❍ Jagat Sangkara

388 67 25
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

JAGAT mencengkram kuat batu bata yang kini berlumuran darah. Napasnya terengah-engah. Tiga orang terkapar dihadapannya. Mereka semua, tergeletak tak berdaya.

Pemuda itu merasakan darahnya berdesir lebih cepat dua kali lipat. Perlahan, ia mengarahkan pandangan ke sekitar, tempat ini menjadi sunyi senyap dalam seketika. Padahal beberapa waktu lalu ramai oleh teriakan dan makian. Bau anyir sontak merangsak indra penciumannya.

Batu bata yang Jagat cengkeram jatuh hingga mengeluarkan bunyi debuman. Detik itu juga, Jagat baru menyadari apa yang telah ia perbuat.

Ketiga orang dihadapannya mati.

Apa yang telah ia lakukan?

"Aku---" suaranya terbata-bata, tangan penuh darahnya gemetaran. "Hanya berusaha melindungi diriku."

•••

Jagat menggeleng cepat, matanya memejam kuat. Ia terduduk lemas. Tangannya memukul kepala dengan kencang. Nyatanya Jagat tidak bisa berteriak. Suaranya redam.

Bayang-bayang ketiga orang itu melekat kuat di kepalanya. Bagaimana ketika mereka menyeret Jagat dan menjadikannya samsak. Bagaimana ketika mereka terus mengatakan bahwa Jagat adalah manusia paling tidak berguna. Bagaimana ketika mereka terang-terangan memperlakukan Jagat dengan tidak layak. Berputar-putar bak rekaman paling menyeramkan. Menghantuinya selama tiga tahun kebelakang.

Jagat hidup dalam ketakutan. Setiap hari. Setiap saat.

"Berkecukupan, pintar, disukai banyak orang. Hidup lo itu terlalu sempurna, Jagat. Jadi, gue bakalan kenalin ke lo soal pahitnya hidup." Kata Lukas sebelum pemuda itu melayangkan tendangan kencang yang menghantam perut Jagat.

Jagat tersungkur, ia meringis kesakitan sembari memegangi perutnya. Lantas Jagat terbatuk-batuk cukup keras, rasa sesak menjalar sampai dada. Jika sudah begini, terkadang Jagat berpikir lebih baik ia mati saja.

"Kamu cuma iri, Lukas. Kamu iri," perlahan Jagat bangkit, kakinya terlihat goyah beberapa kali.

Lukas menyunggingkan senyum sinis. "Iya gue iri! Gue benci lihat hidup lo! Gue muak!"

"Semuanya nggak kelihatan sesempurna itu, Lukas."

Selama ini orang lain melihat hidup Jagat dipenuhi keberuntungan, ia pintar, baik, disukai banyak orang, cukup terkenal, keluarganya harmonis. Lantas bagian mana yang kurang dari Jagat?

Jagat terlalu baik. Dan kebaikannya tersebut justru membawanya ke dalam lingkaran hitam yang mengubah hidupnya seratus delapan puluh derajat.

Seharusnya saat itu Jagat tidak perlu ikut campur. Seharusnya ia tetap memilih pergi alih-alih berhenti di depan gudang sekolah dan berakhir dikendalikan oleh rasa penasaran yang membawanya bertemu Lukas.

EvakuasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang