11. Asumsi

3 0 0
                                    


Pasir putih yang sangat lembut melumuri kaki Dimi yang telanjang. Perlahan Dimi menyusuri pantai seolah-olah menikmati suasana. Dimi sangat yakin bahwa semua gerak-geriknya sedang diperhatikan oleh seseorang entah di mana dan dengan cara apa.

Setelah mendengar cerita Carlos, sangat tidak mungkin dirinya dibebaskan begitu saja tanpa pengawasan seperti ini. Dimi mengabaikan teknologi CCTV yang sudah sangat kuno bagi resort dengan kondisi terselubung penuh kerahasiaan seperti ini.

Menjadikan sebuah pulau tidak terdeteksi oleh google map saja sudah merupakan point yang tidak bisa diremehkan sama sekali. Ditambah lagi dengan sistem keamanan berlapis, baik berupa pemisahaan tenaga kerja, dan tenaga security yang memiliki keahlian di atas rata-rata.

"Biaya untuk semua ini tidaklah murah. Lalu apa yang dihasilkan dengan adanya pulau ini?" Dimi membatin, masih belum juga menemukan titik terang dari semua yang dia lihat.

"Di lantai dua, aku rasa semuanya tampak normal, hanya kamar-kamar yang dipisahkan koridor dengan lebar sekitar satu meter yang memisahkan setiap dua kamar." Jadi intinya, memasuki kamar bisa melalui pintu utama, atau melalui balkon, karena adanya akses dari koridor sampai ke balkon. "Selain itu, tidak terlihat ada yang mencurigakan. Setidaknya, aku belum melihat hal yang mencurigakan di lantai dua." Dimi mencoba mengingatkan dirinya, bahwa segala hal terkait pulau ini, pasti sudah di rancang sedemikian rupa untuk maksud tertentu yang dia belum tahu, itu untuk apa.

Dimi mengingat-ingat saat dirinya berkeliling di lantai bawah. Setelah menuruni tangga, Dimi disambut oleh ruangan besar yang disebut Unification Ball Room, semua nama-nama ruangan tertera dengan jelas pada denah ruangan maupun maket yang ada di sudut. Searah jam dua belas dari pintu utama, terdapat level bulat setinggi sekitar dua puluh senti meter, yang sepertinya berfungsi sebagai panggung.

Di belakang level terdapat semacam studio musik yang dipisahkan oleh kaca tebal yang bisa meredam suara. "Studio sebesar dan semewah ini untuk apa? dan kenapa harus dipisahkan dari ball room?"

Dimi tidak mengerti, sebab biasanya studio kedap suara hanya berupa ruangan kecil untuk rekaman, maksimal bisa di masuki lima orang. Tetapi studio ini cukup luas dan bisa menampung musikus yang memainkan mini konser. Dimi memperkirakan, setidaknya dua puluh sampai tiga puluh orang bisa masuk dengan posisi duduk nyaman, dan masih berjarak, alias tidak berdesakkan. Selain itu, sebuah piano yang terlihat cukup mewah, dengan ukuran besar berada di sudut, seolah berkata, "jika kamu bukan seorang pianis profesional, jangan pernah sentuh aku!"

Dimi terkekeh sendiri menganalogikan piano tersebut begitu angkuhnya. Meskipun Dimi tidak paham soal instrumen musik, namun piano sebesar dan semewah itu pasti memiliki harga tidak kurang dari seratus ribu dolar Amerika. Bermacam-macam alat musik seperti biola, terompet, bass, gitar, bahkan harpa juga ada, semua tertata dengan rapih di dalam 'Magnificent Studio'. Bahkan di sudut studio, terdapat mini toilet dan mini kitchen yang sepertinya disiapkan untuk sekedar membuat teh atau kopi instant maupun menghangatkan kudapan ringan di dalam microwave. Saat melihat nama studio tersebut di maket, Dimi tertawa, karena rasanya terlalu berlebihan. Namun setelah melihat kemewahan di dalamnya, Dimi merasa nama tersebut cukup sesuai.

Hanya saja, mengingat resort ini total memiliki kamar tamu sebanyak dua belas, itu artinya bila satu kamar menampung dua orang, paling banyak tamu yang bisa menginap di resort ini hanyalah dua puluh empat orang saja, maksimal empat puluh delapan orang jika diisi berempat, sebab setiap kamar memiliki ukuran tempat tidur extra large, sepertinya tidak kurang dari tiga kali dua meter. Di luar ukuran normal tempat tidur biasa. "Pertanyaanya, orang kaya mana yang mau berbagi kamar dengan orang yang tidak di kenal?"

Dimi mengasumsikan sesuatu. "Siapapun yang mampu menjadi tamu di resort ini, pasti mereka bukan hanya sekedar orang kaya, tetapi harus sangat-sangat kaya. Akses masuk dengan seaplane tidaklah murah." Dan seringai sarkastis Dimi mengembang sambil terus membatin. "Ya, dan sebuah privacy, siapa yang mampu untuk memberinya label harga? Privacy adalah sesuatu yang paling sulit untuk diberi angka pembayaran."

Tiba-tiba seperti ada kilatan di pikirannya, semacam aha momen. "Hmmm... jika semua hal selain politik maupun bisnis kelas atas memerlukan banyak hal untuk membuatnya tetap survive, bahkan jika harus membuat sistem keamanan berlapis, maka hal lainnya tersebut adalah 'privacy'. Ya, bisa dipastikan salah satu alasan dibuatnya tempat rahasia ini adalah p-r-i-v-a-c-y." Dimi seolah-olah menemukan clue-nya.

"Pasti ada sesuatu yang telah diperhitungkan demi keamanan privacy seseorang yang memiliki pengaruh atau kekuasaan besar." Dimi bergumam dalam hati. "Mengapa kapasitas kamar jauh lebih sedikit dibandingkan kapasitas Unification Ball Room yang aku perkirakan mampu menampung sampai seratus orang, bila disetting round table kapasitas sepuluh meja. Jika tanpa meja sama sekali, rasanya cukup menampung tiga ratus orang." Dimi kembali dibingungkan dengan komposisi ketersediaan jumlah akomodasi di resort ini.

Dimi merenung sejenak. "Hmmmm... aku tahu, artinya, pada acara-acara tertentu semacam pertunjukan mini konser yang sifatnya private serta exclusive, tidak semua tamu yang hadir akan menginap di sini. Mereka hanya datang, kemudian pulang lagi." Lagi-lagi Dimi berasumsi.

"Aku rasa, aku perlu membuat sedikit coret-coretan agar bisa melihat mapingnya dengan lebih jelas." Dimi mulai duduk di atas pasir, lalu menggambar beberapa bagan dengan ranting kayu. Setelah itu dia menarik beberapa garis antara bagan-bagan yang dia buat. Garis lurus untuk segala asumsi yang telah dia pikirkan, garis putus-putus untuk sesuatu yang masih belum ada penjelasan sama sekali, alias pikirannya buntu.

Sebuah kesimpulan muncul setelah beberapa saat dia memperhatikan bagan yang dia buat di atas pasir. Setiap bagan dia beri nama dengan kode-kode tertentu. Entah mengapa, dia masih saja merasa yakin bahwa gerak-geriknya diperhatikan. Meskipun dirinya saat ini berada di luar ruangan dengan area sangat terbuka, yang pastinya sangat sulit untuk meletakkan CCTV tersembunyi, tetapi Dimi tetap harus waspada. Dia tidak mau apa yang dia lakukan terekam dan membahayakan dirinya.

"Seseorang, dengan kekuasaan besar, memiliki kemapanan ekonomi di atas rata-rata, memiliki suatu aktivitas rahasia yang bisa membahayakan reputasinya. Sehingga, diperlukan suatu tempat rahasia, yang bisa menjalankan aktivitas rahasia tersebut agar tetap bisa eksis. Dan entah dengan alasan apa atau bagaimana, aku adalah salah satu target mereka. Sekarang, aku hanya butuh informasi, mereka menargetkan aku sebagai apa? Partner? Investor? Atau bahkan, bisa jadi aku adalah musuh mereka? Itu sangat mungkin, karena bisa saja aku mengetahui sesuatu yang menurut mereka berbahaya, namun aku sendiri justru belum mengetahui, hal tersebut itu apa."

Baru saja pikiran tersebut melintas, pandangan Dimi terpaku pada luasnya landasan helipad maupun semacam dermaga untuk menjemput seaplane yang mendarat dekat pantai. Pemandangan tersebut membuat Dimi semakin yakin, bahwa ada sesuatu aktivitas super rahasia atau bisa jadi ilegal yang tersembunyi di tempat ini, namun sangat menguntungkan. Jika tidak, bagaimana mungkin diperlukan landasan seluas itu untuk sebuah resort dengan kapasitas kamar hanya sebanyak dua belas kamar?!

Kembali pada asumsi yang baru saja dia simpulkan. "Jika mereka menginginkan aku sebagai partner atau investor, aku rasa mereka akan menghubungiku dengan cara baik-baik. Mereka akan membuatku terpesona dengan semua ini, sampai mereka mampu membuatku mengeluarkan sejumlah dana, memindahkannya dari kantongku ke kantong mereka. That's it!"

Dimi menjadi gelisah. "Lalu apakah itu artinya, aku adalah musuh mereka?" Tatapan Dimi menerawang menatap kosong pada landasan yang terhampar di depan matanya. "Tetapi, apa yang secara tidak sengaja telah aku ketahui? Apa yang membuat mereka merasa terancam olehku? Apa tuntutan mereka?" Dimi benar-benar dibuat pusing dengan banyaknya pertanyaan yang belum mampu dia jawab.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 16, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Rahasia Inang-inang InternesyenelWhere stories live. Discover now