bagian 5

30.4K 2.6K 134
                                    

     happy reading 🐣

~~~

      hanya butuh waktu setengah jam saja bagi bagas untuk memasak campuran beras dan beberapa macam bumbu masakan hingga kini seporsi bubur ditambah suwiran ayam sudah terhidang didalam mangkok tak lupa segelas air putih hangat menemani disampingnya.

"untuk ukuran berandalan,ruangan lo cukup rapi"
sekali lagi bagas meneliti isi ruangan dan dengan cepat menghapal tata letak barang disana.memang sudah jadi kebiasaannya seperti itu karena kesempurnaan selalu menjadi prioritas utama keluarganya.

bagas berbalik masuk kedalam kamar sembari membawa nampan dikedua tangannya.dia menggeser kantong berisi buah agar memberikan tempat bagi buburnya.bagas meraba kening dan leher raka dan bernafas lega saat suhu tubuhnya sudah hampir mendekati normal.fokusnya teralihkan pada goresan tipis dibahu raka yang dia yakini merupakan ulah kukunya yang tidak sengaja melukai kulit pemuda ini.

"porsi tubuh lo lumayan juga tapi gak cocok sama wajah manis ini"
tanpa sadar bagas memberikan pujian pada raka yang tentu saja tidak dapat mendengarnya.lembutnya kulit wajah raka menjadi candu tersendiri bagi bagas untuk selalu bersentuhan dengan kasar tangannya.

"bangun,makan dulu nanti lo bisa lanjut tidur lagi"
Bagas menggoyangkan tubuh raka menggunkan tumitnya dan menjadi lebih kuat saat raka tak kunjung membuka mata.dia berdecak kesal lalu menarik kerah baju raka hingga tubuhnya bersandar dikepala ranjang.raka kesusahan membuka matanya namun bagas yang tidak mampu menahan lebih lama lagi menarik dagu raka hingga mendongak kaget.

"ngapain lo disini?kok lo bisa masuk?"
bukannya meringis sakit namun raka malah memasang raut kebingungan dengan kehadiran bagas dikamarnya.tubuhnya sudah lumayan bertenaga cuma butuh istirahat beberapa jam lagi dan besok dia juga sudah dapat menghadiri kelas seperti biasa.

"dua sahabat lo minta gue kesini buat bikinin lo bubur, sungguh merepotkan"

bagas berucap malas lalu meraih mangkok bubur untuk diletakkan dipangkuan raka.sedangkan dia sendiri mengaduk kantong buah untuk mengambil dua apel dari sana.tangannya dengan cekatan mengupas kulit apel dan memotongnya menjadi beberapa bagian kecil agar raka tidak susah lagi memakannya.

"lo gak mau suapin gue kayak di drama?"
raka menatap bergantian antara buburnya dan pria yang meracik makanan tersebut.rasa sakit hatinya pada bagas sudah menguap hilang karena bagas mau menjaganya selama sakit.

terkekeh geli mendengar permintaan aneh dari raka membut bagas seakan tuli tidak berniat menolong pemuda itu untuk memasukkan makanan kedalam mulutnya.

"lo cuma demam gak cacat,gue rasa tangan lo gak beralih fungsi buat ngocok aja kan?"
kembali kalimat pedas dilayangkan bagas pada raka membuat raka seketika terdiam dengan dada berdenyut nyeri.orang lain belum pernah memperlakukannya seburuk ini dan dia tidak akan pernah terbiasa dengan itu.lalu apa kabar dengan orang yang pernah disakitinya?raka memang tak pernah tau letak kesalahannya.

"sialan lo"

raka mulai memakan bubur sesuap demi sesuap namun rasanya perutnya sudah menggulung tidak terima.berhenti sejenak lalu dia kembali memakan sesendok lagi, begitu seterusnya hingga bubur tersisa setengah.luka ditangannya akibat memukul cermin belum diobati hingga memar biru yang sudah membengkak itu menyulitkan raka untuk memegang sendok.
bagas tentu tidak memperhatikan keadaan tangan Raka lalu mendengus tak peduli, meraih sekotak rokok didalam saku celananya dan melangkah menuju balkon.

cuaca sore menjelang malam memang sangat indah dengan cahaya redup matahari disertai hembusan angin yang terasa sejuk menyentuh permukaan kulit.hiruk pikuk kendaraan yang melintas dijalan bawah sana tidak dapat mengurangi suasana damai yang dirasakan bagas.hembusan asap rokok dari mulutnya memenuhi udara sekitar hingga gulungan rokok kedua juga telah dibakarnya.asik menikmati cerutu sembari memperhatikan kawanan burung dilangit sore membuat bagas lupa dengan soaok lain didalam sana.

prannggg....

"sial raka lo ngapain!"

~~~

     kepalanya masih berdenyut pusing namun raka tetap memaksakan diri untuk bangkit demi meraih segelas air disampingnya.tangannya tidak sampai untuk menjangkau gelas itu hingga dia harus benar-benar berdiri agar bisa mendapatkannya.raka menoleh sekilas kearah bagas yang sibuk sendiri diluar sana.tidak,dia tidak ingin lagi meminta bantuan pria datar itu karena sudah cukup harga dirinya diinjak dengan cara paling tidak terhormat.

"perasaan kemarin mejanya gak sejauh ini"
raka mendumel kesal lalu meletakkan mangkok buburnya disisi ranjang yang kosong.ujung jarinya telah bersentuhan dengan licinnya gelas lalu dengan terburu raka meraih gelas itu kearahnya.

seakan nasib buruk selalu menghantuinya,gelas itu menggelinding cepat menuju lantai dan berakhir menghancurkan dirinya bersama genangan air yang semakin memperburuk keadaan.

"fuck!"
raka yang berusaha menggapai gelas itu hampir saja jatuh keatas pecahan kaca jika saja lengannya tidak cepat ditarik oleh sosok kekar bertelanjang dada itu.dadanya berdegup cepat membayangkan bagaimana nasibnya jika saja ribuan beling halus itu menusuk kulitnya,tidak terbayangkan lagi rasa sakitnya.

"baru gue tinggal sebentar tapi lo udah bikin ulah kagi hah?!"
bagas memaki raka hingga urat lehernya mencetak jelas.kemarahannya membubung tinggi entah dengan sebab apa,matanya menatap iris cokelat raka berusaha menyelam lebih dalam lagi.

"gue cuma mau minum sialan!lo juga mau hina gue karena gak kuat berdiri?gue minta maaf atas kesalahan gue sama helena,tapi lo gak mesti tekan gue gini terus !"

akhirnya apa yang ada dibenaknya keluar juga,raka memaki keras dengan sudut matanya digenangi air yang siap tumpah kapan saja.bagas tidak bersuara sedikitpun lalu menarik tubuh raka ketengah kasur dan kembali menyelimutinya.

bagas mencengkeram kuat rahang raka mendengar nada tinggi yang digunakan pemuda itu padanya.dia tidak suka diteriaki namun untuk kali ini biarlah raka merasa menang darinya.
air mata yang hampir tumpah kembali surut karena bingung kenapa bagas malah diam saja dan bergegas membersihkan kekacauan yang dibuatnya.pemuda tinggi itu mengambil Hoodie nya lalu memakai dengan gerakan kilat.

"dan lo pikir dengan kata maaf semua bisa kembali seperti semula?lo udah memulai,dan sekarang gue yang bakal lanjutin semuanya dengan cara gue sendiri"

bagas memasang topinya dan melangkah keluar ruangan apartemen raka tanpa menunggu raka kembali angkat suara.dia sempat terhipnotis dengan raut wajah manis raka namun saat bayangan helena yang menangis sembari mengadukan semua yang dialaminya disekolah membuat darahnya kembali mendidih.

"lo harus belajar gak semua hal bisa selesai dengan kata maaf"batin bagas mengumpati raka.

tbc...

Next or end?

Equanimity(End)Where stories live. Discover now