[ Part Lengkap ]
Soalnya versi novel beda sama versi wattpad 🤪
____
Satu hal yang ada dipikiran Clarissa saat berdiri di tepian jembatan. Mengakhiri hidupnya. Namun pada saat itu seorang pria datang menarik tangannya lalu berucap, "cara gitu ga bi...
Kai maupun Naura sudah duduk dihadapan orang yang ini mereka temui. Tiga jam lamanya mereka menunggu orang ini. Sempat terjadi cek-cok juga karena memaksa ingin bertemu padahal tidak ada janji ingin bertemu.
"Jadi, ada yang bisa saya bantu?" Ucap Dean memulai pembicaraan karena mereka hanya diam sedari tadi.
Dean menatap cowok dihadapannya ini, menunggu cowok yang nampak berpikir itu untuk membuka suara.
Merasa ditatap, Kai jadi tidak enak. Ingin memulai pembicaraan tapi bingung dari mana.
"Mana Clarissa?"
Bukan, bukan Kai yang mengucapkan pertanyaan tersebut.
"Lo yang bawa Clarissa-kan?"
Dean merasa di pojokkan. Dia tidak kenal dengan dua sejoli ini. Dia pikir mereka berdua ingin memakai jasa studionya.
"Wait, kalian ini siapa?" Dean melemparkan pertanyaan padahal belum menjawab pertanyaan dari cewek tadi.
"Temennya."
"Clarissa?"
"Iya!" Naura memang tidak pandai menahan emosi. Makanya ia selalu meledak apalagi bersangkutan dengan Clarissa.
Teman yang paling ia sayang.
"Clarissa," Dean menjeda ucapannya, mencoba menimang apakah memberitahu mereka adalah keputusan yang baik. "Dia ga ada."
"Gimana maksud lo?" Naura masih nyolot dengan segala pertanyaannya.
"Dia ga sama saya."
Naura hendak berdiri namun dengan sigap Kai menahan cewek itu. Kini Kai beralih menatap cowok dihadapannya. "Sebelumnya sama lo?
Dean hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Brengsek, lo orang asing kenapa bisa sama Clarissa?!"
"Sabar, saya bisa jelaskan." Ucap Dean. Jengah sendiri dengan bocah ingusan ini yang hobinya nyolot.
Setelahnya, Dean mulai menceritakan kembali kenapa mereka bisa bertemu dan kenapa Clarissa berakhir tinggal bersamanya.
Tidak ada yang ia lebihkan maupun ia kurangkan. Semuanya sama seperti kejadian sebenarnya.
Dean menatap cewek yang ia tebak masih tidak terima dengan pernyataannya.
"Bohong!" Ujar Naura dengan lantang.
"Clarissa ga mungkin sampai mau mati!"
"Saya yang liat sendiri dia berdiri di tepi jembatan dengan satu kaki yang ngambang di udara," ulang Dean.
Saat itu juga Naura mulai terisak. Semakin lama isakkan itu semakin terdengar jelas. Kai pun langsung menarik cewek itu kedalam pelukannya. Menenangkan cewek itu.
"Terus kenapa dia ga sama lo lagi?"
"Kemaren dia mulai masuk kerja disini, waktu itu saya suruh dia nunggu buat pulang bareng, karena saya ada klien. Setelah saya keluar dia sudah ga ada." Dean kembali membuka suaranya.
"Saya kira dia pulang duluan, pas saya sampai apart dia masih gaada. Lalu saya pikir kembali kali aja dia pergi sama temannya."
"Kebetulan beberapa hari yang lalu dia pergi ke club sama temannya."
"Itu kita..." Lirih Naura. Gadis itu semakin terisak.
"Jadi kamu yang namanya Kai?"
Naura menggeleng, lalu dirinya menunjuk Kai. "Dia."
Dean beralih menatap cowok yang dari awal tidak banyak bicara itu. "Kamu tau kalau Clarissa hampir dibawa orang malam itu?"
Melihat gelengan dari kedua Dean kembali menceritakan kejadian malam itu.
"Seberat itu kenapa Clarissa pendam sendiri..." Naura kembali melirih.
"Bukannya saya ga mau nyari dia. Tapi saya memang tidak tahu apa-apa tentang dia. Selain itu, kebetulan saya juga sedang ada projek. Dari kemaren saya mencoba berpikir positif." Tutur Dean.
"Gue tau kita harus kemana," ujar Kai yang sudah lama bungkam.
❤️🩹❤️🩹❤️🩹
Sudah satu hari cewek itu terkurung di dalam tempat ini. Tempat yang paling ia benci. Tempat dimana semua tangisan dan jeritannya terkuak.
Sial. Orang tua sialan itu berhasil menangkapnya setelah melarikan diri selama dua minggu lebih.
Makanan yang disajikan dihadapannya pun tak berselera untuk disentuh. Akhirnya makanan itu berakhir di tempat sampah.
Sejak tadi malam, otaknya berpikir keras bagaimana cara keluar dari tempat sialan ini.
Klek!
Pintu terbuka, menampilkan seorang wanita yang menatap tajam kearahnya.
Dulu ia menganggap wanita ini seperti malaikat yang selalu menjaganya. Namun kali ini, wanita itu telah berubah menjadi iblis yang sangat kejam.
"Apa kabar? Dua minggu kabur, jadi gembel atau jadi budak orang?"
Cewek itu berdecih, sudah muak dengan wanita dihadapannya ini.
"Kamu ingat kita dikasih waktu satu bulan untuk lamaran itu Clar?!" Wanita itu mencengkram kuat dagu Clarissa.
Namun cewek itu tidak mau kalah, ia menepis kasar tangan wanita itu.
"Aku gamau mah!"
Clarissa merasa jijik melontarkan panggilan itu. Karena baginya, wanita dihadapannya ini sudah tidak pantas mendapatkan hal itu.
"Terserah! Minggu depan mereka datang untuk lamar kamu!" Wanita itu semakin buta, memaksakan segala cara untuk memenuhi keinginan. "Terima, atau saya bunuh kamu!"
¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.