The Song....

9 0 0
                                    

Happy October from the deepest of my heart

🍁🍂

We are living on the age of star lights. Everywhere we look on this vast endless darkness of universes, there are stars being born. Each of them carrying parts of us; glimmering little life burning like mad fires. To which star our trail leads and descent, they are meant for us when those stars align.

Deep down it leads to the darkness for we are meant to see the stars sparkle inside of us, as one will evolve to a dream that is our life, and in the darkness our soul awaits, on silver fire beneath the waters.

How deep does the water go?

How deep does the water go?

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.


It looks like a painting.

Bumi terlihat seperti mangkuk hijau raksasa, dataran melandai dari undakan-undakan bukit yang memeluk lembah dan berhimpit-himpitan di kejauhan. Bangunan-bangunan kayu serupa pondok seolah ditancapkan di permukannya, berbaris rapi mengelilingi pusat lembah yang berkilau keperakan, sebuah spiral yang hanya bisa dilihat dari ketinggian. Seperti galaksi, danau luas nyaris bulat sempurna menjadi objek paling berkilau selain langit itu sendiri.

Bergemerlapan disapa mentari seperti jalinan cahaya lampu, air danau itu mengingatkanku pada samudera.

'Himmel Vatt is a place of dreams. The Great Lake of Sky Water is the source of all living things', tulis Ibuku di jurnalnya.

Himmel Vatt memang terlihat seperti mimpi. Seperti lukisan yang menyala-nyala, yang membuatmu terkejut saat melihat alang-alangnya bergerak ditiup angin karena tadinya kau kira mereka tidak nyata. Aku meragukan kalimat keduanya, karena tampaknya tidak ada yang hidup di lembah ini; pintu-pintu tertutup, jendela-jendela gelap, muram, dan berdebu. Bunga-bunga di depan setiap rumah berwarna-warni melambai ke manapun angin membawa mereka; daun dan kelopak tanpa cacat, terlalu cerah, terlalu tegak, hingga mereka tampak tidak hidup.

It's not real. Kukatakan itu pada diriku berulang kali.

"Sesuatu yang terlalu indah memang sukar dipercaya."

Aku menoleh ke kiriku. Eridani Magnusson juga terlihat tidak nyata. Rambutnya menggantung di garis rahang sewarna pasir pantai. Matanya biru keperakan seperti air laut, dan mengenakan gaun katun merah dengan bunga-bunga aster disulam di ujungnya, serta kulit pucat orang utara, dia terlihat seperti personifikasi musim ini: musim semi.

"Aku tidak tahu apa mau menyebut tempat ini indah atau menyeramkan. Ke mana semua orang?"

"Mereka sedang beristirahat, Chris."

"Kalian nokturnal?"

"Kalau mau kau sebut begitu juga tidak apa-apa."

Aku menoleh padanya lagi. Dani, dia bilang aku boleh memanggilnya begitu, tersenyum dengan satu sudut bibirnya terangkat. Aku melakukan yang sama, tidak mau terkesan tidak sopan atau tidak ramah.

The Song of the Ancient UniverseDonde viven las historias. Descúbrelo ahora