#06

2.1K 300 30
                                    

Mengenal Junkyu sekitar tiga tahun terakhir terkadang membuat Jihoon ingin angkat tangan dengan setiap sikap aneh Junkyu. Di rumah Junkyu hanya ada dua mobil dan satu sepeda motor. Jika normalnya orang akan mengendarai motor lebih dulu baru setelahnya belajar mobil, maka Junkyu sedikit lain. Dia sejak dulu hanya bisa mengendarai mobil tanpa tahu bagaimana cara mengendarai motor. Pernah sekali belajar, namun karena alasan lebih nyaman menggunakan mobil jadi Junkyu tidak lagi pernah menggunakan motor untuk bepergian. Namun bodohnya Junkyu justru berpikir bahwa skill naik motornya sudah cukup hebat untuk dipamerkan.

Dan malam ini Jihoon dibuat harus menyelinap keluar dari rumahnya di tengah malam hanya untuk menyusul Junkyu yang tadi meneleponnya dan mengatakan bahwa dia baru saja jatuh dari motor di depan gang rumah Jihoon. Jihoon berlari cepat untuk menyusul Junkyu.

Junkyu sudah terduduk sendirian di tanah dengan kaki terluka saat Jihoon sampai di sana. Karena area perumahannya yang sedang sepi jadi tidak ada yang melihat atau membantu Junkyu. Jihoon menggaruk kepalanya bingung melihat motor Junkyu yang sudah setengah masuk ke dalam selokan.

"Lo ngapain sih Jun..."

Akhirnya Jihoon juga yang harus susah payah menarik motor Junkyu keluar dari selokan dan kemudian menuntun motor yang tidak bisa dinyalakan lagi itu ke rumahnya. Junkyu ia biarkan berjalan tertatih di belakangnya.

"Ji... Jangan marah dong, gue kan gak sengaja jatuh gitu Ji..." Dalam perjalanannya menuju rumah Jihoon, Junkyu terus berceloteh meminta maaf pada Jihoon. Entah kenapa dia malah meminta maaf pada Jihoon.

"Lo serem Ji kalau diem terus begitu."

Bagian terbaik dari kecelakaannya malam ini adalah lokasi kecelakaan yang dekat dengan rumah Jihoon, dan karena kakinya yang terluka jadi mereka memutuskan untuk pergi dulu saja ke rumah Jihoon untuk mengobati lukanya.

"Diem aja, jangan berisik. Papi kayaknya udah tidur, tapi gawat nanti kalau lo berisik terus Papi jadi bangun." Jihoon memperingatkan sebelum ia membuka pintu.

Jihoon tetap memapah Junkyu untuk membantunya berjalan karena sejak tadi Junkyu terus mengeluh sakit dan protes tidak mau berjalan lagi padahal mereka hanya berjalan sekitar 40 meter dari lokasi kecelakaan ke rumah Jihoon.

"Ji, jangan cemberut gitu dong. Senyum coba, padahal lo kalau senyum kan jadi tambah manis."

Jihoon berdecak malas. Kesal dengan ocehan Junkyu yang tak ada habisnya. "Diem aja bisa gak sih?! Gue tinggalin juga lo." Jihoon menyentak kesal dengan suara ditekankan dan berbisik.

Junkyu balas berdecak juga. Jarinya kemudian bergerak, menyentuh kedua sudut bibir Jihoon dan menariknya ke atas untuk membuat sebuah senyum.

"AW! SAKIT!" Junkyu berteriak keras ketika jarinya justru digigit oleh Jihoon, sedangkan Jihoon hanya balas menatap malas pada Junkyu yang kini sakitnya bertambah.

"Makanya gue bilang diem tuh—

"Ada apa ini?"

Jihoon tersentak kaget ketika suara berat ayahnya terdengar oleh rungunya. Tangannya buru-buru menyingkirkan lengan Junkyu di pundaknya dan melepaskan pegangannya pada Junkyu, mengakibatkan Junkyu hampir saja terjatuh jika tidak segera kembali berpegangan pada bahu Jihoon.

"Pi... anu, ini, Junkyu... Junkyu—

"Kenapa dia ke sini? Kalau gak ada yang penting suruh dia pulang sekarang."

Junkyu melotot terkejut mendengar pengusiran tersebut. Jinhwan yang menatapnya tajam dengan tangan berdekadap membuatnya jadi gugup sendiri.

"Anu om, itu, tadi saya jatuh dari motor, di depan sana jadi saya minta tolong sama Jihoon soalnya tadi sepi gak ada orang lain di sana." Penjelasan singkat itu tampaknya tidak menggerakkan hati si kepala keluarga. Junkyu makin takut.

Paper Rings [ kyuhoon ]Where stories live. Discover now