04

1K 151 0
                                    

" Menua.....

"Aduh pinggang ku sakit sekali kak," keluh (Name) memegang pinggang nya.

"Lagian kau mau kemana sih? Bukan nya istirahat saja," omel ku menggenggam tangan (Name) yang kurus dan keriput.

"Cih, aku bosan istirahat terus, kalau nanti aku mati trus tak ada yang tau bagaimana?" Grutu (Name).

Suaranya semakin pelan, badannya semakin rapuh, bahkan untuk berjalan saja sudah tak mampu.

Aku menghela nafas berat lalu menggendong tubuh (Name) agar lebih cepat sampai.

"Hei, astaga! Aku sudah tak muda lagi untuk kau kejutkan begitu kak!" Omel (Name) kaget karena aku berteleportasi mendadak.

"Bisa sampai seminggu kalau membiarkan mu jalan sendiri," ketus ku menurun kan tubuh (Name).

Tangan ku meraih sebuah kursi untuk (Name) duduki, hembusan angin meniup anak rambut (Name).

Mata (Name) menatap sayu matahari yang hendak tenggelam, bibirnya melengkung tersenyum.

"Saat kau menua hanya duduk seperti ini sudah memberi sebuah kehangatan kecil di hati," gumam (Name) tersenyum kearah ku.

"Berapa umur mu tahun ini?" Seru ku sedikit merapikan rambut (Name) yang terus tertiup angin.

"98, hampir 1 abad ahahahaha, apa karena aku hidup dengan para Adeptus jadi bisa berumur sepanjang ini," seru (Name) terkekeh dengan suara serak.

"98? Bukan nya itu masih sangat muda?" Seru ku.

(Name) mengkerut menatap ku, seolah pertanyaan ku sebuah kesalahan.

"Berhenti membandingkan umur manusia dan Adeptus kak" ketus (Name).

Aku hanya mengangkat bahu ku, (Name) melirik anak-anak kecil yang sedang bermain dengan orang tuanya, tatapan nya sendu namun bibir nya masih terus tersenyum.

"Apa kau ingin seperti itu?" Sahut ku bersedekap dada ikut memperhatikan keluarga harmonis itu.

"Aku sudah terlalu tua kak untuk bisa seperti itu, yaaa lagi pula salah ku terlalu asik bekerja sampai lupa umur tau-tau sudah setua ini" keluh (Name).

"Hm, apa selama ini tak ada yang cocok untuk mu? Kemana para pria yang kau kenal kan pada ku?" Seru ku memakaikan jubah yang dari tadi ku bawa di bahu (Name).

"Mereka..... melarikan diri ha-ha-ha," seru (Name) dengan tatapan kosong.

"Hem benar-benar serangga pengecut," ketus ku.

(Name) menatap ku dengan pandangan seolah aku lah alasan para pria yang mendekati nya melarikan diri.

"Jadi kau akan terus Sendiri begini? Kasihan" gumam ku sedikit meledek (Name) yang tersenyum kecut.

"Tidak, sejak kapan aku sendiri? Ada kak Ganyu, Tuan Zhongli, lalu Kak Xiao, aku sudah punya keluarga jadi untuk apa aku memusingkan soal keluarga baru," seru (Name), bahu ku sedikit tersentak kaget lalu tersenyum kecil memandang wajah (Name) yang masih terlihat muda di mataku.

"Jadi...apa kak Xiao mau menua bersama ku? Ahahaha mana mungkin ini hanya aku yang menua, kak Xiao Bahkan tak berubah sedikit pun" seru (Name) lagi tertawa kecil.

Senyum dan tawa nya masih sama walau lekukan di kulit nya semakin banyak, hanya sifat jahil nya yang hilang.

Tangan ku mengusap lembut Surai putihnya, ikut memandang matahari yang perlahan tenggelam.

"Kak Xiao memang tak berubah, begitu juga dengan tingginya ahahahahahaha"

Aku berdecak mencubit pelan pipinya, aku salah dia masih sama bahkan sifat kurang ajarnya masih ada.

.....Bersama ku," katanya. Hah omong kosong yang sangat ingin ku kabulkan.


Rin gak punya ide untuk chapter ini, jadi Absurd hehehehe.

Genshin Impact Brother Series ( Xiao X Readers )Where stories live. Discover now