1. Once Upon A Time

17.7K 855 19
                                        

Ballroom salah satu hotel bintang empat di Bandung siang ini dipenuhi oleh ribuan orang yang terdiri dari keluarga besar Prama Corp, termasuk cabangnya, dalam rangka ulang tahun perusahaan yang sudah berdiri puluhan tahun ini. Dengan perkembangan yang makin baik, Prama Corp ingin mengapresiasi semua orang yang sudah bekerja keras di dalamnya, baik karyawan, tenaga kesehatan, termasuk keluarga mereka, dengan mengadakan jamuan makan siang yang diisi hiburan dari penyanyi dan komika terkenal Ibukota.

Di salah satu meja panjang, sudah duduk empat orang yang memulai persahabatan sejak bekerja di Prama Corp., beserta keluarga kecil masing-masing. Bukan meja yang tenang karena di dalamnya ada beberapa balita yang jelas tidak bisa diam. Ryan akhirnya membiarkan Fira, sang istri, membawa anak mereka menuju playground yang disediakan di sudut ballroom. Menyisakan empat orang dewasa dengan dua balita di dekat Radit dan Kalya. Jennaira si balita paling besar yang sebentar lagi akan berusia lima tahun, sedang ditarik oleh adiknya, Janitra, yang ingin mengajaknya menuju meja bundar tempat teman mereka berada. Menghindari rengekan yang semakin menjadi, Kalya yang diminta persetujuannya, akhirnya mengizinkan kedua gadis kecilnya menuju meja yang ingin dituju. Apalagi mereka sudah lama saling mengenal dan cukup sering bermain bersama. Lebih tepatnya Jani yang senang mengajak main salah satu anak di sana.

"Tiati lo, Dit, Jenna sama Jani ini udah keliatan gedenya bakal banyak dideketin laki. Banyak berdoa lo, biar mereka nggak kepincut laki kayak lo dulu," celetuk Meira yang hanya ditanggapi Radit dengan memutar bola mata. Malam ini Meira sengaja meninggalkan anaknya yang baru berusia satu tahun di rumah. Selain karena menurutnya masih terlalu kecil untuk mengikuti acara seramai ini, Meira juga beralasan ingin me time pada sang suami yang saat ini berada di sampingnya. "Yang ini cowok kan?" tanya Meira sembari mengusap perut Kalya yang mulai membuncit.

"Iya, dua kali di USG kelihatannya cowok," jawab Kalya yang kehamilannya memasuki bulan ke lima.

"Syukur deh, ada yang jagain kakak-kakaknya. Bungsu kan ini?" tanya Meira lagi yang ditanggapi kekehan Kalya.

"Kata dokter sih baiknya gitu. Terlalu beresiko SC lebih dari tiga kali. Apa masih mau lagi, Mas?" Kalya menoleh pada Radit.

"Astaga! Masih pengen emang, Dit?" Bara ikut penasaran.

"Gue selalu merasa cukup kalo yang ngasih Kalya. Jadi, terserah kamu aja, Yang." Radit balas menatap Kalya, yang membuat Kalya melebarkan senyum dan mengusap pelan pipinya.

Sedang tiga orang yang menontonnya hanya bisa membuang muka jengah. Makin lama menikah, Radit dan Kalya malah makin tidak ragu menunjukkan kemesraan di depan sahabat mereka. Seringnya karena ingin menggoda mereka. Sehingga setelahnya mereka berdua tergelak bersamaan.

Di meja lain yang kedatangan dua balita perempuan, disambut senyum lebar seorang wanita di sana. Jenna sang kakak langsung mengulurkan tangan untuk bersalaman. Sedang Jani, langsung mendekati salah satu anak lelaki di sana.

"Halo, Tante Ayu. Jani mau main sama Kak Aska, boleh?" ucap Jenna dengan senyum yang menampakkan lesung pipinya, menyapa sekaligus meminta ijin Ayu, Ibu dari dua anak laki-laki di meja ini yang salah satunya sedang didekati Jani.

"Hai, cantik. Boleh dong. Yang mau main hanya Jani? Jenna nggak mau?" tanya Ayu yang dijawab gelengan Jenna. "Kenapa?"

"Jenna main sama Arya, mau?" Belum sempat Jenna menjawab, anak laki-laki satunya bersuara. Usianya satu tahun lebih tua dari Jenna. Arya, si bungsu yang sifatnya lebih mirip sang Papa, memang selalu mencoba ramah. Sayangnya, Jenna tetap menggeleng.

"Jenna tungguin Jani aja," katanya.

"Kalo gitu, nunggu sama Om Ian, sini! Om Ian kemarin nonton film sama Kak Arya, Jenna pernah nonton nggak?"

A Memory of YouDonde viven las historias. Descúbrelo ahora