16. Philander Chloris

4.5K 592 20
                                    

Ilianna melangkahkan kakinya dengan ringan dan sesekali bersenandung riang. Menyusuri taman mawar yang sedang mekar dengan tangannya yang memegang payung untuk menghalangi sengatan matahari yang bersinar terik itu. Di belakangnya para pelayan mengikuti dalam diam sambil menjaga jarak, memberi ruang lebih bagi sang putri untuk menikmati waktu bersantainya.

Ilianna terlihat senang dan damai. Saat orang lain sedang beramai-ramai melihat upacara penganugerahan orang-orang yang telah membawa kemenangan bagi Corentus, Ilianna justru memilih untuk menghindar.

Sang putri sama sekali tidak datang meski hanya sekedar untuk melihat. Dia benar-benar tidak peduli. Lebih tepatnya, menghindari hal-hal yang dapat membuatnya terhubung dengan Alceo.

Lagipula, Ilianna sudah tahu isi upacara itu tanpa harus menghadirinya. Ilianna tahu Alceo akan diberikan banyak hadiah dan jabatan dari Kaisar atas jasa yang telah dia berikan bagi Kekaisaran. Dan Ilianna juga tahu, setelah ini Kekaisaran akan heboh dan orang-orang akan semakin mencari muka di depan Alceo yang mendapat gelar Ksatria Suci dan yang dipercayakan untuk menjaga pedang pusaka milik Kekaisaran.

Ilianna mengetahui semuanya, jadi pergi ke sana pun tidak akan memberi keuntungan padanya.

Daripada pergi ke sana untuk mendekati bendera kematiannya sendiri, Ilianna lebih suka jalan-jalan menikmati angin sepoi-sepoi di taman yang menyebarkan aroma mawar, dan dipenuhi dengan ketenangan dan kesunyian karena semua orang benar-benar fokus pada upacara.

Ilianna suka ini. Dia begitu menikmatinya. Dia sangat menyukai situasi saat dia bisa merasa sangat tenang dan dapat rileks setelah datang dan menempati tubuh ini.

Tadinya Ilianna berniat menghabisksn sepanjang hari ini dengan bersantai di istananya. Tapi baru beberapa menit yang lalu dia berubah pikiran dan datang ke mari. Lalu tentu saja Ilianna tidak menyesali keputusannya untuk datang ke taman. 

"Ahh. Semoga terus seperti ini."

Ilianna baru saja mengucapkan harapannya dalam hati. Tapi keinginannya itu harus pupus saat di belokan taman dia justru berpapasan dengan seorang remaja laki-laki yang langsung tersenyum congkak saat melihatnya.

"Oh, ternyata di sini ada sang putri." Anak itu berucap dengan nada yang terdengar menyebalkan di telinga Ilianna. Dia seperti sengaja melihat pelayannya dan bertanya, "hey. Aku harus mengucapkan salam pada kakakku ini, kan?"

Pelayan laki-laki itu terlihat kesulitan. Tapi dia tetap berusaha menjawab sebagaimana mestinya. "Ya, Yang Mulia. Anda harus memberi salam pada Yang Mulia Putri karena beliau lebih tua dari Anda."

Jawaban itu malah membuat remaja laki-laki itu tertawa. Dia hanya main-main saat memberi salam pada Ilianna.

"Philander memberi salam pada sang putri. Semoga dewi selalu melihat anda dan memberi anda kebahagiaan!"

Setelah itu, dia tertawa lagi. Seolah ada sesuatu yang sangat lucu dan memancing tawanya untuk keluar.

Ekspresi wajah Ilianna berubah datar. Suasana hatinya jadi memburuk tapi dia mencoba untuk mengabaikan bocah di depannya ini.

Ilianna langsung dapat mengenalinya. Remaja laki-laki berambut tosca itu adalah Philander Chloris, putra kedua yang dilahirkan Lebecca untuk Rufa. Adik dari Damien, pangeran termuda yang memiliki kepribadian yang buruk karena terlalu sering dimanjakan oleh ibunya.

"Sungguh suatu kebetulan yang kurang menyenangkan bisa bertemu denganmu di sini." Ilianna berbicara sarkas dengan senyum yang terpampang di wajahnya.

Dia tidak peduli bahkan jika ucapannya terdengar tak sopan dan membuat para pelayan langsung jadi tidak nyaman karena sang putri lagi-lagi menunjukkan permusuhannya pada putra dari sang selir.

The Villainess PrincessWhere stories live. Discover now