namun Soobin sangat menikmati pekerjaannya.

Suasana yang hening, hanya terdengar gemerisik halaman yang dibalik saat ia berada di antara orang-orang yang tenggelam dalam masing-masing tulisan yang mereka baca membuatnya nyaman. Bau tua dari lembaran koleksi lama turut memberikan ketenangan tersendiri bagi Soobin dari hiruk pikuk jalanan kota yang tak pernah tidur. Tak jarang pun ikut Soobin mencuri waktu menjadi salah satu dari sekian pengunjung yang menikmati cerita pendek di sudut ruangan saat jam istirahat. Soobin menyukai pekerjaannya, sungguh. Hanya saja hal ini membuatnya harus kerap kali membatalkan janji kencan mingguan atau sekedar menghabiskan waktu berdua bersama yang terkasih.

"Baru pulang?"

Soobin mendengar suara 'tuk' pelan dari gelas yang menyentuh permukaan meja kayu ruang tengah dan suara bervolume rendah dari televisi yang menyala. Ia kemudian berbalik dan mendapati Yeonjun sedang duduk di sofa panjang dan merenggangkan badan sebelum mengambil remote dan mematikan televisi tersebut.

"Kakak kok belum tidur?"

"Nungguin kamu pulang," balas Yeonjun sebelum kembali merentangkan tangan dan menguap. "Tapi tadi sempat ketiduran." Yeonjun lalu berdiri dan meraih gelas kosong di atas meja sebelum berjalan ke arah dapur.

"Aku kan udah bilang gak perlu nungguin, kamu tuh jarang dapat jatah libur di weekend Kak, kenapa gak dipake buat istirahat penuh."

"Gak apa, Bin, tadi juga ada yang dikerjain dikit. Agak terasa aneh kalo rebahan terus sendirian, biasanya kan sama kamu."

Soobin menghela napas pelan; rasa bersalah masih menggelayuti relung hatinya karena harus kembali menghabiskan weekendnya untuk bekerja bukan untuk menemani Yeonjun yang menginap di apartemennya. Ia lalu meletakkan kunci di dalam sebuah mangkuk kecil di atas bufet tinggi sebelum melangkah menuju kulkas dan mengambil segelas air mineral. Soobin meneguk airnya perlahan lalu menyadari tatapan Yeonjun kepadanya yang hanya dibalasnya dengan pandangan bertanya.

"Besok," Yeonjun menjeda sejenak ucapannya, membiarkan Soobin mengingat rencana dan perihal yang akan terjadi di waktu yang disebutkan. "jadi bisa?"

"Bisa," ucap Soobin cepat. Besok adalah hari Minggu dimana mereka sudah merencanakan perayaan kecil-kecilan untuk tahun jadi mereka yang pertama. Perayaan yang semestinya mereka rayakan hari ini, namun Soobin berhalangan untuk memenuhi. Ia lalu tersenyum dan meletakkan gelas kosongnya di atas meja sebelum menghampiri Yeonjun, menggamit jari jemari pemuda itu dan menautkan dengan miliknya. "Maaf jadinya harus nunda karena aku. Kakak marah gak?"

Soobin lalu mendengar Yeonjun terkekeh pelan, seraya merasakan hangatnya tangan pemuda itu meremat pelan miliknya yang dingin terpapar angin malam. "Nanti kalo dibatalin sekali lagi kayaknya aku mau marah."

"Jangan marah, nanti banyak keriput di jidatnya." Soobin mengangkat tangannya yang bebas dan menyentuh pelan dahi yang lebih tua. "Gak cakep lagi designer kebanggaan kita."

"Kamu sih suka nolak aku ajak jalan," dalih Yeonjun sambil tertawa dan menepis lembut tangan Soobin dari wajahnya hanya untuk digenggamnya kemudian. "Aku udah cerita belum sih klien aku kemarin?" Soobin tampak berpikir sebentar lalu menggeleng pelan. Senyum tampak semakin merekah di paras Yeonjun dan ia mulai dengan penuh gairah bercerita tentang dunianya. Soobin mendengarkan dengan sesekali menampilkan reaksi yang sepertinya sesuai dengan ekspektasi pemuda didepannya, menjadikannya semakin bersemangat.

YEONBIN ONE-SHOTS • ÉPOQUE 2.0Where stories live. Discover now