S.M~10

146 22 6
                                    

"Bro! Gue penasaran."

Saat Hugo dan Shoan tengah asyik mengunyah sarapannya, mendadak Shoan menghentikan kunyahannya hanya untuk bertanya pada Taavi.

Taavi yang sedang asyik menghembuskan asap rokok dari belah bibir tipisnya, melirik Shoan dengan sebelah alis terangkat sebagai isyarat pertanyaan "Apa?"

"Kok beberapa hari ini elu gak pernah sarapan bareng kita sih? Dan elu kemana aja? Kok sekarang elu sering telat, datengnya?"

"Iya. Kita penasaran nih. Elu kan gak pernah mau dimasakin sarapan sama mbok, jadi elu sarapan dimana?"-Hugo

"Jangan-jangan elu nemu warung makan yang enak dan gak mau bilang-bilang sama kita ya?" Shoan sengaja mengecilkan suaranya supaya Bik Min yang sedang melayani pelanggan lainnya tidak bisa mendengarkan obrolan mereka.

"Ngaco aja lu." Taavi menyeringai sambil menekan puntung rokoknya kedalam asbak.

"Lhah terus, elu gak sarapan gitu?"-Shoan

Taavi melihat ada kecurigaan yang sangat besar tergambar jelas dalam ekspresi kedua sahabatnya. Lalu dia mengalihkan pandangannya ke arah segelas kopi hitam yang terletak tepat di depannya untuk menghindari tatapan tajam mereka.

Taavi tahu sebagai sahabat, tak seharusnya dia menyembunyikan sesuatu dari Shoan dan Hugo. Tapi entah mengapa dia tak ingin membagi cerita tentang kedekatannya dengan Ardan pada siapapun. Terutama hugo yang dulu sempat menyukai Ardan.

Apalagi setelah dia diam-diam membayar montir di bengkel langganan Ardan itu agar memperlambat proses pencarian suku cadang motornya Ardan.

Taavi benar-benar tak ingin orang lain mengetahui kedekatan mereka. Meski dia sendiri belum yakin dengan alasan yang memprakarsai dirinya berbuat sejauh itu.

Mungkin untuk beberapa waktu ke depan dia akan tetap merahasiakannya dari semua orang, termasuk Jazmi yang berstatus sebagai pacarnya sekaligus sahabat baik Ardan.

Karena yang Taavi tahu, Ardan sendiri pun merahasiakan kedekatan mereka dari Jazmi dan Jefrey. Pokoknya Taavi hanya akan menyimpan semuanya sendiri, setidaknya sampai dia mengetahui alasan mereka berdua.

"Gue sarapan di rumah," Begitu selesai berbicara, Taavi segera mengatupkan bibirnya rapat-rapat sambil menggumamkan nama "Ardan" di hati.

Dengan dahi berkerut yang menandakan ketidak percayaan, Shoan bertanya. "Elu makan masakannya mbok?"

"Iya. Gue di masakin" Lagi-lagi Taavi melanjutkan kalimatnya dalam hati "Sama Ardan."

"Oh..."-Shoan

"Berarti elu telat dateng kesini karena sarapan dulu?" Kini giliran Hugo yang sedari tadi lebih banyak diam mendengarkan untuk bertanya.

"Begitulah." Taavi menjawab sambil mengangkat kedua bahunya dengan acuh.

Dia kembali menyesap sebatang rokok lainnya untuk menghilangkan rasa pahit yang tiba-tiba muncul di tenggorokannya setelah mengatakan semua omong kosong itu pada kedua sahabatnya.

Saat tengah memperhatikan kepulan asap yang keluar dari bibirnya, pikiran Taavi tiba-tiba terbang kembali pada percakapannya dengan Ardan pagi ini.

.

.

.

.

.

FLASHBACK ON

.

.

.

Sweet Mischief (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang