Menyesal

139 15 0
                                    

Pemakaman telah selesai pukul lima sore tadi,saat ini Mahen dan Aska sedang di rumah Haikal,begitupun Bunda,Ayah yang meminta mereka untuk tetap disini dulu,Mahen dan juga Aska juga ingin mengenang masa masanya disini bersama Haikal.

Ssat ini Aska tengah duduk diam di teras rumah sesekali menghirup udara malam yang begitu dingin,ia terus termenung atas kepergian sahabatnya itu,Aska masih mengira ini adalah sebuah mimpi baginya,tapi ternyata ini nyata benar nyata.

Baru saja tadi pagi ia tertawa terbahak bahak bersama Haikal,masa masa dimana sudah terlanjur pergi,Aska meneteskan air matanya saat itu juga,tak ada Haikal ia merasa kesepian,selama ini Haikal lah teman mainnya,Haikal lah yang menghibur hari harinya,tanpa Haikal hidupnya begitu hampa,Aska hanya punya teman Haikal lah seorang,ia bersyukur mengenal orang baik seperti Haikal.

"Kenapa pergi Kal?,capek banget ya?"Gumam seorang Aska tersebut,lalu ia menoleh ka arah motor sport hitam milik Haikal yang senantiasa ia pakai,lengkap dengan helm fullface yang berada di jok motor itu.

Sementara Mahen,ia berada di kamar Haikal,ia terus menghirup wangi kamar itu yang bahkan sangat wangi khas dari Haikal sendiri,baru tadi pagi Haikal bebenah sudut ruangan kamar tersebut,hingga pada akhirnya kamar itu usang,tanpa ada siapapun yang menempatinya lagi.

Mahen sangat amat terpukau atas kejadian ini,tanpa aba aba,Haikal langsung meninggalkannya begitu saja,ia tak memikirkan perasaan Mahen saat ini yang terus terputar memori bersama Haikal waktu itu.

Mahen terakhir kali mengingat senyuman Haikal sejak di pantai kemarin,ia mau senyuman itu kembali lagi kepadanya,
senyuman yang mampu membuat siapa saja tenang dan dapat merobek hatinya ketika senyuman itu menutupi segala masalah.

Mahen perlahan berjalan ke meja belajar milik Haikal,ada sebuah note book yang senantiasa masih terbuka disana,lantas ia mengambil note book itu dan kembali duduk di pinggiran ranjang.

Sebuah kata kata terakhir yang mampu menggores hatinya,ia membaca halaman yang mungkin ini terakhir kalinya sebelum ia pergi,dengan halaman yang dinodai sedikit darah,Mahen menangis terisak tak mengeluarkan suara,sudah keberapa kali ini ia terus menangis.

Untuk Bang Mahen,ikhlas,semua orang  mungkin selamanya gak bisa terus ada di sisinya,jangan nangis ya bang,Haikal gak mau Abang nangis,Haikal maunya liat Abang ketawa terus.

Ia perlahan malah menangis lebih kencang ketika membaca kalimat yang sepertinya Haikal buatkan untuknya,walaupun ia belum rela kepergian sang adik,tetapi ia mampu mengikhlaskannya,agar Haikal terus tenang disana.

"Gak bisa Kal,Abang gak bisa berhenti nangis"kata Mahen ditengah tangisnya,ia mampu menahan semua ini,Haikal adik satu satunya yang bahkan berpisah lama dengannya,walaupun hanya bertemu hanya kurang dari seminggu,Mahen tak rela,ia mau menghabiskan waktu lebih selamanya bersama Haikal,jika ada keajaiban ia mau Haikal kembali lagi kepadanya.

"Kamu apain Haikal mas?"

"Kamu apain dia?,sampai dia pergi kaya gini?"

Bunda sekarang tengah di ruang tamu bersama Ayah,Bunda masih merasakan kepergian anak keduanya,ia tak rela Haikal pergi,tetapi tuhan sudah merencanakan apa jalannya.

Bunda berfikir Haikal menyerah karena lelakuan Ayah,itu benar,Ayah sekarang menyesal saat ini,tetapi ia tak bisa berbuat apa apa.

"Kamu pukul dia?,iyakan?"

Ayah hanya menangis kecil sekarang,ia merasakan apa yang Bunda rasakan,tak tahu lagi caranya ia meminta maaf ke Haikal,ia sungguh sangat menyesal.

"Maaf"kata kata yang membuat Bunda langsung menatap Ayah dengan tatapan kecewa,baru kali ini ia menyatakan maafnya,kemarin Haikal masih senantiasa berada di rumah,mengapa ia tak menyatakan maafnya.

"Haikal mau bahagia mas,tapi bukan itu caranya,dengan cara tekanan kamu itu?"

"APA ITU GAK SAKIT BUAT DIA?!!!!!"emosi Bunda tak bisa dibendung lagi,ia sangat kesal dengan kelakuan Ayah,Bunda waktu itu juga menyesal,seharusnya ia dulu yang merawat Haikal,jika ia yang rawat tak mungkin juga Haikal seperti ini.

"Aku nyesel mas,andai dulu aku yang rawat anak aku keduanya sendiri"

"Dia anak dari rahim aku,tapi aku sama sekali gak mukul dan gak ngasih tekanan buat dia"

Ayah hanya menyesali kesalahannya dengan menangis,ia ingin mengulang waktu kembali waktu itu,ia menyalahkan diriya sendiri sudah berbuat ini kepada Haikal.

Bunda juga sudah duluan membaca note book Haikal ketika Haikal sudah dibawa oleh ambulan,benar sekali banyak sekali halaman halaman Haikal yang rindu dengannya,ia kecewa,mengapa ia tak dipertemukan dari awal oleh Haikal,semesta sukanya bercanda.

"Kal,kamu tinggalin Bunda Kal,Tuhan baik ke kamu makannya dia ambil kamu duluan,tenang disana"

Halaman Terakhir|Lee Haechan (SELESAI)Where stories live. Discover now