BAB 3

36 12 13
                                    

"Yang mulia, maafkan saya tapi tolong untuk berjalan di depan saya agar yang mulia tidak lepas dari pengawasan saya." Ujar Ellanor.

"Aku tetap di belakang! Ini perintah!" bentakku seraya menyuruhnya untuk tetap melihat ke depan.

Rasanya sedikit menyenangkan membuat pria berumur lebih tua dariku itu ketakutan. Aku memperhatikannya dari belakang, tubuhnya yang lebih tinggi dariku membuatku sedikit mendongak ketika berbicara dengannya, badannya kekar tapi tidak besar. Masih lebih kurus di bandingkan bodyguard yang sering Papa Ethan sewa untuk menjagaku. Rambutnya hitam agak panjang dengan bagian depan rambut hampir menutup matanya.

"Ellanor, sebenarnya berapa usiamu?" tanyaku sambil tetap menjaga jarak di belakang.

"20 tahun yang mulia." Jawabnya.

"Hei Ellanor."

"Iya, yang mulia?"

"Kenapa kita harus pakai baju seperti ini di tengah pasar?" Tanyaku seraya mengangkat dressku yang agak sedikit kepanjangan menyeret tanah.

Ellanor tertawa kecil, "Yang mulia kita harus menunjukan kebangsawanan kita agar mendapat harga yang lebih murah. Biasanya para pedagang akan takut ketika berhadapan dengan para bangsawan."

"Kalau begitu kenapa aku dipindahkan ke sebuah gubuk!"

Ellanor menghentikan langkahnya. "Saya tidak bisa membawa yang mulia ke kediaman keluarga saya. Beberapa tahun kebelakang pencarian ketiga buku rahasia itu semakin memanas, apalagi tepat setahun kemarin  sang raja mengumumkan bahwa akan memberi banyak hadiah bagi orang yang bisa menemukan salah satu bukunya. Saya khawatir banyak dari anggota keluarga besar saya ikut andil dalam pencarian itu."

"Humph." Aku menyuruhnya untuk kembali melihat ke arah depan.

Setelah perbincangan kemarin, aku memutuskan untuk mengiyakan saran Ellanor, walaupun masih banyak sekali pertanyaan yang masih belum terjawab. Salah satunya adalah keberadaan buku ini di rumah tante Annie dan hubungannya denganku. Tapi melihat keterbatasan informasi yang aku miliki sekarang, ditambah buku ini yang tak memunculkan kata-kata lagi setelah kucoba buka kembali, aku tidak punya pilihan lain selain mengikuti saran dari Ellanor untuk bergabung di sekolah sihir.

Untuk itu, hari ini Ellanor mengajakku keluar dari gubuk untuk belanja keperluan sekolahku.

'Tling'

"Selamat datang di toko alat-alat sihir," ucap seorang pria paruh baya di balik meja kasir "Halo Nona, ada yang bisa saya bantu?"

"Dia orang baru disini, beri kami perlengkapan sihir untuk anak sekolah yang paling bagus." Ellanor menimpali.

"Oho ... tunggu sebentar." Ucapnya.

Sembari menunggu pria paruh baya itu kembali, aku berkeliling-keliling memperhatikan setiap barang-barang yang dijual disini.

Kulihat ada tongkat sihir yang terbuat dari macam macam kayu, lalu kalung-kalung sihir, berbagai macam buku sihir dari yang tipis sampai yang tebal, bahkan yang paling aneh aku lihat beberapa kerangka hewan yang sudah diawetkan dan dikemas menggunakan sebuah kotak kaca super tebal khusus untuk pajangan.

"Bagaimana? Apakah sama seperti di bumi? Yang mulia." Ellanor menyahut.

"A-ah untuk ukuran sebuah kota. Aku pikir aku pernah berkunjung ke suatu tempat di bumi yang mirip seperti disini. Ku rasa itu Spanyol," jawabku.

Ellanor tersenyum tipis, "Yang mulia maafkan saya, tapi apakah nama kota di bumi seaneh itu?"

Aku mengernyit mendengar ucapannya. Berani sekali dia menertawakan negara favoritku.

ATHALIA : The EnchantresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang