#5 Let's Try

122 16 2
                                    


Jisung mengajak Hyunjin kembali ke apartemennya karena kebetulan hari itu adalah hari libur. Jisung berkata dia ingin memperdengarkan lagu ciptaannya pada Hyunjin. Meskipun belum benar-benar jadi 100% dan masih berbentuk instrumental dengan back vocal, Jisung ingin mencoba mendengar pendapat dari sudut pandang pendengar.

Di atas kasur itu, Hyunjin mencoba menikmati instrumen buatan Jisung. Matanya terpejam, mencoba berkonsentrasi. Sesekali kepalanya mengangguk mengikuti irama musik.

Selang semenit lagu itu berhenti, Hyunjin membuka matanya dan dihadapannya ada Jisung yang tak sabar menunggu pendapat Hyunjin.

"Aku suka" ucapnya. Namun sepertinya Jisung tidak begitu percaya dengan Hyunjin, apalagi nada bicara yang ia dengar terdengar terpaksa.

"Benarkah?" yakin Jisung.

"Tidak juga, masih ada beat yang kurang masuk menurutku" ucap Hyunjin sambil mengembalikan earphone milik Jisung, "tapi aku juga tidak begitu mengerti soal lagu, kau bisa mempertimbangkannya" lanjutnya.

Mendadak Jisung tidak percaya diri, "Sudah kuduga pop ballad bukan genreku" gumamnya.

Jisung lalu menyalakan monitornya dan mulai kembali mengaransemen lagunya. Sementara itu Hyunjin tertarik dengan beberapa kertas yang berserakan di atas meja. Seperti yang diduga itu adalah hasil kotretan lirik yang dibuat oleh Jisung.

Hyunjin membaca satu persatu. Dia bukannya berminat dengan musik, hanya saja itu salah satu cara agar dia menghabiskan waktu dikala Jisung sedang sibuk dengan monitornya.

Dan kertas-kertas itu rupanya berisi cerita tentang hubungan cinta yang kandas. Hyunjin sudah bisa menebak kalau Han Jisung memanfaatkan kisah menyedihkannya dengan Lee Minho untuk dijadikan sebuah lagu.

Ketika sampai pada kertas terakhir, Hyunjin menyadari bahwa itu adalah kertas yang berbeda. Warna dari kertas itu adalah merah muda pucat dan tulisannya pun berbeda dengan yang sebelumnya.

Hyunjin memperhatikan tulisan tangan itu. Itu bukanlah sebuah lirik, melainkan surat yang ditulis oleh seseorang untuk Jisung.

Mata Hyunjin kemudian tertuju pada tulisan akhir yang berada di pojok kiri bawah kertas. Lee Minho. Lagi-lagi Hyunjin sudah menduganya. Kini ia mendapatkan sedikit cerita lagi tentang hubungan Jisung dan Minho sebelum mereka berpisah.

Hyunjin kemudian meletakan kertas-kertas itu kembali dan sedikit membuatnya berserakan seperti semula. Dia mendekati kursi Jisung dan ikut melihat layar monitor yang menampilkan garis-garis bar.

"Memang lagu tentang apa yang akan kau ciptakan?"

"Mantan ketuaku menyarankan agar kita membuat lagu tentang cinta, karena sepertinya akhir-akhir ini semua orang tertarik dengan kisah cinta" jelas Jisung.

"Apakah instrumental yang kau perdengarkan tadi akan dibuat menjadi kisah cinta yang menyedihkan?" tanya Hyunjin.

"Entahlah, aku hanya menyarankan beberapa bait pada rekanku yang lain karena untuk urusan lirik aku menyerahkan pada mereka" jawab Jisung, namun beberapa saat ia menatap Hyunjin dengan bingung, "Kenapa kau bisa menebak itu?".

Hyunjin mendengus, "Aku berani bertaruh jika kau memperdengarkan instrumental itu kepada orang lain satu persatu, mereka akan menebak kalau itu adalah lagu tentang putus cinta" ucapnya.

Jisung menggerakkan matanya gugup. Sebenarnya dia agak sedikit malu setelah mendapatkan skakmat dari Hyunjin. Bagaimana tidak. Dia membuat lagu tentang Lee Minho. Dan sejujurnya, jika lagu itu memang akan didebutkan, Jisung takut jika orang yang dikisahkan dalam lagu tersebut akan sadar dan datang melabraknya.

Love is Not a MistakeWhere stories live. Discover now