11

1.7K 309 29
                                    

"Teganya kau memanfaatkan orang sepolos itu sebagai tameng?" Heeseung mengernyitkan kening,
"Dan tameng seperti apa maksudmu?"

Sunghoon mengangkat alisnya, menatap Heeseung setengah mencemooh, "Benarkah yang kudengar ini? Seorang Heeseung yang selalu menyakiti hati perempuan dan laki - laki tanpa pandang bulu tiba - tiba mencemaskan kepolosan seseorang?"

Heeseung membalas tatapan mata Sunghoon dengan serius, "Aku sungguh - sungguh dengan perkataanku Hoon ..... kau tahu semua orang yang pernah menjadi korbanku, mereka memang pantas mendapatkannya, tetapi Sunoo .... dia benar - benar laki - laki polos yang tidak tahu apa - apa, apapun yang kau rencanakan terhadapnya, kau akan bersikap kejam kepadanya. Dan aku tak menyetujui hal itu."

Sunghoon membeku, dia lalu mengangkat bahunya, "Sunoo adalah satu - satunya orang yang paling tepat untuk ini, aku tak punya pilihan lain."

Heeseung berdiri, menatap Sunghoon dengan tatapan tajam. "Terserah, aku sudah memperingatkanmu. Rasa berdosa itu akan semakin dalam kalau kau memanfaatkan laki - laki polos yang tidak tahu apa - apa. Tapi ingat ini, jika kau bertindak jauh dalam menyakitinya, aku akan dengan senang hati mengambilnya."

Heeseung lalu melangkah dan meninggalkan Sunghoon, masuk ke kamarnya, setelah beberapa langkah sampai di depan kamarnya, lelaki itu seolah teringat sesuatu dan menolehkan kepalanya sedikit, "Oh ya, aku lupa mengatakan kepadamu, tadi pagi aku berbelanja dengan Sunoo, dan kami bertemu temannya."

"Teman Sunoo?" Sunghoon mengernyitkan keningnya, langsung tertarik.

"Yah, dia bilang dia teman Sunoo, salah satu rekan kerjanya di cafe tempat mereka bekerja sebelumnya."

Heeseung menatap Sunghoon penuh arti, "Tapi aku tahu lelaki itu tidak menganggap Sunoo sebagai teman. Dan kalau kau mau menjalankan rencanamu, apapun itu, kau harus mempertimbangkan keberadaan orang - orang yang menyukai Sunoo lebih dari yang seharusnya."

Heeseung sepertinya menebak kalau Sunghoon akan menjadikan Sunoo sebagai kekasih pura - puranya.

Dan ya, Sunghoon memang akan melakukan hal yang hampir mirip seperti itu, tetapi tentu saja dengan cara yang jauh berbeda.

Dia akan membuat ayah kandungnya pulang ke negaranya dengan bahu terkulai kalah dan sangat sangat kesal.

"Aku akan mempertimbangkan nya. Terima kasih Hee." Jawab Sunghoon datar.

"Dan satu lagi, Sunoo tidak punya ponsel. Kasihan sekali di jaman sekarang tidak punya alat komunikasi yang begitu penting. Kau mungkin bisa membelikannya satu."

"Akan kulakukan." Sunghoon mengangguk, menyadari bahwa hal itu luput dari perhatiannya.

Nanti dia akan memastikan kalau Sunoo mempunyai ponsel, hal itu memberikan manfaat baginya juga untuk berkomunikasi dengan Sunoo kapanpun dia jauh.

>>>

Ketika Sunoo keluar dari kamarnya setelah berganti pakaian, Sunghoon berdiri di sana dan menatap Sunoo dari ujung kepala sampai ke ujung kakinya. Tatapannya setengah mencemooh setengah kasihan.

"Kau hanya punya baju ini?"

Lelaki itu mengamati kaos Sunoo yang dulunya pasti pernah berwarna putih meskipun sekarang hanya menyisakan warna krem kusam yang tidak jelas. Dan laki - laki itu mengenakan celana panjang hitam se - mata kakinya.

Kaos putih dan celana hitam! Demi Tuhan .... apakah orang ini tidak punya selera berpakaian yang lebih baik? Pakaiannya mengingatkan Sunghoon pada anak training di toko - toko. Padahal Sunghoon akan membawa Sunoo ke butik kelas atas.

Dia sendiri sebenarnya tidak peduli, tetapi dia tahu orang - orang di sana akan mencemooh Sunoo, memandang Sunoo seperti pertunjukan sirkus mahluk aneh yang salah tempat, dan dia tidak mau Sunoo mengalami itu, dipermalukan seperti itu sementara Sunoo berjalan di sisinya.

Crush in Rush (Sungsun)Where stories live. Discover now