Tiga

1.7K 355 17
                                    

Basa basi meski tidak disukai tetap harus dikedepankan dalam dunia bisnis yang luas.
Tidak bisa sembarangan karena diatas langit masih ada lagit.
Karena itulah Hakan berada di hotel ini sekarang, menghadiri ulang tahun salah satu rekan bisnisnya.
Meskipun acaranya membosankan tapi Hakan senang karena para tamunya benar-benar orang hebat yang bisa bertukar pikiran denganya, saling sharing ilmu
tidak semua juga sih, contohnya sekarang dia terjebak bersmaa sekelompok kecil para pria besar mulut.

Hakan datang ke pesta ini dengan Ailin model yang baru dikencaninya sebulan ini.
Ailin sangat cantik, tubuhnya tinggi sedikit kurus dibanding yang Hakan sukai tapi wanita itu penurut dan bisa agresif demi uang yang biasa Hakan hamburkan untuknya.
Yah setidaknya Hakan tidak perlu terikat dengan satu wanita, harus pakai hati dan perasaan tentunya.
Sekarang Ailin entah di mana, mungkin sedang bersenang-senang di satu sudut di hotel ini, bersama pria lain yang dia kenal.
Untunglah Hakan selalu memakai pengaman setiap kali berhubungan seks dengan wanita mana saja karena dia tidak bisa percaya mereka aman dari virus, kuman atau penyakit kelamin.!

"Hakan lihat siapa yang datang.!"
Muntari yang berdiri didekat Hakan langsung berbisik, tatapan nya tertuju ke pintu nasuk.
Hakan menoleh, melihat Elma masuk bergandengan dengan Emre.

"Siapa yang mengundang mereka. Apa tuan rumah tidak tau kalau mereka bukan selevel kita lagi.?"
Muntari masih bergunjing.

Hakan sebenarnya benci pada orang-orang yang membagi kasta sesuka mereka seakaan mereka yang paling hebat.
Tapi terkadang karena uang dan kekuasaannya, Hakan juga menilai seseorang sesuka hatinya.
"Ini bukan pertemuan bisnis, mungkin saja mereka memang berteman.
Jadi wajar saja mereka diundang."
Hakan segera menghabiskan minum ditangannya, berbalik tidak ingin melihat Elma dan Emre, dia muak.

Alis Hakan terangkat saat muntari tersnyum dan bekedip, salah paham pada responnya.
Semua orang tau masalalu Hakan dan pasangan suami istri tersebut dan itu juga sangat memuakkan.
"Jangan sok tau. Jangan menyimpulkan apa yang bukan urusanmu." Tegurnya pada Muntari yang segera menurunkan tapak tangannya yang tadinya mau dipakai untuk menepuk bahu Hakan.

Muntari tau kapan dia harus diam saat Hakan menyuruhnya.
Hakan biasanya santai tapi saat dia serius, artinya jangan ada yang main-main lagi atau akan ada yang kena padahnya.

Hakan menjauh dari kelompok kecil para penjilat. Sebagai Bankir Hakan tau kemapuan orang orang itu dalam keuangan tidak sehebat kemampuan mereka menjilat tapi jika Hakan bersikap kasar, dia sendiri juga akan rugi. Jadi sudahlah, lebih baik dia sedikit santai dan culas juga.

"Hakan.!"

Tanpa berbalik Hakan tau itu suara Elma.
Apa yang dipikirkab wanita gila ini.
Apa dia sedang menyajikan hidangan di hadapan para pengunjing yang menatap mereka seperti srigala lapar.?
"Suamimu di sana, terlihat lemah. Aku takut dia akan tumbang jadi sebaiknya kau menjaga di sisinya."
Hakan langsung melangkah meninggalkan Elma.
Langkah yang salah sebab dia tidak melihat kehadiran seorang pelayan wanita yang membawa nampan berisi gelas tinggi yang penuh dengan minuman.

Si pelayan wanita menjerit kaget. Baik Hakan dan si pelayan serta Elma sama sama kejatuhan gelas yang menumpahkan minuman ke pakaian mereka.

"Kau.!" Desis Hakan dan si pelayan wanita serentak, sama sama marah.

Hakan kenal dengan wanita ini, dia pelayan Cafe sombong itu.
Si pelayan pasti juga mengenali Hakan, wajahnya yang awalnya terlihat takut kini seolah menantang.
Kalau orang lain yang ditabraknya apakah gadis sombong ini sudi minta maaf.?

"Apa yang kau lakukan.?"
Elma juga menjerit, merenggut lengan si pelayan menjauh dari tempat itu.
Hakan tidak bisa bertindak karena orang orang mulai mengerumuninya, meminta maaf atas kekacauan dan bertanya keadaanya.
Setelah meyakinkan mereka semua bahwa dia baik baik saja, Hakan akhirnya bisa meninggalkan tempat itu, menuju ke toilet untuk menbersihkan diri.

(Repost) SugarWhere stories live. Discover now