4. Hopeless

1.4K 234 4
                                    

"Ayah terimakasih," Lamia langsung memeluk Ayahnya saat membuka kado ulang tahunnya yang ke-20.

Handphone keluaran terbaru berwarna ungu kini berada di tangannya. Harga handphone ini bahkan bisa membeli satu unit sepeda motor matic.

"Ayah dengar ini keluar terbarunya," ucap Hansel—Ayah Lamia— yang juga ikut senang melihat putri semata wayangnya seantusias itu.

Tapi baru beberapa detik, Lamia langsung murung.

"Aku tahu ini keluaran terbaru, tapi orang-orang membelinya untuk pamer, Ayah."

"Terus?"

"Aku nggak punya teman, jadi mau pamer sama siapa?" Lamia sampai manyun mengatakan itu. Hansel langsung gemas melihat tingkah putrinya. Dia langsung mengacak sayang rambut Lamia.

"Di sosmed Ayah pernah lihat mereka selfie di cermin supaya kamera bobanya kelihatan," ujar sang Ayah lagi.

Lamia terkikik geli mendengarnya.

"Apapun itu, apapun yang Ayah berikan, Lamia pasti suka," ucap Lamia dengan senyumnya yang sangat indah.

Terkadang Hansel menyayangkan kenapa anaknya yang luar biasa cantik itu harus sering-sering terkurung di ruangan serba putih ini. Kalau saja Lamia seperti perempuan normal seusianya, mungkin dia sudah menjadi incaran banyak laki-laki dan mematahkan puluhan hati laki-laki dalam setahun.

Lamia cantik, bukan karena Hansel seorang Ayah makanya memuji anaknya cantik. Dia memiliki rambut panjang berwarna hitam dan lebat, wajahnya memang sering kali terlihat pucat, tapi tetap saja mata bulatnya selalu terlihat bersinar di tengah harapan yang kadang pupus. Hidungnya mancung dan bibirnya sedikit tipis, wajah itu dibingkai dengan dagu lancip yang membuat wajahnya terkesan mungil. Satu lagi yang menambah kecantikan Lamia, dia ceria dan sering tersenyum. Meskipun senyum itu hanya untuk menyembunyikan kekhawatirannya sendiri.

Para perawat bahkan menjuluki Lamia sebagai Sleeping Beauty setiap kali Lamia jatuh pingsan dan dilarikan ke rumah sakit. Tak jarang para perawat bercanda supaya Lamia menemukan Pangeran yang memberikannya ciuman cinta sejati supaya sembuh dari penyakit yang dia derita.

Mata Hansel tak sengaja melirik nakas disamping ranjang Lamia. Bau obat-obatan menusuk dari sana. Ada beberapa jenis obat yang Hansel Yakini rasanya pahit dan menyiksa. Tapi Putrinya yang satu ini tidak pernah mengeluh dengan rasa obat.

"Lidahku udah kebal, Ayah."

Tak jarang Lamia mengatakan itu saat Ayahnya menatap dia sendu setelah menenggak habis obat-obatan dalam jenis dan jumlah yang banyak.

Lamia menyadari Ayahnya menatap lamat-lamat obat-obatan di nakasnya. Dia langsung turun dari ranjang dan memeluk Ayahnya dari belakang.

"Ayah, terimakasih sudah menjadi Ayahku."

Sungguh, Hansel ingin meneteskan airmata saat mendengar kalimat sederhana itu.

"Ayah sering banget ngasih aku hadiah, mahal lagi. Sementara aku sekalipun belum pernah ngasih apa-apa."

Hansel menyentuh tangan putrinya yang melingkar di perutnya.

"Cukup sehat saja, itu hadiah terindah yang pernah Ayah terima."

Lamia mengulas senyum pahit di balik punggung Hansel. Dia meletakkan kepalanya di punggung itu dan berkata.

"Maaf, dari kecil aku cuma bisa nyusahin Ayah sama Mama. Jadi anak yang lemah dan hobinya keluar masuk rumah sakit. Udah berapa banyak uang habis untuk Lamia."

Hansel terkekeh pelan untuk menutupi kesedihannya.

"Jangan lupa, Ayahmu orang kaya, sampai tujuh turunan harta kita masih bersisa," canda Ayahnya. Meskipun sebenarnya ada benarnya. Hansel pengusaha sukses yang punya harta berlimpah. Mungkin karena memiliki finansial yang stabil Lamia bisa bertahan sampai detik ini.

Infinity HeartTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon