04. Reynaldi Arganta.

2.7K 232 14
                                    

Follow pisthamar

HAPPY READING.
_____________


Sebelum memasak untuk keluarganya, Hilyah mengobati terlebih dahulu luka yang ada dikeningnya itu. Mungkin, luka yang ada dikeningnya bukanlah luka yang pertama kali ia rasakan. Sudah sering luka ini bertengger dikeningnya atau malah dibagian tubuh lainnya juga.

Setelah sembuh pasti akan ada lagi luka baru yang akan ia rasakan. Bukan hanya fisiknya yang sakit, hatinya juga sakit. Untuk health mental, ia hanya bisa mengatakan bahwa ia baik-baik saja.

Rey, sahabat dekatnya saja tidak pernah tau luka apa itu. Diwajah ia hanya menutupinya dengan concealer Kalau untuk dahi ia hanya mengatakan 'cuma kecelakaan biasa' atau 'kepentok'.

"Kayaknya kalo sering-sering gini, lama-lama gue bisa geger otak. Mau protes, yang gue protesin iblis. Eh, Astaghfirullah mulut kalo ngomong bener aja, inget gimanapun mereka keluarga lo, orang tua sama adek lo," gumam Hilyah dan tumben sekali ia mengucapkan kalimat astaghfirullah.

Setelah lukanya dibersihkan dan diobati, Hilyah melangkahkan kakinya kembali masuk ke dapur.

"Masak apa ya sekarang?"

Hilyah membuka lemari tempat bahan makanan, dan hanya menemukan daging ayam serta sayuran.

"Cuma ada ayam sama kangkung. Buat ayam goreng sama tumis kangkung aja lah. Lumayan gak terlalu ribet. Semoga gak pada protes deh, kalo protes yaudahlah alamat kena omel lagi,"

*****

"Ibu, Ayah, Dara makan dulu, Hilyah udah buat makanannya," teriak Hilyah.

Ketiga orang tersebut turun dari kamarnya masing-masing.

"Harusnya kamu tuh kalo masak yang cepet. Kasihan tuh Dara sama Ayah kamu sudah kelaparan. Kalo kamu yang kelaparan sih, saya nggak nggak peduli. Mau mati sekalipun kamu,"

Hilyah hanya bisa sabar dan sabar menghadapi ucapan pedas dan menyakitkan dari kelurganya. Tidak taulah ada sesuatu yang teriris didalam hatinya.

Mereka menatap segala lauk dan pauk itu, "kok cuma ini aja, nggak ada yang lain apa?" sentak Dara.

Manusia tidak bisa menghargai itu seperti tiga orang ini, syukur-syukur dimasakin malah banyak protes. Lempar mukanya pake sambel nyaho lo. ~Author.

"Semua bahan makanan udah pada habis, Dar, jadi kakak harus belanja lagi. Buat sekarang makan aja yang ada dulu," sabar Hilyah.

"Sana kamu belanja, tidak usah makan dulu," ucap Reza.

"Tapi, Yah-" tolak hilyah halus.

"Suami saya bilang sana belanja, ya belanja. Tuli kamu, hah!!!" bentak Rina.

"Hilyah belum makan, Bu, Yah. Hilyah makan dulu ya habis makan Hilyah baru belanja,"

"Kenapa sih kamu itu kalo orang tua bilang itu harus dilaksanakan, kamu malah ngebantah terus,"

Plak.

Tamparan keras menghantam pipinya, bukan Rina yang menampar melainkan Reza. Bayangkan tubuh kecil ditampar dengan keras oleh laki-laki dewasa. Cinta pertama bagi seorang anak perempuan malah diperlakukan sedemikian rupa.

"Cepat pergi, atau saya hukum kamu lebih dari ini," ucap Reza pelan namun penuh dengan penekanan disetiap kata, serta tersirat amarah yang sangat besar.

Jika ayahnya sudah berbicara pelan namun mencekam, Hilyah harus segera pergi jika tidak ingin tubuhnya penuh dengan lebam.

Hilyah mengangguk, "b-baik, Yah," Reza mengeluarkan dompet dan memberikan Hilyah sejumlah uang.

Our Story (HIATUS)Where stories live. Discover now