˚。˚ ⋆ anak panah dewa Eros

18 3 0
                                    

 
 
 
  Tatkala saat festival seni, Di mana semuanya mengelana di koridor dan kelas ditinggalkan rapi.

  Ramai dan sibuk. kata yang tepat untuk mendeskripsikannya.

  Dari jurusan Seni Rupa, aku ditetapkan sebagai salah satu perwakilan. bukan atas kemauanku, tetapi karena temanku yang hanya bergurau memilihku tetapi entah mengapa dosen menyetujuinya.

  Aku telah berkisar dari perhujung ruangan ke ruangan lainnya. sebagai pionir untuk tamu yang kunjung kemari,

  dan setelah berjam-jam memamerkan goresan jerih payah mahasiswa, akhirnya tour ditamatkan.


.
.
.
.

  Setelah menelusuri festival, aku bersandar di bangku taman menunggu akhir hari.

"Hai, maaf jika tidak keberatan, saya ingin bertanya."

  Suara yang tidak familiar menyelak hening di benakku.

  Aku menoleh, menelaah figur semampai ia menatapku kembali. menanam nayanika bak gerhana rembulan aku terpanah olehnya.

"Oh, silakan apa ada yang diperlukan?"

  Aku menanggapi sekalipun menanya.

"Saya Andika dari jurusan hukum. mungkin saya sedikit telat, namun apakah tour masih bisa berlanjut?"

  Ia lalu mengulas.

  Rasa rikuh pun menggandengku. Sebenarnya aku lelah. Tetapi salah rasanya jika menolak.

"Maaf, disayangkan tour tidak bisa berlanjut."

  ku jawab. hendak ia berbalik aku cepat menghentikannya,
 
"Tetapi, aku tidak keberatan untuk menemanimu mencalang."

  Ia hanya membalas dengan senyuman. kurasakan Rama-rama berhamburan di sekujur tubuhku.
 
 

Andika Semburat Purnama Where stories live. Discover now