☁︎ eleven ☁︎

1.3K 141 8
                                    



Junkyu sedari tadi melamun. Yang hanya dia lakukan seharian di basecamp adalah duduk di depan tv dengan camilan kacang goreng sambil menatap kosong layar tv.

Semuanya sudah pulang ke rumah masing-masing. Hari ini tak ada yang menginap di basecamp selain junkyu seorang.

Jam sudah menunjukan pukul 02:00 a.m namun junkyu tak kunjung tidur.

Huh!

Dia sendiri bingung dengan dirinya.

Junkyu, dia memikirkan obrolannya dengan haechan tadi sore.

“dan gue juga pernah kayak lo—eh engga! Gue gak separah lo sih. Haha”

“adik gue dinyatain meninggal”

“Bahkan gue bisa aja relain nyawa gue biar adik gue tetep hidup..

“gue cerita gini ke elo kyu karna gue gak mau lo berakhir sama kayak gue”

Ucapan haechan ketika menasehati junkyu jika dipikir berkali-kali akan semakin menampar rasanya.

Namun badan junkyu seolah tertahan sosok tak kasat mata serta bisikan bisikan ghaib yang seolah menghipnotisnya agar tidak peduli.

Gengsi.

Kegengsian menguasai junkyu sepenuhnya.

Junkyu mengacak rambutnya kesal, kemudian memukul sofa untuk pelampiasan.

“hidup gue gini amat ya” sungutnya setelah itu berlari menyambar jaket kulit hitam miliknya dan keluar dari basecamp.

*
*
*

Doyoung terbangun, tenggorokannya kering. Dia haus, dan air di samping tempat tidurnya sudah habis.

Doyoung menoleh melihat kelima orang yang bahkan setia menemaninya di rumah sakit bahkan sampai rela menahan kantuk dan akhirnya ketiduran sendiri.

Senyuman senang, sedih, dan tulus doyoung bercampur dan mengembang.

Dia tak ingin merepotkan mereka. Dengan susah payah anak itu bergerak bangun, sesekali meringis pelan saat luka di kepalanya terasa nyeri.

Bodoh!”

Hah.. tak mungkin setan yang memakinya barusan kan? Doyoung celingak-celinguk namun tak mendapati siapapun hanya ada lima orang yang tertidur pulas.

Uhh

Jihoon bergerak karena dia tepat di samping kasur doyoung, tidur dengan posisi duduk pada bangku.

“doyoung, lo kok bangun gak bilang-bilang?” ucap jihoon sedikit panik lalu menyandarkan doyoung dengan bantal di punggung agar tidak kesusahan duduk.

Jihoon menatap jam “baru jam setengah tiga pagi. Lo butuh sesuatu?”

Doyoung mengangguk “kak jihoon bisa ambilin air, dobby haus kak”

Jihoon dengan segera menuangkan air di dalam gelas lalu memberi gelas berisi air itu pada doyoung.

Glek

Glek

Glek

“makasih kak!”

“iya sama-sama, ayo tidur lagi. Lo masih sakit, jangan banyak gerak juga takutnya luka lo kenapa-napa” jihoon merebahkan doyoung.

“kak ji..”

“iya?”

“makasih yah, makasih udah mau peduli sama aku, makasih udah jadi sosok kakak buat aku, makasih buat semuanya” ucap doyoung menatap jihoon tulus.

Jihoon tersenyum sedih melihat doyoung “gue gini karena gue udah nganggep lo kayak adik kandung gue sendiri Doy, kalau lo perlu apapun jangan sungkan buat bilang ke gue”

“gue bisa jadi kakak buat lo kalau junkyu ga bisa” lanjut jihoon.

Doyoung mengangguk kecil, lalu menutup mata.

“selamat tidur doyoung, mimpi indah” jihoon kembali mendudukan dirinya di samping kasur milik doyoung.

Menatap wajah doyoung yang terlelap nampak tenang seperti tidak memiliki masalah didalam hidupnya.

Doyoung, gue bakalan bikin junkyu sadar sama apa yang dia buat selama ini ke lo. Tapi kalau dia masih juga egois gue siap gantiin posisi dia sebagai kakak lo. jihoon

*
*
*
*

Jeongwoo bergerak gelisa dalam tidurnya, kemudian mata anak sma kelas 1 itu terbuka.

Jeongwoo mengerjap karena kabur kemudian saat pandangannya sudah normal dengan segera dia mengguncang tubuh haruto kuat “to, haruto, Hartanto, Naruto, harton—

“apasih woo” rancau haruto kesal dalam tidurnya.

“temenin gue ke kamar mandi to” ucap jeongwoo menahan rasa kencingnya.

Haruto malah memunggungi jeongwoo “to, ayo dong temenin”

“pergi sendiri”

“gue takut nih, aduh gue gak tahan”

“ck gue ngantuk”

“gue kencingin elo aj—

“berisik lo buluk! Yaudah cepetan sana”

Kemudian keduanya berdiri menuju kamar mandi.

Jeongwoo duluan, haruto dari belakang.

Saat hendak keluar dari ruang rawat doyoung, jeongwoo dikagetkan dengan lelaki misterius berpakaian serba hitam berlari dari pintu ruang rawat.

“eh to, itu siapa Weh?!”

Haruto yang juga sempat melihat sekilas lantas langsung mengejar membuat jeongwoo terpaksa ikut mengejar.

Karena kaki keduanya panjang membuat mereka berlari sangat kencang, jika orang lain melihat mungkin juga akan takut dikejar mereka berdua.

Namun seseorang misterius itu tak kalah jago lari, dia menghilang entah kemana membuat haruto berhenti mentumpuh pada lutut karena lelah disusul jeongwoo.

“lo hah ga dapet dia to?” tanya jeongwoo ngos-ngosan.

Haruto menggeleng “dia larinya cepet juga anjir, capek gue”

“tapi yang tadi itu orang betulan kan?” tanya haruto pada jeongwoo karena jeongwoo yang pertama kali melihat. Haruto cuman mengejar saja, itupun ga dapet.

Pertanyaan haruto membuat jeongwoo was-was sendiri “ya betulan orang lah” ucapnya meyakinkan.

“kalo bukan..” ucapan haruto membangkitkan rasa takut jeongwoo.

Padahal haruto sendiri penakut.

Jeongwoo menatap haruto “to.. celana gue”

Haruto menepuk jidat saat melihat jeongwoo yang ngompol. entah karena takut karena perkataan haruto atau tak tahan karena sudah menunda kencing dari tadi dan akhirnya kelepasan.




















***

Dabel ap nih hahay

Xixi

Jeongwoo ngompol awokawok

Potmen gais.

𝚂𝚊𝚞𝚍𝚊𝚛𝚊☘︎ Where stories live. Discover now