2

173 23 15
                                    

Saint tengah sibuk memainkan ponselnya. Membuang rasa bosan menunggu sang bos besar sembari membalas pesan dari tunangannya yang diabaikannya sejak semalam. Bukan dengan sengaja Saint melakukan itu. Tapi karena dia yang langsung tidur setelah tubuh lelahnya menyentuh kasur empuknya. Dan saat bangun tadi pagi, dia bergegas untuk berangkat ke kantor.

Saat ini Saint tengah mencoba memberi pengertian pada calon suaminya tentang kondisi perusahaan yang ternyata jauh lebih kacau dari yang dia ceritakan setelah memutuskan untuk kembali ke Bangkok. Dan Peak menerima dengan baik semua penjelasan itu. Itulah yang Saint suka dari pria itu. Peak selalu mengerti dia dengan sangat baik.

Peak Kongthap, pemuda asal Thailand yang ditemuinya di Switzerland. Kampus yang sama, fakultas yang sama dan lingkungan apartemen yang sama membuat keduanya lebih sering bertemu.

Saint yang datang ke Switzerland dengan hati yang hancur tentu saja menolak mentah-mentah cinta yang Peak tawarkan. Hingga hari itu, setelah lima tahun menunggu, Saint tak lagi mampu menolak. Dia mengatakan iya meski hatinya masih belum bisa menerima cinta itu sepenuhnya. Trauma yang membuatnya meninggalkan Bangkok membuat Saint takut untuk kembali mencintai seseorang. Tapi dengan Peak, Saint ingin mencobanya. Mempercayakan hatinya sekali lagi pada pria tampan itu.

Pintu terbuka. Beberapa orang mulai memasuki ruang meeting gedung 17 lantai ini. Saint segera mematikan ponselnya lalu memasukkan benda pipih itu ke dalam saku celana putihnya.

Tubuh Saint membeku saat matanya bertemu tatap dengan pria yang sangat dikenalnya. Seketika oksigen terasa menghilang di sekitarnya. Tangannya mencengkram erat pegangan tangan di kursi yang di dudukinya.

Saint berjengit kaget saat sebuah tangan menepuk pelan tangannya. Membuat matanya yang hampir menangis kini beralih menatap sang pemilik tangan yang tengah berbisik padanya.

"Kau baik-baik saja Saint?" bisik Chen yang hanya di jawab dengan anggukkan pelan.

"Selamat siang semuanya. Terima kasih untuk kehadiran kalian semua. Dan terima kasih juga untuk memenuhi panggilan rapat ini Khun Saint dan Khun Chen." instruksi Prom, membuat semua mata peserta rapat menatap pria muda itu.

"Seperti yang kalian tahu kalau dua minggu lalu SS Corp memiliki CEO baru, Saint Suppapong. Hari ini kita mengundangnya dalam rapat ini untuk memperkenalkan dirinya dan membahas beberapa hal tentang kerjasama antara Int Corp dan SS Corp." tambah Prom.

"Khun Saint, silahkan."

Perlahan Saint bangkit dari kursinya. Melangkah ke tempat dimana Prom tadi berdiri. Matanya kembali bertemu dengan iris hitam kelam yang duduk tepat di depannya. Menatapnya dengan tatapan tajam dan rahang yang mengeras.

Apakah benci itu masih disana? Dan semakin besar? Gumam Saint dalam hatinya.

Tidak. Saint tidak peduli tentang itu sama sekali. Tapi Saint juga tidak bisa memungkiri ada sedikit rasa tak enak di hatinya jika memang seperti itu.

Saint sedikit berdehem sebelum bicara. Percayalah, lidahnya terasa sangat kelu saat ini.

"Selamat siang semua. Terima kasih untuk undangan dan perkenalan ini. Saya Saint Suppapong, CEO baru SS Corp." ucap Saint mencoba tetap fokus sebaik mungkin.

"Mengenai saham, kerja sama, hutang, dan semua hal yang berhubungan dengan Int Corp, Khun Prom sudah memberi tahu banyak hal tentang itu semua. Tapi disini, saya ingin membahasnya lagi. Ijinkan saya mulai dengan saham yang Int Corp beli dari SS Corp."

My StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang