15. Lalice dan 3 Kata

138 19 2
                                    

Butuh satu minggu penuh untuk mengungkung June dalam markas besar pengobatan yang gampangnya disebut rumah sakit.

June yang hobinya menyatu dengan kursi ditemani lembaran kertas yang memicu sakit kepalanya, merasa tersiksa manakala disandera paksa. Ruang geraknya terbatas. Tangan kanannya dililit gips. Perutnya seringkali mengeroncong gila-gilaan, tapi begitu matanya melirik, menjumpai semangkuk bubur lembek yang disajikan tanpa rasa, June selalu melengos. Dia menarik selimut lantas jatuh tertidur. Kedengarannya konyol untuk mengakui ini, tapi June serius merindu pada pekerjaannya. Ruby pasti kesulitan mengelola Star Blossom tanpa tangan lain.

Kepulangannya bukan tanpa harap. Pintu ditarik, tertutup sempurna setelahnya. Yang June jumpai di balik lawang sebatas sekumpulan orang yang berlalu-lalang. Mereka berbisik menggosipkan sesuatu atau malah tengah mengasihani kerabatnya yang terjebak mengenaskan di dalam rumah sakit ini. Beberapa di antaranya, suster yang sibuk mendorong baki beroda dengan berbagai macam botol obat yang dijejer.

June menemukan bahwa penampakan itu normal di rumah sakit.

Tapi entah bagaimana, hatinya mengecil. Dia melangkahkan kaki. Dari jendela, matanya menyapu halaman rumah sakit. Menurutnya normal pula bagi orang-orang yang keluar-masuk bangunan ini. June lantas terkekeh kecil.

Betul. Yang tidak normal itu bila Rosie menantinya di sini.

Rosie. Si gagah June tengah merindukan gadis peraknya. Kepalanya menggeleng. Mana mungkin Rosie rela dicekik kebosanan sembari menghitung helai rambutnya sekedar untuk memberi ucapan selamat datang kembali padanya?

Atau ... Mungkin-mungkin saja?

June yang kini mengayunkan tungkai, mana tahu kalau yang dirindukan malah tergelak lantang. Itu Rosie. Di dalam apartemen milik June, dia menuang gula. Ada panci yang tengah dibakar api sampai lahir bunyi gemelutuk di sampingnya.

"Aku mesti sembunyi." Rosie menolehkan kepala. Matanya mencari-cari tempat terpencil yang sanggup menyembunyikan tubuh semampainya. "Wah, coba tebak gimana ekspresinya waktu sampai? Dia bakal kolaps nggak ya?" Lantas tawanya kembali berderai manis. Rosie menerka-nerka seberapa konyolnya June yang menjumpai keberadaannya. Opsi pertama, akankah June membulat terkejut-kejut? Memekik keras selayaknya perempuan yang nyalinya ciut sebab kedatangan kecoak di huniannya? Atau malah opsi terakhir - pingsan ditempat?

Rosie menoleh terburu-buru manakala pancinya mengantarkan bunyi gemelutuk yang kian heboh. Dia membuka tutupnya kemudian, voila! Asap membumbung tinggi. Menyapa kulit Rosie dengan temperaturnya yang panas. Rosie membungkuk. Tombol mati kompor ditekan. Api padam selepasnya.

Rosie meraih mangkuk. Dengan tangan berselimut sarung tangan motif bunga-bunga imut, panci dituang ke dalam mangkuk. Mulutnya mengerucut manakala isinya jatuh mengisi wadah barunya. "Hohoho, hati-hati Roseanne. Ini sih panas luar biasa." Dia menggumam.

Semuanya baik-baik saja sampai Rosie dan telinganya yang super peka itu, menangkap jejak langkah seseorang. Tangannya berhenti menuang. Kepalanya menoleh. Dia membeku beberapa saat. Ketika ayunan kaki itu terdengar kian mendekat, Rosie meninggalkan masakannya. Dia berlari.

Dari balik pintu, dia menanti-nanti. Tapak kakinya berakhir! Rosie membungkam mulut. Gawat! Dia kemudian berkelit ke samping, menilik ketibaan seseorang dari layar smart lock. Matanya membulat. Kiamat! Si empu rumah sampai terlalu cepat!

Rosie memburu waktu. Tangan kirinya menuang air ke dalam gelas sementara si tangan kanan melanjutkan pekerjaannya untuk menuang sup ke dalam mangkuk. Saat itu, ada bunyi bip yang terulang berkali-kali. June sedang memasukkan kata sandi rumahnya. Rosie jelas tidak punya banyak waktu. Dia meringis.

EvanescentOnde histórias criam vida. Descubra agora