coretan semesta || bagian 8

46 43 9
                                    

Senja berjalan perlahan menuju ruang pembimbing OSIS untuk memberikan beberapa data anggota OSIS yang masih aktif dan beberapa berkas laporan untuk acara sparing nanti.

Sesekali ia bersenandung kecil.

"Danji neol saranghae ireoke malhaetji
Ijekkeot junbihaetdeon maneun mareul dwirohanchae
Eonjena ni yeope isseulge ireoke yaksogeul hagesseo
Jeohaneureul baradabomyeo"

Sedang asyik-asyiknya bersenandung lagu Nct Dream-Candy, tiba-tiba Senja di kagetkan oleh sosok alien pluto. Eh bukan deng, tapi si Fajar.

"Alhamdulillah, ternyata bener ya apa kata pepatah" ucapnya salting sendiri saat bertemu doi. "Jodoh emang gak kemana" lanjutnya.

Sedangkan Senja bergidik ngeri. "Dunia emang bener-bener udah tua ya, udah gitu sempit banget lagi" sinisnya mengabaikan celotehan yang terlontar dari Fajar.

Fajar terkekeh. "Iya nih. Apalagi hati gue, sempiiit banget. Penduduknya cuman satu" celotehnya lagi. "Penduduknya cuman lo"

Senja semakin geram, ia mempercepat langkahnya agar bisa terhindar dari manusia aneh bin ajaib itu.

"Kok lo gitu banget sih, Ja"

"Gak peduli" ucap Senja pelan bahkan suaranya terdengar sepertu berbisik. Tak mau ambil pusing dengan apa yang Fajar lakukan, ia pun masuk ke ruang pembimbing OSIS dan meninggalkan Fajar yang masih ngoceh tak karuan.

Fajar hanya bisa menatap Senja pilu. Lagi-lagi ia di abaikan. Padahal ia tak pernah berniat jahat pada gadis itu. Ia hanya ingin menunjukkan rasa peduli dan rasa cintanya yang sedari dulu selalu Senja tolak.

Jika di tanya lelah? Mungkin jawabannya iya. Apalagi memperjuangkan sesuatu yang tak pasti. Tapi jika di tanya apakah ia sudah menyerah? Tentu saja jawabannya tidak akan pernah.

Karena dia Fajar, yang akan selalu menunggu Senja dengan sabar. Sebab senja selalu mengajarkan kita bahwa keindahan itu datang setelah penantian panjang.

"Ternyata gini ya rasanya friend zone" monolognya merasa perihatin pada dirinya sendiri.

Saat Fajar tengah meratapi nasibnya yang selalu di tolak Senja, sebuah suara menyapa indera pendengarannya.

"Salah penafsiran itu, friend zone terjadi kalo dua pihak sama-sama merasakan suka tapi enggan menjalin hubungan dan lebih nyaman dengan status persahabatan. Kalo yang cinta cuman lo doang mah namanya bukan friend zone cuk" ledek seseorang yang mengenakan Jersey bernomor dada 30 serta berlogo Silhuette Team. Ya siapa lagi kalau bukan Langit.

Fajar tak menggubrisnya. Ia malah berjalan meninggalkan Langit yang nampaknya tengah menunggu Senja yang berada di ruang pembimbing OSIS atau hendak apalah ia tak tau.

Tak lama kemudian Senja keluar dari ruangan itu dengan raut wajah kebingungan. Ia tampak celingukan seolah tengah mencari seseorang.

Langit yang melihat itu sontak mengernyitkan dahinya. "Halo tuan putri, tuan muda Langit di sini" siapanya sambil melambaikan tangan di depan wajah Senja.

"Eh"

Senja nampak terkejut.

"Kok lo kayak kaget gitu sih?" Tanya Langit saat melihat ekspresi terkejut dari Senja.

Senja menggeleng. "Gue heran aja, perasaan tadi yang anteng berdiri di sini tuh alien pluto deh, kok tiba-tiba berubah jadi prince charming ya?" Ucap Senja mencandai Langit yang masih setia menatapnya.

"Iyain aja deh" balasnya santai.

"Btw, sore nanti lo ada latian gak?" Tanya Senja.

Langit nampak berpikir sejenak. "Bisa jadi sih, soalnya ada coach Vien tadi di ruang guru" jawab Langit.

"Gitu ya"

Langit mengangguk. "Kenapa emangnya?"

"Nggak sih, cuman nanya aja. Hehe" jawab Senja sambil cengengesan.

Setelah itu mereka berjalan kembali menuju kelas sambil tak henti-hentinya membahas beberapa hal. Sampai hal random pun mereka bahas.

"Ja" panggil Langit saat keduanya sudah sampai di depan kelas.

"Hm?"

"Nanti kalo gue gak bareng lo lagi, lo akur lagi ya sama Fajar. Dia kan pengganti gue" celetuk Langit membuat Senja bingung.

"Maksudnya?"

Langit tersenyum. "Intinya, lo sama Fajar harus akur kayak dulu lagi"

>>>||<<<

Lintang menggeleng pelan saat memasuki kamar Fajar. Si pemilik kamar ternyata sedang sibuk melamun dan bergelut dengan pikirannya. Lintang tau apa yang sedang sahabatnya itu pikirkan.

"Pasti Senja lagi" gumamnya.

Lintang menghampiri Fajar, ia menepuk pundak sahabanya. Lalu duduk di sebelah Fajar yang sedang berada di balkon kamarnya.

"Dari pada galau gini, mending maen futsal yuk sama anak-anak" ajak Lintang. Namun Fajar menggeleng. "Kenapa? Tumben lo nolak pas di ajak futsal?"

Fajar mendelik. "Ini tuh malem minggu, harusnya malmingan ato apa kek. Jangan futsal mulu, bosen gue"

Lintang menaikkan sebelah alisnya. "Lo kalo lagi galau, ya galau aja. Tapi jangan gini juga"

Fajar menghela nafas panjang. "Coba deh lo ada di posisi gue" keluh Fajar. "Lo bakal tau gimana rasanya bertahun-tahun cinta sama cewek dan si cewek itu gak pernah anggap kehadiran dan perjuangan lo, bahkan dia milih buat ngejauh dari lo. Sakit" ucap Fajar pilu.

Lintang menggeleng. Ia tak tau lagi harus bagaimana menghadapi Fajar yang selalu saja seperti ini. Ia rasa Fajar dapat menemukan gadis lain yang lebih baik dari Senja jika ia mau melupakan dan membuka hati untuk gadis lain.

"Jar, lo mau sampe kapan kayak gini terus?"

Fajar menggeleng. Ia tak tau akan sampai kapan menjadi seperti ini. Ia benar-benar sudah menjadi budak cintanya Senja. Tapi sayangnya gadis itu tak pernah menganggap kehadirannya.

"Andai aja waktu bisa di ulang lagi, gue gak mau kejadian dimana gue ungkapin perasaan gue ke Senja terjadi. Harusnya dulu gue pendem ada perasaan itu. Mungkin sekarang gue masih bisa sama dia"

"Nyesel pun gada gunanya, Jar"

>>>||<<<

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 11 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

coretan semesta | dari Fajar untuk Senja [HIATUS]Where stories live. Discover now