3: kebenaran.

1.2K 132 38
                                    

Kedua perawat saling menatap satu sama lain, badan mereka berdua bergetar tak karuan. Mimpi apa semalam sampai mereka di hadapkan dengan pasien rumah sakit jiwa ini!!!

BRAK!!!

Tiba tiba saja pintu di dobrak kasar, menampakkan seorang pria yang umurnya sudah tak muda lagi namun masih tampak muda. Di belakangnya sudah ada jejeran orang orang berbadan kekar dengan seorang dokter yang memegang suntikan.

"Stop your crazy action stupid! He has died."  bentak pria tua itu.

Axxel menatap pria itu nyalang, dia mundur dan dengan cepat memeluk tubuh wanitanya yang kini telah terbujur kaku.

"no! No !!! He didn't die at a jerk !!!"sangkal Axxel dengan amarah yang menggebu gebu.

Axxel menegang kala jari jemari Alifa bergerak sesaat. Ia tak salah lihat bukan? Mata Axxel berbinar penuh harap, dia menangkup wajah Alifa yang masih terpejam itu dengan pandangan penuh harapan, setetes air mata turun membasahi pipi pria itu yang kini menemukan secerah harapan, "H-hey dear, you hear me right? Please hear me, open your eyes. I will be very angry if you don't open your eyes!"  bisik pria itu dengan matanya yang memancarkan kesedihan.

Lalu Axxel menatap ayahnya dengan pandangan tajamnya, "see! He is still alive!"

Rennovan, ayah Axxel itu melihat sekali lagi pergerakan jari Alifa, dia terbelak, "Impossible, hey you! Hurry up and check him!" suruhnya pada si dokter suruhannya untuk mengecek keadaan istri anak gilanya itu.

"You get away, he wants to check the woman still breathing or not" tintah Rennovan yang dengan berat hati Axxel menyingkir memberikan ruang si dokter untuk mengecek keadaan istrinya.

Dokter tersebut memulai pemeriksaannya, ia ingin menyuruh Axxel serta semua orang keluar agar dia lebih leluasa, namun, itu hanya tersimpan di pikirannya. mana berani dirinya menyuruh seperti itu, yang ada nyawanya akan melayang detik itu juga.

Saat memeriksa keadaan jantung, matanya terbelak. "impossible! Mrs.'s heart splashed again even though it was very weak!" pekiknya mengundang perhatian semua orang yang berada di sana, termasuk Axxel yang saat ini mendekat lalu dengan cepat menarik kerah dokter itu dengan pandangan penuh harap.

"what? What did you say?!" tanya Axxel menekan cengkramannya pada kerah si dokter.

"M--mrs.'s heart splashed again even though it was very weak." kata dokter lagi dengan terbata bata. Ayolah! Tatapan pria yang berada di depannya ini sungguh menakutkan! Dia tak ingin mati muda!

Axxel menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyuman cerahnya, dengan kasar dia mendorong tubuh dokter itu sehingga dokter tersebut terhuyung ke samping. Axxel tak peduli, dia dengan cepat langsung menerjang tubuh Alifa yang di kabarkan jantungnya kembali berdetak. Meskipun lemah, ia tahu bahwa istrinya pasti akan bertahan karena sudah berjanji padanya.

Sesaat setelah hal itu terjadi, Alifa langsung saja di pindahkan ke rumah sakit yang terkenal akan kecanggihannya di rusia. Selama itu Axxel tak henti hentinya menemani Alifa yang dinyatakan koma.

Terhitung sudah 6 bulan lamanya Alifa masih terbaring kaku. Axxel semakin uring uringan kala kondisi Alifa semakin melemah. Ia tak mengurusi anaknya satupun. Jangankan anaknya, dirinya pun tak terurus dengan baik.

Mata yang cekung, badan lebih kurus, dengan wajah yang selalu menunjukkan rasa kepedihan yang mendalam. Dia berdiam diri di sisi Alifa selama hampir setiap harinya. Tanpa makan. Setiap para orang suruhan Rennovan itu ingin memberinya makan, maka Axxel dengan kilat melempar belati ke arah orang suruhan itu.

Alterleo TwinsWhere stories live. Discover now