Vale, kuat ya!

1.7K 126 1
                                    

Setelah mendengar teriakan saudaranya, Vano dan Varo terburu - buru menghampiri Vale. Dapat mereka lihat tubuh Vale bergetar. Mukanya ia tutup dengan kedua tangannya. Vano mendekat perlahan, mengusap pelan bahu sang adik

"Val.."

"AAA PERGI PERGIII" Vale menggeleng kuat. Ia memberontak. Seolah ingin menjauh dari Vano

"Val, ini gue"

Ia kemudian meraih kedua tangan adiknya, menurunkannya agar Vale bisa melihat dengan jelas bahwa yang ada di hadapannya saat ini adalah Vano

"Van-no" ujar Vale terbata. Air mata adiknya sudah mengalir deras di pipi, hidungnya pun sudah memerah. Tanpa menunggu apapun lagi, ia langsung mendekap Vale. Terdengar isakan kecil disana

"Kamu kenapa dek?" Vano bertanya sambil terus mengusap punggung bergetar Vale

"A-ada it-u" Vano sedikit terhentak. Apakah adiknya ini kembali melihat 'mereka'?

"Udah ya, udah ada gue. Ada Varo juga. Lo aman sekarang ya.. Tenangin diri lo dulu"

Varo tentu saja merasa iba. Bagaimana tidak, kejadian akhir - akhir ini membuatnya juga merasakan ketakutan yang sama. Tentu saja, mereka saudara kembar. Bisa saling memahami walaupun tak mengungkapkan apapun

"Val, minum dulu" Varo menyodorkan sebotol kecil air mineral. Vale berusaha menerimanya, namun tangannya masih saja bergetar. Sedikit membuatnya kesulitan. Varo kemudian menahan tangan bergetar Vale, menggenggamnya lembut

"Sini, gue bantu"

Vano berdiri dari posisinya, sedikit menjauh agar memudahkan Varo membantu Vale. Si bungsu kemudian mensejajarkan posisinya dengan Vale. Membantu kakaknya itu minum. Hanya beberapa teguk kecil, tiba - tiba Vale tersedak. Terbatuk cukup kencang membuat keduanya khawatir

"Kak.. Kak, tenang. Minumnya pelan - pelan"

Vale masih saja terbatuk. Tangannya memukul - mukul kecil dadanya. Ingin batuk menyakitkan ini segera pergi. Ia tak nyaman, sungguh

"Kak jangan gini.. Lo tenang ya"

Setelah sedikit berusaha, akhirnya Vale mulai tenang. Namun, raut wajahnya masih menyiratkan rasa takut. Melirik cepat ke kiri dan ke kanan hanya selang beberapa menit.

"Dek.." Vano menukar posisinya dengan Varo, kemudian menggenggam tangan ramping Vale. Dingin banget ujarnya dalam hati. Kemudian ia berdiri, memandang adik bungsunya dan berucap

"Kasian Vale, kita harus cepet - cepet balik. Temen lo udah sampe mana?"

"Tadi sih dia bilang udah setengah jalan. Kayaknya sekarang udah makin deket. Mau gue telpon?"

"Boleh, bilang ini darurat. Vale harus cepet - cepet sampe rumah. Tapi ingetin mereka juga biar hati - hati, apalagi ini daerah rawan. Jalanannya terjal"

Setelah mendapat instruksi dari abangnya, Varo sedikit menjauh. Menelpon teman - temannya untuk menanyakan dimana posisi mereka saat ini. Vano mengambil jaket Varo yang ada di kursi belakang, jaket yang sengaja ia tinggalkan di mobil. Nanti pasti berguna di situasi yang mendadak. Terima kasih pada Varo, ide nya itu memang sangat membantu. Apalagi di situasi seperti saat ini.

"Dek, pake jaket nya dulu. Tangan lo dingin banget"

"Ini kan udah abang" cicit Vale

"Iya, gak apa - apa double. Biar nyaman"

Vano dengan cekatan membantu Vale mengenakan jaket tersebut. Setelahnya, Vano kembali berucap

"Dek, mau duduk di belakang? Atau mau di sini aja?"

Triple TroubleWhere stories live. Discover now