5. Perjanjian

494 55 12
                                    

A-aku mau Pa" akhirnya keputusan ini yang dia ambil.
Dia memang ingin mengejar mimpinya menjadi seorang perancang busana, tapi saat ini kebahagiaan keluarganya yang utama. Dia tidak mau menambah kebencian Papa terhadapnya. Mungkin dengan begini, nantinya Papa mau memaafkan dirinya.

*****

Setelah mendengar keputusan Jelita malam itu, kini kedua belah pihak keluarga mengadakan makan malam bersama. Pertemuan ini membahas tentang rencana pernikahan Juna dan Jelita. Papa dan kakaknya tengah mengobrol dengan calon ayah mertuanya dan kakak iparnya. Sedangkan Jelita bersama Arjuna, Mama Tiara, dan Kaluna tengah membahas tanggal pernikahan mereka.

"Jelita kuliahnya udah selesai kan?" Tanya calon ibu mertuanya

"Sudah tante, tinggal nunggu wisuda bulan depan" jawabnya

"Gimana kalau pernikahannya kita adain bulan depan juga, satu minggu setelah Jelita wisuda"

"Apa gak terlalu cepat Ma?" Sela Arjuna

"Enggak kok, itu lebih dari cukup buat mempersiapkan pernikahan kalian. Kalian tenang aja biar semuanya Mama yang urus, kalian tinggal terima beres" ujarnya excited.

Arjuna yang mendengar ucapan mamanya hanya bisa menghembuskan nafas pelan, percuma juga membantah perkataan Mama.

"Gimana Jelita, kamu setuju kan?"

"Jelita ikut saja tante"

"Kok masih panggil tante sih? Mulai sekarang panggil Mama Papa. Karena sebentar lagi kamu juga jadi anak Mama"

"B-baik Ma" jawabnya pelan, kepalanya tertunduk guna menyembunyikan matanya yang kini sudah berkaca-kaca. Sudah lama dia tidak mengucapkan panggilan itu, dia jadi merindukan mamanya. Jika Mama masih hidup, pasti dia juga akan sama bahagianya dengan Mama Tiara.

"Jelita, kamu kenapa sayang?" Melihat calon menantunya yang sedari tadi diam, membuat Tiara bertanya-tanya.

Begitu Jelita mengangkat kepalanya, semua orang dibuat terkejut. Pasalnya kini matanya sudah berkaca-kaca. Mungkin sebentar lagi bulir bening itu akan jatuh.

"Jelita kamu kenapa, ada ucapan mama yang nyinggung kamu ya?" Tiara bertanya panik.

Jelita menggeleng sebagai jawaban, namun pertanyaan yang keluar dari mulutnya membuat semua orang tertegun.

"Boleh Jelita peluk Mama?" Ujarnya parau.

"Tentu sayang, kemarilah biar Mama peluk kamu sepuasnya"

Setelahnya Jelita menghambur dalam dekapan calon ibu mertuanya. Tiara paham perasaan Jelita, calon menantunya itu pasti sedang merindukan mamanya.
Disisi lain Jelita tampak nyaman dalam pelukan Tiara. Rasanya seperti dipeluk mama, hangat dan menenangkan. Setelah puas berpelukan, dia melepas pelukan itu.

"Makasih ya Ma, dan maaf kalau Jelita merusak suasana"

"Sama-sama sayang. Kalau kamu butuh sesuatu kamu bisa hubungi atau temui Mama. Insyaallah Mama akan selalu ada buat kamu" Tiara berkata demikian sembari mengelus pelan rambut halus Jelita.

"Terimakasih Ma"

"Atau kalau kamu kesepian kamu bisa dateng ke toko kue kakak, Jelita" Kaluna yang hadir ikut menyahuti ucapannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 10, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JelitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang