2

876 104 2
                                    

"Huft"

Entah sudah berapa kali Jeno menghela nafas hari ini. Dia lapar dan sekarang tengah membeli stok bahan makanan kering juga beberapa sayur. Jaemin harus memasak jika mereka tak ingin makanan instan terus menerus.

Jeno memutuskan untuk berhenti di cafe dekat supermarket dimana dia akan berbelanja nanti. Mungkin dia juga akan membeli makanan pengganjal terlebih dahulu.

"Selamat datang, anda ingin memesan sesuatu?"

"Ah ya, iced caramel latte and cheese cake"

Nada bicara Jeno sedikit memelan. Dia tak suka makanan manis dan kenapa harus cheese cake? Setelah membayar dan mengambil pesanannya Jeno duduk di dekat jendela.

Mata hitamnya melihat kearah jalanan yang cukup ramai lalu lalang mobil. Jam makan siang sudah berlalu sejak 30 menit yang lalu. Fokusnya teralihkan saat mendengar suara yang cukup familiar ditelinganya.

"Renjun, apa kau tak bisa mendengarkan aku sebentar saja?"

"Aku bilang aku tidak mau!"

Jeno beranjak dari duduknya saat ada pria asing yang tak dikenalnya mulai menarik narik lengan Renjun. Dia melepas paksa tangan pria itu dari pergelangan tangan Renjun dan melingkarkan lengannya di pinggang
Renjun.

"Dude, did you hear that? He didn't want to hear you" kata Jeno sambil menatap pria asing itu.

Pria asing itu menatap Jeno tak suka. Dia lalu menatap Renjun yang terdiam.
"Kau tidak usah ikut campur"

"Kenapa? Renjun adalah..."

"Dia pacarku yang baru, kenapa dia tak boleh melindungiku? Seharusnya kau malu sekarang" potong Renjun.

Pria asing itu tertawa dan menunjuk kearah Jeno yang terdiam.
"Kau? Dengan dia? Tidak mungkin Renjun"

Renjun menatap Jeno. Dia menelan ludahnya kasar saat Jeno juga masih belum bisa memproses suasana. Telapak mungilnya menangkup pipi Jeno dan menyatukan bibir mereka.

Jeno terkejut tapi dia segera menguasai dirinya saat melihat pria itu menatapnya kesal. Lengannya melingkar semakin erat dipinggang Renjun dan sedikit memiringkan kepalanya.

Jeno membalas ciuman Renjun. Dalam otak dan hatinya bersorak senang karena mungkin saja kesempatan ini tak datang dua kali jadi dia akan memanfaatkannya dengan baik.

"Mmhhh.."

Renjun mendorong pelan bahu Jeno. Pasokan nafasnya sudah mulai menipis saat Jeno semakin genjar melumat bibirnya. Dia segera menundukkan wajahnya malu.
"Bodoh" guman Renjun pelan.

Jeno menggaruk lehernya yang tidak gatal. Apa mereka terlalu lama berciuman hingga pria asing itu pergi. Jeno mengigit pipi bagian dalamnya lalu melirik Renjun yang memainkan ujung bajunya secara acak" jawab Renjun cepat.

Jeno tertawa pelan dan mengusap puncak kepala Renjun.
"Makanlah cheese cake ini. Aku akan pergi ke supermarket, sampai jumpa besok dokter"

Melihat wajah Renjun yang memerah membuat Jeno gemas tapi dia harus segera pergi untuk menetralkan jantungnya sendiri.
"Ingin rasanya kuhujani ciuman di wajahnya"

Renjun hanya terdiam dengan wajahnya yang memerah. Jeno tersenyum sambil mengusap kepalanya tadi. Bahkan matanya membentuk eye smile lucu.
"Aku tidak tahu harus bagaimana besok.."

***

Jeno itu seperti paket lengkap. Sudah satu minggu mereka menjadi partner di IGD dan sedikit banyak Renjun mengenalnya. Sudah seminggu juga dia berusaha meminimalisir interaksi dengan Jeno.
"Apa dia masih mengingatnya.."

Renjun mencuci mukanya. Hari ini dia kembali berjaga malam bersama Jeno dan Hari. Rasanya benar benar malu walau hanya bertatapan sepersekian detik.
"Bodohnyaa" rutuk Renjun.

"Tidak, menurutku dokter pintar"

Renjun menatap ke arah kaca yang memantulkan Jeno berdiri di sana. Jeno menatapnya dengan tangan yang terlipat dan senyum kecil.
"A-ah ya..."

Jeno tertawa kecil melihat Renjun yang gugup. Renjun benar benar mudah sekali dibaca ditambah wajahnya sekarang perlahan memerah.
"Aku rasa kejadian tempo hari itu.."

"Maaf dan terimakasih, Jeno-ssi" potong Renjun dengan sedikit membungkuk pelan.

"Terima kasih untuk ciumannya?" Tanya Jeno jahil.

"Tidak!"

Renjun menatap Jeno yang tertawa. Jeno baru saja mempermainkannya kah?
"Jangan tertawaaa"

Jeno mengangguk meski meski dirinya juga tak bisa berhenti tertawa. Dia menatap Renjun yang mengerucutkan bibirnya dan menatapnya galak.
"Tapi dokter bener bener menggemaskan jika seperti ini"

Sudah Jeno putuskan dia akan agresif mendekati Renjun. Sepertinya Renjun juga tidak memiliki pacar mengingat kejadian kemaren. Dia harus gerak cepat mengingat pergantian jaganya sebentar lagi. Jaemin dan Haechan bisa melanjutkannya nanti.

"Jeno-ssi.."

Renjun menunduk saat Jeno berada dibelakangnya. Posisi mereka benar benar ambigu dan dia juga terlalu malu saat melihat Jeno begitu dekat. Dia semakin malu saat dada bisang Jeno bersentuhan dengan punggung kecilnya.

"Dokter Renjun benar benar menggemaskan jika begitu"

Jeno tersenyum kecil saat melihat Renjun juga tak menolaknya. Dan tercium parfum wangi Renjun yang manis.
"Bukannya dokter berhutang sesuatu?"

Jeno sedikit terkejut saat Renjun reflek memalingkan wajahnya untuk menatak Jeno. Hidungnya dan pipi berisi Renjun bersentuhan. Jeno melingkarkan lengannya di pinggang Renjun.

Renjun meremat lengan Jeno. Dia kembali memalingkan wajahnya tapi ditahan oleh Jeno.
"Dokter Renjun, bagaimana jika aku menyukaimu?"

"Huh?"

Tubuh Renjun meremang saat Jeno semakin menariknya mendekat. Belum lagi nafasnya yang terasa di lehernya. Renjun menahan nafasnya saat ujung hidung Jeno menggesek lehernya.

"J-jeno.."

Jeno menatap Renjun hingga wajah mereka sangat dekat. Dia mengecup sudut bibir Renjun dan menatap kedua mata Renjun. Tidak ada penolakan dari Renjun membuat Jeno semakin berani.

"Kau milikku"

Selesai dengan pernyataannya Jeno mencium bibir Renjun. Tangannya menahan Renjun agar tidak menghindar dan semakin memperdalam ciuman mereka. Dia juga memiringkan kepalanya untuk akses lebih leluasanya.

"Jen- mmhhh"

TBC

Our Doctor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang