Land of Gods 2

203 20 11
                                    

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

.

… The world opposed, but I will stand still in the gleam of fading hope …

.

Tak ada tempat sembunyi di kolong langit. Kejanggalan pada akhir Purgatorium ke-84 mengundang Yesung Sang Oculos menilik ke kedalaman danau dengan pengelihatannya yang dapat menembus dinding—membuatnya mendapati hal yang lebih baik tetap menjadi rahasia. 

Andai saja ia tahu keputusannya itu akan menyingkap tragedi, tentu Yesung akan memilih untuk mengurungkan saja niatnya. Biarlah keingintahuan itu tak terpuaskan. Namun, ia tak mampu memutar waktu. Yang berkuasa akan hal itu adalah Yoochun Sang Tempus. Bukan dirinya. Ia hanya dapat melihat.

Sekarang, di sinilah cahaya dan kegelapan bersanding—di tengah Prætorium Sang Dominus. Kungkungan tombak hitam pada siku dan lutut mengunci pergerakan keduanya. Mereka hanya bisa tersungkur pada kedua lutut di sana, di hadapan pengadilan tertinggi Hellas.

Ah, seperti nostalgia. Dahulu Yunho Sang Gelum dan Jaejoong Sang Solumque juga mengalami hal yang sama. Mereka berdiri di sini—di bawah berratus dewa lainnya—sebelum dibuang dari Hellas. Iri dan dengki telah merasuk dalam diri mereka—menggerogoti kebijaksanaan yang pernah menjadi esensi para dewa, melahirkan satu dari tujuh dosa pokok yang berusaha dicegah tabu.

Berita yang sampai ke telinga Leeteuk dari Henry Sang Locus membuatnya menggertakkan gigi. Wajahnya yang tenang kini melempar tatap nyalang. Hampir habis kesabarannya ketika sepasang dewa lain mengulangi kesalahan serupa.

“Jelaskan padaku, wahai Creperum! Wahai Lumen! Mengapa kalian melanggar tabu seperti dua yang tersisih sebelumnya?” tuntut sang Dominus dengan nada suara yang gelap dan dalam—membuat siapapun dapat merasakan potongan murkanya.

Lumen jelas tak menjawab, ia kehilangan kata dalam sesak. Air mata mulai turun di wajahnya. Cahayanya kian meredup. Ia hanya mencintai. Salahkah itu? Meski mereka makhluk abadi, tak bolehkah merasa lengkap?

Creperum sama diamnya. Ia melirik yang terkasih dari sudut matanya. Sesal mengendap di lubuk hati ketika melihat tangis yang tak mampu ia seka.

Pemilik rambut eboni itu menggigit kuat bibir bawahnya sebelum angkat suara.

“Kami hanya mencintai,” tuturnya menyuarakan isi kepala yang sama dengan si cahaya, membuat sosok yang masih terisak itu menoleh ke arahnya namun tak menuai tatap. Donghae tengah menghadapkan kepalanya lurus ke depan—ke arah hakimnya, hakim mereka. Iris kelabu kebiruannya berpendar—menyiratkan kesedihan yang berpusara di sana.

Gelum dan Solumque adalah rival,” Leeteuk memulai cerita panjang yang sudah dikenal baik seluruh penghuni Hellas, “Mereka bersaing untuk menebar panas dan dingin ke empat penjuru. Tidak saling membenci, hanya berusaha untuk menundukkan yang lain. Namun, kemenangan Gelum menimbulkan iri pada Solumque dan demikian sebaliknya. Kini Gelum menjadi es di kutub utara dunia kedua, dan Solumque menjadi lahar di perutnya. Mereka diasingkan karena telah melahirkan Envy—rasa iri.

HAEHYUK STORYOnde histórias criam vida. Descubra agora