Part 19

3.5K 237 31
                                    

Ruang makan keluarga Atmadja malam ini sedang ramai. Semua anak cucu Irina dan Efran berkumpul untuk merayakan hari ulang tahun pernikahan kedua orang tua mereka. Selain itu, Devano si bungsu juga membawa calon istrinya untuk makan malam.

Efran sangat bahagia. Akhirnya sang putra bungsu yang selama ini terkenal playboy dan suka bermain wanita, menemukan tambatan hatinya. Dan di lihat dari bagaimana Devano begitu memuja Eliza, sepertinya putranya itu benar-benar sudah bertobat. Efran lega, si tukang pembuat ulah yang sedari kecil selalu membuatnya pusing akibat hobinya yang suka bermain wanita, kini sudah menemukan pawangnya.

Mereka semua bercengkrama ria sambil sesekali memisahkan kedua anak kembar Arfian yang terus berkelahi. Bahkan Ardi dan Arda harus duduk berjauhan agar bisa makan. Selena yang biasanya pendiam, menjadi sangat cerewet saat kedua anak kembarnya terus bertengkar. Alhasil, Arfian yang harus mengalah dengan mengurus mereka berdua karena Selena harus menyuapi Arlene.

"Gimana dengan rencana pernikahan kalian, lancar kan?" Tanya Efran di sela-sela makan malam mereka.

"Lancar Pa, aku nggak sabar malahan. Lama banget sih menurutku." Jawaban enteng Devano yang membuatnya di hadiahi cubitan oleh Eliza. Arfi dan Dea mendengus seketika.

"Hati-hati El, setelah nikah lebih baik kamu rantai dia. Dev itu tukang ngibul, kamu jangan gampang percaya sama dia." Sambung Arfi sambil menyuapi Arda.

"Kak Arfi apaan sih, jangan kompor deh." Devano terlihat kesal pada perkataan Arfian. Kedua kakaknya itu memang sangat cerewet dan kerap  menyindirnya di depan Eliza seperti sekarang.

"Siapa juga yang kompor, kamu kan mantan playboy, jangan-jangan masih lirik sana-sini." Jawab Arfi santai, tidak peduli dengan raut kesal Devano.

"Kak, jangan ngomong gitu ih." Selena menyambung. Tidak enak hati dengan perkataan suaminya. Tetapi Arfian tidak menggubris. Ia tetap sibuk menyuapi Arda tanpa mempedulikan raut kesal Devano.

Kemarin Deana menceritakan ulah nakal adiknya bungsunya itu. Arfi yang mendengarnya jadi geram sendiri. Namun karena tidak ingin membuat ayah dan ibunya sedih, ia setuju dengan Dea bahwa sementara mereka tutup mulut saja. Siapa tahu Devano benar-benar berubah setelah menikah.

"Arka, dengerin Om, siapa cewek yang cantik dan seksi di sekolah kamu kemarin? Yang nembak kamu, ketua cheers itu?"

Arka melotot. Tidak menyangka curhatannya kemarin pada Om nya justru di bocorkan di hadapan kedua orang tuanya. Ya Tuhaaan, Arka malu sekali.

"Siapa yang nembak Arka, dan juga Arka masih SD, astagaaa?" Selena tampak kebingungan. Ia terkejut setengah mati mendengar putranya di tembak cinta seorang gadis. Apa anak jaman sekarang tidak sadar umur.

"Jangan mengajari anakku yang bukan-bukan, atau aku akan menghajarmu." Arfi terlihat kesal pada Devano. Umur Arka masih kecil, kenapa di ajari jadi playboy seperti itu. Entah dari mana Devano menuruni sifat playboy mengerikan seperti itu, kenapa adiknya itu sangat gemar bermain wanita.

"Kalian berdua hentikan. Makanlah dengan tenang." Irina yang sedari tadi mendengarkan perdebatan kedua putranya akhirnya tidak tahan. Kenapa keduanya selalu bertengkar setiap berkumpul. Padahal dulu saat Devano kecelakaan, Arfian juga yang paling heboh bahkan sampai menangis tersedu-sedu mengira Devano sudah meninggal. Sekarang ketika sudah berkumpul, mereka kembali bertengkar lagi. Irina benar-benar tidak habis pikir.

Akhirnya mereka tidak lagi saling menyindir setelah melihat Irina kesal. Efran hanya tersenyum sambil mengusap rambut Briana yang tengah duduk di sampingnya sambil asyik makan sup ayam. Di sebelahnya ada Arleen yang masih di suapi ibunya. Dalam hal kemandirian, Briana memang lebih mandiri dari pada Arleen karena didikan Deana yang lebih tegas.

Saat mereka semua tengah asyik mengobrol, seorang pelayan masuk dan mengatakan bahwa Nona Eliza di cari sopirnya, katanya ada urusan penting. Eliza segera menggangguk meskipun sedikit bingung. Melihat itu, Devano seketika mendengkus kesal. Berani sekali sopir itu mengganggu acaranya. Lain kali, Devano akan menegur keras sopir tidak tahu diri itu agar lebih bisa menempatkan diri. Tidak menggangu Eliza seenaknya.

Saat Eliza berdiri hendak menemui Rasya, tiba-tiba terdengar suara gaduh dari ruang tamu. Ada suara pak satpam yang berteriak-teriak. Mereka semua saling tatap dan kebingungan, namun tetap duduk di meja makan. Renov seketika siaga, langsung meyelipkan tangannya ke pinggang. Ia memegang pistolnya di balik jas, berjaga-jaga jika ada orang berniat buruk tiba-tiba masuk ke dalam rumah.

Saat suasana tegang, seorang wanita muda yang berpenampilan berantakan masuk ke dalam ruang makan. Wanita itu tampak mencari-cari sesuatu dan akhirnya tatapannya terhenti pada Devano.

Beberapa detik, mereka semua terdiam dan tidak ada yang membuka suara hingga Rasya tiba dan memegang bahu wanita itu. Renov langsung mengeratkan genggaman pistolnya, takut jika wanita aneh itu orang gila yang kabur dari rumah sakit jiwa.

"Rin, kendalikan dirimu. Jangan seperti ini." Rasya memegangi lengan Airin dan membuat wanita itu menatapnya. Ia tahu kegugupan Airin, tapi masuk ke dalam rumah orang dengan cara seperti ini pasti menimbulkan kegaduhan.

Airin hanya menangis sesenggukan dan Rasya segera memeluknya. Entah kenapa Eliza antara bingung dan tidak nyaman menatap pemandangan itu. Sebenarnya ada keperluan apa Rasya dan wanita itu datang kemari. Dari namanya, Eliza yakin wanita itu adalah teman Rasya yang anaknya tengah di rawat karena sakit jantung. Meskipun belum pernah bertemu, melihat bagaimana Rasya begitu perhatian, Eliza yakin wanita itu adalah Airin.

"Kamu ibunya Kanaya kan?"

Setelah lama tidak ada yang buka suara karena bingung, Irina akhirnya menyadari bahwa ia dan wanita itu pernah bertemu sebelumnya. Wanita itu adalah ibu Kanaya, pasien yang di tangani putranya. Tapi pertanyaannya, kenapa ibu Kanaya bisa sampai jauh-jauh ke sini?

Airin menoleh dan mengangguk pada Irina, kemudian menatap satu persatu orang di ruangan itu. Dan tatapannya jatuh pada Devano yang menatap pias padanya. Lelaki itu seperti berucap tanpa kata agar Airin tidak bicara apapun di sini. Tapi bagaimana bisa? Putrinya sedang berjuang antara hidup dan mati. Jika Airin tetap tutup mulut, bagaimana nasib Kanaya?

"Sya, tadi kamu nyari aku kan, ada apa?"

Mendengar pertanyaan Eliza, Rasya menoleh seketika. Ia kebingungan, tidak tahu harus menjawab apa.

"Rasya mengantarkan saya Nona."

Jawaban Airin membuat semua orang semakin heran. Devano bertambah geram. Jika Airin membuka mulut mengenai hubungan mereka sekarang, Devano benar-benar akan membunuh wanita itu.

"Ada apa sampai anda repot-repot kemari? Apa terjadi sesuatu pada Naya?" Tanya Irina cemas. Seorang ibu yang nekat datang ke rumah dokter sang anak, pasti terjadi sesuatu yang serius hingga ibu Kanaya berbuat sampai sejauh ini.

Airin berjalan lunglai menuju Devano tanpa menjawab pertanyaan Irina. Tidak ada yang mengehentikan wanita itu, semua orang hanya terdiam. Devano yang melihat itu semakin panik. Apa sebenarnya yang ada di otak Airin saat ini. Berani sekali Airin tidak menggubris perkataannya. Dasar kurang ajar. Setelah ini jangan harap ia membantu semua biaya pengobatan Kanaya. Devano tidak sudi.

Sesampainya di depan Devano yang berdiri di sebelah Eliza, Airin tiba-tiba bersujud, membuat semua orang heran dan bertanya-tanya. Sebenarnya ada apa ini? Kenapa ibu pasien sampai berbuat sejauh itu. Tidak mungkin kan Devano menolak menangani anak wanita itu? Lalu ada apa ini?

"Airin, apa yang kau lakukan? berdirilah." Rasya berjalan menuju Airin, hendak membangunkan wanita yang saat ini tengah bersujud itu. Airin tidak boleh merendahkan harga dirinya sampai seperti itu. Tapi sebelum Rasya mencapai Airin, suara lirih wanita itu menghentikan langkahnya.

"Devano Revan Atmadja. Aku mohon. Bantu putrimu sekarang juga. Aku mohon selamatkan Kanaya, aku mohooon." Ucap Airin di iringi tangisan yang menyedihkan.

Semua orang di ruangan itu terdiam. Tidak ada yang berani bersuara karena masih kebingungan. Terutama Devano, pikiran pria itu blank seketika. Apa yang dikatakan Airin tadi? Kanaya adalah putrinya? Bagaimana bisa? Apa wanita itu sudah gila?

Remember Me (TAMAT)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin