Bab 1

268 11 0
                                    

"Semester Baru"

23.15 WIB.

"Ih, kok ga ada si, hiks. Besok ospeknya gimana kalo kerjaannya ilang!" Seraya menangis, seorang gadis menggerutu di dalam kamarnya.

Tanggannya sibuk menggeradah barang-barang dan peralatan yang ada di ruangan itu. Ia tengah mencari barang yang dirinya sendiri tak tau kemana perginya.

"AH ILAH, MASA IYA ILANG SI, HIKS."

"Kenapa Ara?" Tanya seorang pria yang tiba-tiba saja datang membuka pintu. Tampak pria bermasker itu tengah memegangi helm di tangan kanannya.

Dika yang baru saja pulang dari luar sedikit terkejut ketika mendengar adiknya yang menggerutu, ditambah lagi dengan pemandangan kapal pecah yang memenuhi kamar itu.

"Esay sama kliping aku ilang, besok deadlinenya. Nanti kalo semisal senior-senior dikampus marah gimana?! Hiks. Masa aku bikin lagi si, ga bakal keburu" Tangisnya seraya setia sibuk membolak-balik seisi kamar mencari barang yang ia cari.

"Coba inget-inget lagi, dimana terakhir naronya?" Ucap Dika lembut seraya melepas maskernya.

"Kalo aku inget pasti udah ada abang! Bantuin cari, hiks!" Ucapnya sedikit berteriak.

"Iya. Coba kamu tenang dulu. Jangan panik, cari pelan-pelan" Ucap Dika dengan nada rendah.

"Abang jangan malah marahin aku dong! Hiks, bantuin!" Teriak Ara.

Dika yang menanggapi adiknya santai tersenyum simpul dan mulai mencari barang yang adiknya maksud, "Abang ga marahin kamu. Udah mau masuk kuliah kok masih kaya anak kecil" Ucapnya yang merasa gemas dengan adiknya.

Sontak Ara menghentikan aktivitasnya, "APA MAKSUDNYA!" Sentaknya yang membuat tangisannya semakin sesegukan.

"Iya, maaf. Ini abang lagi bantu cari ni. Coba cari pelan-pelan, pasti ketemu."

Ara tidak menanggapi perkataan kakanya dan kembali sibuk mencari hasil pekerjaannya.

"Ini apa?" Ucap Dika seraya mengangkat lembaran kertas dan map di tangannya.

Melihat hal tersebut, Ara langsung mengambil benda tersebut dari tangan kakaknya yang kini menatapnya dalam.

Ara yang masih sesegukan karena sisa tangisannya mengelap cairan yang keluar dari lubang hidungnya. Matanya juga tampak terlihat sembab dan memerah, "A-aku lupa. Sejak kapan ini pindah kesitu?"

Dika yang bersandar di tembok kamar hanya tersenyum dan berjalan mendekati adiknya, "Kamu kan udah makin dewasa, kamu harus bisa kontrol emosi kamu dong. Jangan panik, kalo ada masalah cari jalan keluarnya pelan-pelan. Bisa ya?"

Ara mengangguk mengerti, "Maaf. Lagian terakhir aku taro tugas ini di atas meja belajar, tapi tiba-tiba keselip di samping lemari," Ucap Ara yang sebenarnya dia merutuki dirinya sendiri karena mencari alasan yang tidak masuk akal.

Dika kembali terkekeh dan menggelengkan kepalanya heran, "Iya abang percaya itu kertas bisa jalan sendiri. Udah mending kamu tidur, istirahat! Jangan maen ML. Besok ospek terakhir kan? Ga ada begadang-begadang!" Ucapnya seraya membuka maskernya.

Thank's Brother [COMPLETED]Where stories live. Discover now