25; Tragedy

230 41 1
                                    

Bugh!

Buaagh!

Pukulan keras dari Junhyung berhasil membuat Beomgyu terhuyung dan pening dalam satu waktu. Ia kurang waspada, sehingga laki-laki itu bisa memanfaatkan kesempatan. Kayu yang digunakan Junhyung saat memukul kepalanya cukup besar, bohong jika Beomgyu tidak merasa pusing.

Satu persatu anggota The Bruiser mulai kehabisan tenaga dan berhasil dikalahkan musuh. Pertarungan satu lawan empat ini memang tidak seimbang sejak awal. Hanya tersisa Soobin dan beberapa orang lagi yang masih bertahan, bahkan semuanya sudah babak belur tidak karuan. Padahal jumlah musuh masih lebih banyak daripada anggota The Bruiser yang tersisa itu sendiri.

“Akui saja kekalahanmu, Choi Beomgyu! Lihatlah!” Junhyung terkekeh. Ia mundur sekitar tiga langkah dengan tangan yang menunjuk ke arah dimana anak buah mereka masih bertarung. “Katakanlah ... Bahwa kau menyerah. Maka aku akan mengampuni kalian dengan syarat, The Bruiser harus dibubarkan.” Ucap Junhyung memberi pilihan. Ia tersenyum sumringah, seolah pertarungan di antara mereka benar-benar dimenangkan olehnya.

Meski wajahnya penuh luka lebam dan darah bekas pukulan, Beomgyu tetap tak mau putus asa. Ia pejamkan mata sejenak sambil mencoba mengatur nafas. Rasa pening akibat pukulan dari Junhyung beberapa saat lalu masih terasa di kepalanya.

“Aku akan memberimu waktu untuk berpikir. Pikirkanlah baik-baik.” Ujar Junhyung.

Tidak peduli dengan tawaran tersebut, Beomgyu justru melempar pandangan tajam tanpa sepatah kata. Sembari mengambil posisi siap, ia pukuli kepalanya berulang kali. Berharap rasa pusing di kepalanya itu segera hilang. “Sebaiknya jangan lengah meski hanya untuk beberapa detik saja.” Himbaunya kemudian melayangkan pukulan secara tiba-tiba. Pukulan tersebut berhasil mengenai pipi kiri dan perut Junhyung.

Kondisi pun semakin memburuk. Beomgyu dan Junhyung tidak akan berhenti sebelum ada salah satu di antara mereka kalah.

.
.
.

Buaaghhh!

Sambil mengibaskan tangannya yang kram, Soobin mengamati sekeliling. “Ini tidak bisa dibiarkan. Lawan masih banyak, tapi anggota kami yang tersisa tinggal sedikit.” Ia bermonolog. “Aku harus minta bantuan.” Buru-buru Soobin merogoh saku celananya, mengambil handphone lalu mengirimkan pesan singkat pada seorang kenalan. Keadaannya sudah sangat mendesak. Jika ia tidak meminta bantuan segera, kemungkinan besar The Bruiser akan kalah dan hal itu tidak boleh terjadi.

“Kau sudah lelah?!”

Sebuah suara berhasil membuat perhatian Soobin jadi sepenuhnya beralih. Ketika ia mengangkat kepala, nampak seorang laki-laki berambut pink tengah berjalan menghampirinya.

Yeonjun tersenyum miring. Selama beberapa menit tadi ia hanya melawan anggota The Bruiser yang menurutnya terlalu mudah untuk dikalahkan. Yeonjun butuh lawan dengan kemampuan lebih dari mereka. Atau mungkin yang hampir sepadan kalau bisa. “Mau duel denganku?” Tanyanya sambil berekspresi jahil.

Masih pada fokus yang sama, Soobin justru diam di tempat tanpa langsung menjawab tawaran Yeonjun. Meski sebenarnya ia agak kesal dengan ekspresi sombong laki-laki itu, namun sejujurnya Soobin sudah agak lelah. Buru-buru ia masukan kembali handphone–nya ke dalam saku celana.

“Tidak berani, huh? Padahal aku sedang bersemangat.” Yeonjun tertawa kecil.

“Berisik bangsat!”

Duality [Choi Beomgyu]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang