Chap 1

196 20 7
                                    

"Kenapa nilai mu cuman segini Apo? " tanya pria paruh baya itu sambil menatap tajam kearah nya sedangkan Apo hanya berdiri membisu tidak berani menatap wajah marah papanya itu

"JAWAB PERTANYAAN PAPA APO NATTAWIN! " teriak marah si ayah

"M-maafkan Apo pa.. " jawab Apo ketakutan

"maaf? Apa yang maaf mu bisa lakukan ha? Apa kau ingin mempermalukan keluarga kita hah!?!" teriaknya lagi

"M-maaf hiks, Po j-janji gak b-bakal ulangin lagi hiks" jawab Apo sambil terisak. Pria itu hanya menatap Apo tanpa rasa kasihan malah dia menarik kasar lengan Apo sehingga membuat Apo hampir saja terjatuh jika tidak dapat mengimbanginya

"Papaa!! Maafin po hiks! Po mohon paa! " teriak Apo memohon, sungguh dia tau apa yang terjadi selepas ini . Seolah tuli, si ayah itu tetap saja menarik kasar lengan Apo sehingga mereka tiba di sebuah gudang yang sudah lama tidak dipakai.

Tanpa aba aba si ayah langsung saja menghempas kasar Apo sehingga membuatnya jatuh ke lantai yang berhabuk itu

"Paa, Apo mohon hiks! " mohon Apo pada si ayah namun lagi lagi dia diabaikan. Tanpa menunggu lama langsung saja melepaskan tali pinggangnya dan..

CTAR CTAR

"AKHH! SAKIT PA HIKS! " teriak Apo kesakitan

"SAKIT? INI BAHKAN BELUM CUKUP UNTUK MU! "

CTAR CTAR CTAR

Teriakan demi teriakan mengisi kekosongan ruangan itu. Teriakan kesakitan Apo bagai angin yang berlalu untuk si ayah.










"Tiada makan untuk mu hari ini! Kau dengar tidak!?" ucap si ayah itu lalu menutup pintu gudang dan menguncinya meninggalkan tubuh mungil Apo yang terbaring lemah dilantai.

"P-pa, b-buka pintunya hiks" lirih Apo sambil meringkuk kesakitan

"Hiks jangan t-tinggalin Apo hiks"

"A-apo takut hiks"

"Hiks hiks gelap hiks"

Ruangan gudang yang sepi nan gelap itu menjadi peneman bocah itu. Ya, Apo berumur 9 tahun. Rasa perih dan sakit dibahagian punggungnya membuatnya semakin menangis sejadi jadinya.



















































"Hah hah hahh"

"Memori itu kembali lagi? " ucap seseorang yang baru saja terbangun dari tidurnya. Wajah tan skin nya dipenuhi oleh keringat dingin yang mengalir

"Haha.. Ternyata ia masih menghantuiku"katanya mencuba menstabilkan pernafasannya. Dia menuruni kasurnya lalu berjalan kearah koridor kamarnya dan membuka pintu kaca itu.

Terpaan angin dingin menghembus di wajahnya. Bulan purnama yang terang menyinari wajahnya membuat sesiapa saja terpersona melihatnya. Lengkungan tipis dibibirnya membuat kecantikannya semakin terpancar. Namun siapa sangka dibalik senyum manisnya itu begitu banyak kesedihan yang ia pendamkan?

" rasanya begitu menyakitkan " ucapnya lirih pada dirinya sendiri

"Kenapa? Kenapa aku hiks..? " ucapnya sambil menundukkan kepalanya dan memejamkan matanya membiarkan air matanya mengalir begitu deras. Biarlah kali ini saja dia menangisi takdir yang menurutnya begitu kejam sekali.



















To be continued...

(´•(ェ)•`)

Você leu todos os capítulos publicados.

⏰ Última atualização: Oct 09, 2022 ⏰

Adicione esta história à sua Biblioteca e seja notificado quando novos capítulos chegarem!

Senja Yang Hilang Onde histórias criam vida. Descubra agora