16 :: Koleksi dan informasi

360 66 76
                                    

"Lihat tuan Lee, bukankah calon istrimu sangat menawan dengan gaun itu?"

Jeno memicingkan mata, menatap gadis cantik bergaun putih yang kini berdiri canggung di hadapannya. Winter melirik Jeno, sambil sedikit membenarkan sang gaun. "B-bagaimana? Apa kau masih tidak suka? Ini sudah gaun yang ke sepuluh, Lee Jeno." Tanyanya berusaha tenang.

"Semua gaun yang kau gunakan sangat bagus, tapi sepertinya aku lebih suka dengan gaun yang pertama. Gimana?"

Gila, memakai gaun pengantin berkali-kali bukanlah hal yang menyenangkan untuk Kim Winter. Kenapa? Untuk pemasangannya sangat ribet, karena harus memperhatikan beberapa bagian detail; seperti sleting atau tali pada pinggang, agar gaun dapat melekat dengan sempurna.

"Kau ini sengaja mengerjaiku ya?" Winter mulai senewen. "Kalau sekali lagi kau tidak suka, akan kupaksa kau memakai gaun juga di hari pemberkatan." Ancamnya sukses membuat seisi ruangan tertawa.

Setelah beberapa jam terlewati dan beberapa gaun terlampaui, akhirnya fitting baju hari ini selesai. Winter menghempaskan tubuhnya di atas kursi mobil sambil menghela nafas kasar. Sial, rasanya sendi tubuh dia ingin copot semua.

"Kau ingin makan siang dulu sebelum pulang?" tanya si pelaku kejahilan yang baru saja masuk kedalam mobil.

Winter mendengus sebal, seraya bersedekap, kemudian membuang muka. "Tidak, terima kasih. Aku lebih baik pulang dan tidur nyenyak, daripada makan dengan pria ngeselin sepertimu." Sahutnya ketus.

Sementara Jeno tertawa. "Kau marah karena persoalan tadi? Maaf, aku hanya suka melihatmu memakai semua gaun itu. Terlihat sangat cantik." Tangan kekar Jeno mencoba mengusap pucuk kepala Winter.

Tapi dengan cepat, Winter menepisnya. "Jangan menyentuhku, sangat menjijikan."

"Yak.." Jeno melotot lucu.

"Apa?" Winter tak mau kalah.

"Maafkan aku." sorot mata Jeno berubah jadi sendu.

"Akan kumaafkan kalau kau mau memakai gaun yang sama di hari pemberkatan." Kalimat Winter sukses membuat mata Jeno kembali melotot. Kali ini melototnya jauh lebih lebar.

"Yak, bukankah itu sangat keterlaluan? Namanya kau tidak tahu diri kalau memaksaku melakukan hal konyol seperti itu." protes Jeno tidak senang, sedangkan Winter sudah tertawa ngakak sambil memegang perut.

Dia benar-benar tidak tahan membayangkan seorang psikopat seperti Lee Jeno; memakai gaun pengantin wanita dan berjalan ke arah altar gereja. Demi neptunus perut Winter langsung sakit akibat mentertawakannya.

****


Kleck!

"Noona!" panggil Jisung semangat, ketika mendengar suara pintu yang terbuka.

Winter melangkah masuk dengan senyum manis di bibirnya. "Halo!" Sapa Winter kepada Jisung, kemudian teralih pada wanita berpakaian formal di depan sana.

"Huh? Kau guru pribadi Jisung ya? Salam kenal, namaku Kim Winter; kakak iparnya Jisung. Kalau ada kendala bisa langsung bilang saja padaku." Sambutnya sesopan mungkin, sekaligus memperkenalkan diri.

"Salam kenal kembali, namaku Kim Jihyo; guru pribadi yang akan mengajar Jisung mulai hari ini." Wanita itu sedikit membungkukkan tubuh ke arah Winter.

Entahlah, sejujurnya Winter merasa penasaran dengan lebam pada pelipis kiri Jihyo. Kalau di sebut sebagai luka akibat terjatuh, itu sedikit tidak masuk akal karena bentuknya cukup besar dan melebar.

"Noona, Jeno hyeong kemana? kenapa kau sendirian?" pertanyaan Jisung langsung membuat Winter membuyarkan lamunannya.

"Hyeongmu masih di lantai dasar, dia sedang telepon dengan seseorang." jawabnya dengan iris mata masih terpaku pada luka lebam itu. "Jihyo-ssi, jangan pernah merasa sungkan ya. Kalau ada apa-apa, kau bisa langsung bilang saja pada kami." lanjutnya buka suara karena khawatir.

(✓) Hello Mr. PsychoWhere stories live. Discover now