𝐢𝐧𝐟𝐞𝐫𝐧𝐨.
(n.) is a place or a state that resembles
or suggests hell; also : an intense fire :
conflagration.
𝒏𝒂𝒏𝒂𝒎𝒊 𝒌𝒆𝒏𝒕𝒐 𝒑𝒖𝒏𝒚𝒂 𝒌𝒂𝒓𝒊𝒔𝒎𝒂 𝒕𝒆𝒈𝒂𝒔 𝒅𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒓𝒊𝒖𝒔
𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒅𝒊𝒂 𝒑𝒂𝒏𝒄𝒂...
𝐖𝐀𝐑𝐍𝐈𝐍𝐆. nudity, smoking. 𝐍𝐎𝐓𝐄. (edited chapter) gimana kabarnya ibu-ibu bapak-bapak, toji mau debut, terus anak-anaknya kerasukan begig💀
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Kamu terbangun secara tiba-tiba karena mimpi aneh, dan butuh beberapa waktu buat kamu menyadari kalau kamu bukan tidur di kamar rumah kamu saat itu. Seketika rasa panik menyeruak, ketika kamu merasakan kehadiran seseorang yang tidur di belakang kamu.
Membalikkan tubuh dengan instan, kamu menemukan sosok laki-laki berambut pirang, memeluk pinggang kamu, tengah tertidur lelap. Keringat dingin membanjiri tubuh kamu ketika kamu mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan yang kamu asumsikan adalah apartemen milik laki-laki di samping kamu, penuh dengan nuansa maskulin.
“Fuck.” Kamu mengutuk diri kamu sendiri dan keputusan yang kamu buat dalam kondisi setengah mabuk tadi malam.
Perlahan, kamu mulai melepaskan diri dari pelukan Nanami, laki-laki yang bahkan kamu sendiri nggak ingat namanya sama sekali. Kamu kemudian menilik ke lantai kamar yang penuh dengan baju berserakan milik kamu dan Nanami.
Kamu meringis penuh sesal. “This is why I don’t drink.”
Setelah terlepas dari cengkraman Nanami di dalam tidurnya, kamu memastikan bahwa setiap gerak gerik yang kamu buat itu nggak mengeluarkan sama sekali biar kamu nggak membangunkan laki-laki yang tengah tertidur lelap itu.
Kamu mengecek kelengkapan tas dan baju kamu sebelum kamu lari keluar kamar tidur, dan meninggalkan apartemen Nanami, tanpa sepengetahuan laki-laki itu. Ketika kamu keluar dari gedung, kamu bersyukur karena hari mulai menjelang pagi, kamu melihat jam di ponsel yang menunjukkan pukul 4 pagi.
Melihat halte bus di seberang jalan, kamu segera menghampirinya dan duduk di sana, menelepon temen-temen kamu, siapa tau ada yang udah bangun setelah semaleman pada mabok semua.
“Toge? Halo?” Ujar kamu, menempelkan ponsel ke telinga ketika Toge menerima sambungan telepon dari kamu. “Hey, sorry banget gue ganggu.”
Dari seberang telepon, Toge terdengar khawatir. “Lo gak apa-apa ‘kan? Yuta sama yang lain gimana?”
“Gue nggak tau Yuta, Maki, sama Mai. Paling udah pada pulang juga dari malem. Cuma ini gue di halte bis di depan gedung Winterville.”
“Lo ngapain pagi-pagi buta begini di situ?!”
“Itu nanti deh, lo kalo jemput gue sekarang ngerepotin nggak?”
“Ini gue ngunci apartemen, langsung otw.”
“Okay, makasih banyak, Ge.”
“Jangan kemana-mana, tunggu di situ aja.”
Kamu menghela nafas pelan ketika mengetahui Toge udah mau jalan jemput kamu, limabelas menit kemudian kamu dari kejauhan udah ngeliat Toge naik motor skuter kesayangannya itu.