1 | BOOMBZLE

1.8K 230 47
                                    

1 | BOOMBZLE




HINATA tak menyangka jika pesta pembukaan cabang perusahaan yang di tempatinya akan di hadiri berbagai tamu eksklusif, mata kucubung ungunya tak berhenti membulat dan menjerit tertahan ketika sesekali berpapasan dengan selebriti. Perusahaan dimana Hinata bekerja memang disebut-sebut sebagai perusahaan raksasa yang bergerak di berbagai bidang, namun yang begitu menonjol untuk menjadi sorotan publik adalah bidang properti. Hinata menjadi percaya bahwa mungkin benar Uzumaki Realty adalah ancaman bagi para pegiat bisnis yang satu gelombang dengan mereka, relasi yang Uzumaki miliki bukan hanya dari publik figur, tetapi dari kalangan pemangku politik yang punya pengaruh besar.

Hinata percaya diri untuk melangkah di tengah-tengah orang berpakaian licin yang sibuk membenturkan gelas kaca mereka untuk bersulang. Ia sesekali menyesap sampanye yang diambilnya dari nampan pelayan. Hinata melipir ketika ponselnya berdering, kakinya melangkah menjauhi keramaian orang-orang yang berkumpul di ballroom. Hinata menekan tombol hijau untuk menerima telepon dari sahabatnya, Fuu.

"Shit! Kau menyesal tidak ikut denganku!" Hinata menjerit tertahan begitu telepon tersambung, tak membiarkan Fuu memberikan salam terlebih dahulu. Fuu kontan mendengus kasar.

"Aku melihat acaranya di tv. Pembukaan perusahaan cabang saja seperti acara award para aktris. Apa benar sampai ada red carpet segala?" Fuu bertanya penasaran, Hinata melangkah kian jauh dari keramaian, memasuki lorong yang ia kira akan menuju sebuah toilet.

"Benar! Kau tahu, aku saja diminta untuk berpose di red carpet. Banyak jurnalis dari infotainment dan media berita, semua tamu terlihat sangat diperhitungkan. Untung saja aku memakai koleksi terbaikku ke sini." Hinata menyandarkan punggungnya di dinding, ia memerhatikan lorong yang kian hening, seperti tak ada penghuni, bahkan keramaian ballroom tak sampai ke sini. Namun Hinata memilih tak peduli, untuk beberapa alasan menetap terlalu lama di area ballroom membuatnya sedikit pusing.

Banyak pekerja yang memilih tidak datang menghadiri acara karena terlalu tak percaya diri untuk bersanding dengan relasi perusahaan yang membikin gigit jari, pekerja itu termasuk Fuu. Jika tidak ingin tertendang dengan kelas sosial, maka lebih baik menetap di kamar dan menonton acaranya saja di tv.

"Apa banyak pria tampan di sana?"

"Bukan banyak lagi. Lelaki yang sudah bau tanah saja terlihat tampan di mataku."

"Kau bukan melihat fisiknya! Kau memperhitungkan berapa jumlah kartu debitnya!"

Hinata hampir terbahak mendengar ucapan temannya yang tepat sasaran. Fuu mendengus kasar sambil sesekali menonton acara yang di hadiri Hinata di tv. Hinata memang mengincar pria kaya, untuk itu ia rela membeli baju puluhan juta untuk hadir di acara ini. Berusaha bersanding tanpa rasa malu agar dapat menggaet pria kaya, setidaknya, menjadi simpanan juga tak apa. Asal uang terus mengalir ke rekeningnya. Menipu orang terpandang dengan kecantikan adalah hal yang lumrah.

"Apa kau bertemu CEO kita di sana?"

"Maksudmu, Uzumaki Naruto?"

"Iya, siapa lagi CEO tampan kita yang tidak tersentuh itu?"

Hinata tergelak kecil. "Tidak, kau tahu kan? dia bahkan sulit ditemukan di acara seperti ini. Pria itu pasti hanya muncul di acara penyambutan dan kehadirannya hilang begitu saja di tengah keramaian. Memang pria yang sulit di tebak." Hinata bahkan jarang melihat Naruto Uzumaki di perusahaanya, sesekali mereka bertemu di lift, itupun Hinata tak berani untuk sekadar mendongak atau bertatapan. CEOnya itu memang paket komplit yang di impikan para wanita. Tampan sudah jelas, kulit tan dan mata biru adalah perpaduan darah Eropa. Cerdas sudah pasti dan meski punya banyak rumor miring, Naruto Uzumaki jauh dari rumor perihal perempuan, tak ada berita perjodohan, kencan atau menikah. Untuk itu dalam beberapa asumsi, Hinata yakin lelaki itu menyimpang.

BLOOD FLOWER (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang