7

1.4K 166 13
                                    

Zhan menggeliat pelan, merasakan hawa kosong di sekitarnya. Tidak ada lagi lengan kokoh yang mendekapnya semalaman, juga tak ada aroma maskulin yang berasal dari tubuh Yibo.
Pria itu tidak lagi di tempat tidur yang sama.

Tapi Zhan peduli apa? Ia justru merasa lega tidak ada Wang Yibo di sekitarnya. Ia bebas ke kamar mandi dan mencari jalan keluar untuk lari. Tak bisa bayangkan jika ia dikurung seminggu di sini. Semalam saja rasa tubuhnya remuk hingga ke dada.

Setelah mencuci muka, Zhan tidak membuang waktu untuk mengambil kursi yang ada di sudut ruangan. Meletakkannya di bawah lubang ventilasi.

Ia berpikir sejenak, menimbang banyaknya resiko dan kemungkinan. Sejurus kemudian kembali ke kamar mandi untuk melihat lagi adanya jendela di sana. Tapi sebelum ia benar-benar lari dari sana. Ia berpikir lagi tentang jalan keluar dari villa dan bagaimana caranya ia sampai ke kota.
Setelah perencanaan yang matang, dan kemungkinan keberhasilan dan resiko yang detail. Zhan memutuskan untuk duduk di tepi ranjang, menunggu pengawal Yibo atau perempuan bernama Olivia itu datang.

Sebab, setelah dirinci, konsep kabur yang ada di kepala Zhan tidak didukung oleh properti yang memadai. Di kamar mandi tidak ada jendela, dan lubang ventilasi tidak tahu mengarah kemana dan bagaimana ukurannya. Mungkin saja tubuh berisi Zhan tidak muat di sana.

Belum lagi tak ada kendaraan sebagai media untuk kabur. Jika memilih lari, Zhan akan lekas tertangkap oleh bawahan Yibo yang membawa motor. Zhan mungkin akan tersesat, karena tidak tahu arah dan kakinya lecet sepanjang ia berlarian di jalan bersemak. Belum lagi kelelahan, dehidrasi, dan banyak macam resiko lainnya.

Setelah berpikir cukup lama, akhirnya Zhan menunggu panggilan sarapan dan benar saja. Perempuan latin itu memanggilnya turun. Tanpa diduga pula, supir pribadi Zhan juga ada di sana. Makan di satu meja dengan musuh besarnya.

"Setelah sarapan supirmu akan mengantarmu pulang," ucap Yibo dengan muka datar seolah Zhan hanya tamu yang menginap. Bukan tawanan yang disekap di kamar semalaman.
Harga diri Zhan benar-benar dinolkan oleh pria itu.

Zhan dengan santun duduk di samping Yibo. Melepas semua emosi yang membuncah dan berpura-pura tersenyum padanya.

"Sungguh, ayahku pasti ingin tahu kemana perginya puteranya ini semalam. Aku tak sabar ingin bercerita padanya." Dengan elegan Zhan mengambil sepotong daging yang ada di piring Yibo menggunakan garpu di sebelahnya.

Pria Wang menoleh, terkejut dengan bagaimana Xiao Zhan menampakkan segaris senyum kecil dengan tujuan mengancam Wang Yibo.

Seusai sarapan Zhan kembali ke kamar, dengan tujuan mengambil ponsel miliknya yang disita Yibo. Ponsel itu ternyata disimpan di lemari dan kuncinya ada pada pria itu.

"Mau mengambil ponselmu?" Yibo bersidekap, ternyata ia sudah menunggu Zhan di sana.

"Ponselmu ada di lemari, dan kunci lemarinya ada di sini!" Yibo menunjukkan zipper celananya dengan jari.

Zhan sudah menduga ini tak akan mudah, pria itu memang berniat menjatuhkan harga dirinya.
Zhan bosan dengan trik yang dipakai Yibo. Kali ini saja, Zhan tidak ingin memohon seperti semalam. Yibo kebal akan empati, meski Zhan nantinya meminta dengan suara memelas. Yibo pasti tak akan menyerahkan kuncinya begitu saja.

"Kau ingin aku mengambil langsung kunci itu dari dalam celanamu?" Zhan berdiri menantang.

"Ambil menggunakan lidahmu, bukan tanganmu!" Seringai Yibo tidak menunjukkan belas kasihan.

Zhan sedang baik-baik saja saat ini. Perut sudah terisi dan tubuh tidak terikat oleh tali. Ia yakin kali ini bisa mengalahkan Yibo dengan ototnya. Sesekali otot itu harus diberi kesempatan, saat otak Zhan terintimidasi.

Perfect Revenge (Tamat di PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang