1884

2.9K 316 8
                                    

Hai! Sebelumnya tanpa menyinggung pihak mana pun. Adry minta maaf kalau cerita ini mengambil latar belakang sejarah Amerika yang tidak sesuai nantinya. Semua di sini adalah fiksi belaka, jika ada kesalahan dalam penulisan, maaf ya, karena Adry masih amatir. Selamat membaca semuanya <3

.

Amerika, New York City. 1884.

Hamparan lahan hijau luas, menyebarnya rumput-rumput bersih terlihat menambah kesejukan pada musim panas tahun ini.

Kediaman asri juga patung-patung malaikat kecil di sekitar air mancur berbentuk bundar. Air mancur itu indah, juga turunnya aliran air dari patung malaikat sangat jernih. Menimbulkan keinginan seseorang untuk menjilat dan mencicipinya.

Wajah mungil nan kecil muncul dalam pantulan permukaan air. Surai merah muda miliknya mengenai permukaan air karena posisi wajah yang menghadap ke bawah--permukaan air.

Sakura tersenyum bahagia. Dia berusaha meraih air dalam wadah air mancur. Tangan kecil gadis berusia sembilan tahun terus terulur panjang. Sedikit lagi, sedikit lagi dia bisa menyentuh air jernih yang lebih baik dari air yang biasa diminumnya.

"Sakura, kau sedang apa?"

Suara bulat itu menegurnya. Perut Sakura menempel pada pinggiran air mancur, gadis kecil itu buru-buru berdiri, menjaga jarak dari air mancur, tidak lupa melipat tangan ke belakang.

"Maaf, kak."

Sakura merunduk dalam pada Mary--wanita Britania raya yang juga berkerja di sini, di Manor House¹ sama dengannya.

Mary. Wanita berusia dua puluh tahun itu menggeleng samar pada Sakura. Di tangan kiri Mary penuh dengan sekeranjang pakaian milik keluarga yang bangsawan yang mereka layani. Dia memperlihatkan tangan kiri pada Sakura, menyuruh Sakura kecil menghampiri dan memegang tangannya.

Sakura berlari pada Mary--kakak tingkatan di sini. Dia menggenggam tangan kasar Mary erat, Sakura takut dimarahi.

"Kau mencicipi air itu?" tanya Mary. Cukup perhatian pada Sakura.

Sakura menggeleng, surai merah muda sepanjang lengan atas ikut bergoyang. "Tidak."

Mary tersenyum, mengajak Sakura menjauh dari Manor House tempat keluarga bangsawan yang dilayani mereka. Bagaimana pun, keluarga ini memiliki lebih dari empat puluh pembantu/pelayan, salah-satunya adalah Mary dan si kecil Sakura.

Tidak setiap hari Mary boleh membawa Sakura mendekat pada Manor House, contohnya pada saat ini. Mary hanya bisa membawa Sakura untuk melihat-lihat tanpa menyentuh apapun.

"Jadi orang kaya sangat enak." Sakura memandang kaki putihnya, tanpa alas sama sekali menyentuh rumput, tanah, pasir secara langsung. "Mereka punya alas kaki kak."

Ada berat yang lebih dari sebuah tas berisi lima buku tebal yang tengah dibawah Mary di kiri tangan. Tetapi Mary berkeinginan menggendong Sakura sekarang.

"Kau ingin jadi kaya?" Hanya itu yang bisa dikatakan Mary.

"Apa bisa?" Mata hijau Sakura berkilat terang. Dia memandang Mary senang. "Aku ingin jadi kaya, kak. Biar kakak, kak Sasori tidak perlu tinggal di hierarki belakang lagi."

Sakura menyebut nama tempat tinggal mereka, atau lebih ke tempat tinggalnya dengan Mary. Rata-rata pelayan di sini berpangkat hierarki² rumah.

"Aku akan membelikan mu banyak buku." Mary berencana menyisikan uang saku untuk Sakura.

Tangan kurus Sakura tidak kasar, hanya saja Mary tahu tumbuh kembang Sakura tidak seperti anak sembilan tahun pada umumnya. Sakura terlihat seperti anak tujuh tahun yang rapuh--si kecil ini masih butuh kasih sayang.

HISTORI (END) Where stories live. Discover now