Knight And Moon 1

140 21 0
                                    

"Katanya Putri sudah dijodohkan dengan pangeran dari negeri sebrang" Jam istirahat ini tak disia-siakan para prajurit kerajaan Aster, mereka tengah membicarakan topik hangat yang sedang ramai dibicarakan.

"Pangeran yang sangat tampan, aku yakin Putri akan hidup bahagia" ucapan demi ucapan terdengar dari lapangan pelatihan para prajurit. Sepasang iris hazel hanya mendiami kedua temannya sembari meminum airnya.

"Bagaimana menurutmu?" tanya salah seorang pria bersurai keabuan.

"Jangan bercanda ini bukan cerita dongeng, aku juga tak punya waktu mengurusi hubungan orang lain" ujarnya. Dia bangkit dari duduknya, memperhatikan para prajurit yang sedang menikmati waktu istirahat mereka. 

"Istirahat selesai! cepat angkat pedang kalian dan lawan aku!" panggilan tersebut sontak menggerakkan para prajurit di sana, mereka berlarian untuk menghadapi si Ksatria.

"Wah wah, kurasa suasana hatinya buruk hari" ujar sang teman. 

Satu-satunya Ksatria wanita dalam unit mereka. Wajah tegas, bahu yang berdiri tegap kala memimpin pertempuran, wanita yang berani mengayunkan pedang untuk meniadakan perpecahan, berteriak keras tatkala mengajari prajurit. Yang begitu sudah jelas tak dapat disandingkan dengan Putri terhormat kerajaan Aster. Jangankan berbicara, bahkan mereka tak tahu seperti apa rupa Putri yang mereka lindungi, identitasnya ditutup rapat-rapat oleh kerajaan. Dari kabar burung yang ia dengar, Putri berjanji pada raja akan menyembunyikan identitasnya sampai ada seseorang yang berani melamarnya.

Hari mulai petang, para prajurit menyudahi latihan hari ini, salah satu Ksatria ditugaskan menjadi pengawal pribadi sang putri untuk pesta pengenalan si permata kerjaan Aster, tentu hal ini adalah kesempatan bagi para Ksatria lain, namun beda halnya dengan Maki, kalau saja ia adalah pria sudah jelas tugas ini tak akan diberikan padanya.

"Aku harus memakai gaun bertangan panjang" tuturnya pada pelayan. Salah seorang diruangan itu terkekeh kecil.

"Kau tidak pernah berubah" ujar orang itu. Lengannya mengisyaratkan para pelayan lain untuk keluar dari ruangan tersebut.

"Kau bercanda? Bekas luka di seluruh tubuhku bisa aja menakuti Putri baik kita" ada sindiran tersirat dalam kalimat Maki.

"Kau selalu terang-terangan saat menghina Putri, bagaimana kalau salah satu dari mereka mengadu pada raja?" gadis itu mendekat, beberapa gaun ia pilih untuk si Ksatria. Matanya hanya terfokus pada gaun, tapi Maki tahu kalau orang ini benar-benar sedang memperhatikan Maki.

"Atau kepala pelayan dikerajaan ini akan mengadu langsung pada Putri?" lagi-lagi kalimat Maki mengundang kekehan kecil. Orang ini adalah penyelamat serta dewi kehidupan bagi Maki, kalau saja dia tidak bertemu sang kepala pelayan kerajaan Aster empat tahun lalu, mungkin hidupnya akan berakhir dimakan hewan buas di tengah hutan. 

Tubuh bagus yang dipenuhi bekas luka itu dibalut dengan gaun hijau senada dengan rambutnya, aksesoris berupa kipas dan pita hitam jadi pelengkap keanggunannya. Maki melirik dirinya melalui pantulan cermin.

"Kau sangat cantik" ujar si kepala pelayan. Maki tersenyum kecut, bisa-bisanya anak muda ini menggodanya. Dan mengapa dia bisa menjadi kepala pelayan di usia semuda ini?

"Kenapa Putri Esther memberikanku tugas ini, aku tidak menyukainya" gerutu Maki tak senang.

"Duh duh, Ksatria kita ini cerewet sekali. Kalian tak pernah bertemu tapi kenapa kau terlihat sangat membenci Putri?" pertanyaan yan selalu dilontarkan pada saat Maki mengungkapkan isi hatinya. Maki terdiam, bibirnya mengatup rapat, si surai coklat hanya menanti kalimat apa yang akan Maki ucapkan.

"Apa kau sedang berusaha membencinya karena perbedaan kasta dan pendapat?"

"Atau kau iri dengan kehidupannya?" lanjutnya lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 27, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MakiNoba CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang