Part V

127 12 0
                                    

Enjoy the story~♥️



"Eh, kamu itu mau kemana?" - Eyang Uti.

"Mau ke depan, eyang ambil makanan."

"Wis tak panggilkan temanmu, kamu tuh gak boleh keluar. Keluarganya Johnny sudah ada di depan, kamu di sini saja sama eyang" - Eyang Uti.

"Ah, eyang" gue duduk lagi di kasur.

"Nurut to karo eyang," - Eyang Uti.

"Iya, eyang."

Jadi guys, hari ini itu adalah malam midodareni. Arti kata midodareni sendiri adalah bidadari, sehingga harapan dari ritual malam sebelum melepas masa lajang ini adalah sang pengantin wanita akan terlihat cantik esok harinya bak bidadari dari surga. Pada malam ini, pengantin wanita akan ditemani oleh pihak keluarga saja dan dilarang bertemu oleh calon suaminya karena ia akan menerima nasihat-nasihat yang berkaitan dengan pernikahan.

Midodareni dilangsungkan pada malam hari, di mana calon pengantin laki-laki datang dan menghantarkan seserahan kepada calon pengantin perempuan. Pada malam midodareni ini, keluarga besar calon pengantin laki-laki berkunjung ke rumah calon pengantin perempuan untuk mempererat tali silaturahmi.

Pada malam midodareni, calon mempelai perempuan hanya diperbolehkan berada di dalam kamar pengantin dan yang bisa melihatnya hanya saudara serta tamu perempuan saja. Bahkan, calon mempelai laki-laki dilarang melihat calon istrinya di malam tersebut.

Midodareni adalah malam yang cukup panjang bagi kedua calon pengantin. Midodareni biasanya dilaksanakan antara jam 6 sore sampai jam 12 tengah malam.

"Selamat sore dan selamat datang kepada keluarga besar calon mempelai pria kita, serta hadirin sekalian. Selamat datang di acara malam midodareni untuk Dewi dan juga Johnny. Pada sore hari ini, saya Jeno."

"Dan juga Jisung akan memandu Anda semua dalam mengikuti rangkaian prosesi acara midodareni."

"Untuk acara pertama, kita akan mengikuti proses tantingan. Yaitu, proses untuk menanyakan kembali. Apakah Dewi sudah siap dan mantap untuk menikah dengan Johnny?" - Jisung.

"Kira-kira mantap atau tidak nih?" - Jeno.

"Yo mantap dong," Om Tio ketawa.

"Baiklah. Untuk lebih jelasnya, Om Tedi dan Tante Tiwi dipersilakan untuk mengambil alih acara ini" - Jeno.

"Anakku, Asmarani Dewi Estiningtyas. Sudah siapkah kamu untuk menikah dengan Johnny?" - Papa Tedi.

"Anakku, Asmarani Dewi Estiningtyas. Mantapkah kamu untuk menikah dengan Johnny?" - Mama Tiwi.

"Mama, papa. Atas berkat dan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa, serta restu dari mama dan papa. Dewi siap dan mantap untuk menikah dengan Johnny. Dewi serahkan semuanya kepada papa dan mama."

"Nah, mempelai wanita e wis siap. Ndak akan mundur to?" - Eyang Sri.

"Gak, eyang."

"Ojo mlayu loh, ndhok. Jangan lari," Om Tio ketawa.

"Gak akan kabur, om. Orang udah diiket," Jisung ikut ketawa.

"Baik, kita akan masuk ke acara berikutnya" - Jeno.

Setelah proses tantingan, acara dilanjutkan dengan prosesi kembar mayang. Kembar Mayang merupakan sepasang hiasan dekoratif simbolik dengan tinggi hampir satu badan manusia. Pada pernikahan adat Jawa, hiasan ini kemudian dibawa oleh wanita dan pria, yang kemudian akan mendampingi sepasang cengkir gading yang dibawa oleh sepasang gadis. Kembar Mayang, menurut studi Humanistik adalah milik para dewa yang menjadi persyaratan, atau sebagai sarana calon pengantin perempuan untuk berumah tangga.

Dalam kepercayaan Jawa, Kembar Mayang sendiri hanya dipinjam dari dewa, sehingga jika sudah selesai akan dilabuh melalui air atau dikembalikan lagi ke bumi. Terdapat 2 Kembar Mayang yang diberikan yakni Kalpandaru dan Dewandaru. Dewandaru sendiri memiliki arti wahyu pengayoman, bermakna agar pengantin pria dapat memberikan pengayoman secara lahir dan batin kepada keluarganya. Sedangkan Kalpataru, berasal dari kalpa yang artinya langgeng dan daru yang berarti wahyu. Maksudnya adalah wahyu kelanggengan agar kehidupan rumah tangganya kemudian dapat abadi selamanya.

Selanjutnya adalah catur wedha. Catur wedha adalah wejangan yang disampaikan oleh ayah dari calon pengantin perempuan kepada calon pengantin laki-laki. Catur Wedha berisi 4 pedoman hidup yang diharapkan bisa menjadi bekal untuk kedua calon pengantin dalam mengarungi hidup berumah tangga. Wejangan yang diberikan ini bermakna bahwa dalam menjalani pernikahan selalu ada aturan yang perlu diikuti demi menjaga keharmonisan rumah tangga ke depannya.

Isi dari wejangan ini sendiri diantaranya Hangayomi dimana Pengantin pria akan dinasehati untuk mengayomi dan melindungi istrinya dengan sepenuh hati. Sama halnya ketika orang tua melindungi anaknya tanpa pamrih. Handayani Nasihat kepada pengantin pria untuk mencukupi segala kebutuhan istrinya.

Hangayemi atau kenyamananlah yang kemudian dapat membuat pasangan memiliki rasa cinta yang tiada habisnya. Hanganthi adalah dimana Laki-laki harus bisa menjadi pemimpin bagi keluarganya, yang nantinya akan menyetir semua perjalanan. Pria kemudian harus menuntun atau memimpin rumah tangga bersama anak-anak dan istrinya.

Usai pembacaan Catur Wedha, malam midodareni ditutup dengan wilujeng majemukan, yakni silaturahmi antara keluarga calon pengantin laki-laki dan perempuan untuk merelakan anak mereka membangun rumah tangga. Kemudian, keluarga calon mempelai perempuan menyerangkan angsul-angsulan atau oleh-oleh berupa makanan, kancing gelung atau pakaian, serta sebuah pusaka berbentuk dhuwung atau keris yang bermakna bahwa mempelai laki-laki diharapkan menjadi pelindung bagi keluarganya kelak.

Pada serba-serbi ini, terdapat suatu proses silaturahmi antara 2 keluarga dan calon pengantin dalam merelakan anak dan membangun rumah tangga bersama. Kemudian, keluarga calon pengantin perempuan juga akan menyerahkan asul-asul dari seserahan yang dibawa. Seserahan dalam bentuk barang-barang seperti seserahan pada umumnya, yaitu pakaian dan sebagainya yang akan diserahkan pula sebuah pusaka atau keris yang berarti bahwa mempelai pria diharapkan untuk menjadi pelindung bagi keluarganya kelak.

"Dengan demikian, acara malam midodareni telah selesai dilaksanakan. Sekali lagi kita doakan agar acara pernikahan kedua mempelai besok berjalan dengan lancar dan rumah tangganya kelak akan selalu diberikan kebahagiaan," - Jeno.

"Selamat malam dan terima kasih. Sampai jumpa di acara pernikahan Johnny dan Dewi besok," - Jisung.

"Chan, Chan. Nyokap gue mana?"

"Di luar, kenapa? Mau gue panggilin?" - Haechan.

"Iya, gue laper banget. Dari tadi cuma dikasih kue doang, itu juga udah habis."

"Bentar ya gue panggilin dulu, lo jangan kemana-mana" - Haechan.

"Iya, tenang aja."

"Eyang," - Haechan.

"Iya. Eh, kamu dapet salam dari calon mertuamu" - Eyang Uti.

"Iya makasih, eyang. Eyang, laper."

"Loh, belum ada yang anter makanan to?" - Eyang Uti.

"Ya belum, eyang. Orang mama sama papa kan di luar, di sini cuma ada budhe. Masa aku minta tolong sama budhe?"

"Lah ya gak papa to, sik tak ambilin. Kamu mau makan apa?" - Eyang Uti.

"Terserah eyang deh, yang penting aku kenyang."

"Sik, kamu jangan keluar loh. Itu keluarganya Johnny masih ada di depan, lagi ngobrol sama bapak ibumu" - Eyang Uti.

"Iya, eyang."

"Nih, ada titipan dari nyokap. Buat ganjel perut," - Mark.

"Kok cuma separoh?? Separohnya lagi mana??"

"Sorry, Dew. Gue makan barusan," - Haechan.

"Ih, Echan!!"




To be continue

Kosakata bahasa Jawa :

1. Nurut to karo eyang

Ini artinya, nurut dong sama eyang.

2. Ojo mlayu loh, ndhok

Kalo yang ini artinya : jangan lari loh, nak.

My Husband - NCT JohnnyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang