Satu

20 0 0
                                    

Matanya memandang ke sudut ruang kelas dengan sayu. Banyak hal yang dipikirkannya, ketakutan, kekhawatiran dan perasaan aneh lainnya. Dia diam, menilik wajah teman sekelasnya yang terlihat sama. Lelah. Tiba-tiba pintu kelas terbuka dengan keras mengaggetkan seisi ruang.
"Siaap semuanya!" Ucap ketua OSIS Petra dengan lantang. Matanya menatap tajam ke segala arah dan berhenti pada mata Krys. Ia menghampiri bangku Krys di sudut kiri ruang tersebut. Rei diikuti ke enam anggota Penegak Disiplin Siswa lainnya berjalan dengan tegap. Krys masih diam membatu.
"Kau, Krys?" Kata Rei menyapa. Namun bagi Krys itu bukan kata yang menunjukkan sapaan tapi ancaman.
"Benar kak." Jawabnya pelan. Sudah ke tiga kalinya Krys ditanyai begitu oleh orang yang sama. Sejak kemaren Ketua OSIS Petra itu selalu memburu kesalahannya, membentak jika ada yang salah dan menyalahkan jika ada yang benar. Kesalahan adalah hukuman besar kebenaran adalah kesalahan besar. Tidak ada anak MOS yang benar, mereka semua salah. Itu aturan dalam MOS, dan Krys paham itu. Tapi, tetap saja ia tidak bisa terima, hati kecilnya selalu bersuara "lawan dia!" "Jangan diam saja!". Dan kali ini Krys sudah lelah, sudah terlalu malu untuk melawan Rei yang super menyebalkan.
"Kau masih senyolot itu?" Bentak Laras salah satu anggota PDS. " Rei loe diem aja gitu liat adek kelas se songong dia." Kata Viky sambil menunjuk ke mata Krys. Dan Krys masih diam seperti awal. Rei mulai angkat bicara, wajahnya ia dekatkan ke arah Krys. "Loe masih gak kapok? Loe gak mau minta maaf atas kesalahan loe?" Kata Rei menatap lurus ke manik mata Krys. "Sumpah gue gak pernah ketemu cewek se songong loe." Kata Rei melanjutkan.  Krys mulai tenang, Ia melihat Rei dengan tatapan ambigu. Seolah mau marah tapi diredamnya. Hati kecilnya benar-benar harus dibunuh kali ini. Agar semua ini selesai, hari ini ia merendahkan segalanya. "Maaf kak." Ucap Krys tegas. "Saya benar-benar minta maaf, saya salah."
Semua anggota PDS tertawa mengejek. Namun mereka telah menang dan Krys harus mengaku kalah. Tapi setidaknya hari ini selesai, Krys tidak ingin melanjutkan permainan sampah ini, ia juga tidak ingin melihat wajah Rei lebih lama lagi. "Aku benci kau kak Rei." Ucap Krys membatin. Namun tak semudah yang Krys bayangkan mengucapkan maaf belum cukup ada hukuman besar yang menantinya didepan. "Sial." Kata Krys dalam hati.
Krys ingin sekali menangis, berteriak sekencang-kencangnya dan mengucapkan kata makian di depan wajah Rei, tapi itu tak mungkin.

Lisa memandang Krys yang sedari tadi melamun. Kantin sedang ramai tapi Krys bahkan tak berdecak dari tempat duduknya. Padahal Krys tidak suka jika kantin mulai ramai, karena suasananya pasti akan pengap dan bau keringat apalagi di jam istirahat kedua. Tapi hari ini dia diam dikantin dan mengaduk es teh yang sudah sejam yang lalu di pesannya.
"Es teh kamu kok masih penuh? Belum diminum ya?" Sapa Lisa sambil mengambil posisi di samping Krys.
"Lis kamu kan sahabatku dari SMP. Kamu gak ngerasa ada yang aneh gitu dari aku?"
"Aneh? Emang sih kamu aneh. Kamu itu cerewet, suka ceplas-ceplos, suka nyanyi gak jelas, suka joget gak jelas tapi bagi aku kamu baik kok." Kata Lisa seolah tau maksud dari pertanyaan Krys. "Makasi Lis aku jadi lebih tenang." "Krys gak usah ke bawa pikiran besok juga para PDS bakalan baik lagi ke kita. Itu cuma acting buat seru-seruan aja. Jadi gak usah di pikir berat ya." Hibur Lisa. Krys tersenyum. Bibirnya tak mampu mengeluarkan kata-kata lagi. Dan akhirnya ia minum es teh yang mulai hambar itu.

KrysWhere stories live. Discover now