12. Fakta yang disembunyikan

424 73 7
                                    


.
.
.
.
.
Bara ada dalam perlindungan keluarga Roderick saat ini, bukan hanya Bara namun juga Yudha, Kevin dan Sangga. Bagaimana pun dua diantara mereka adalah calon menantu keluarga Roderick.

"Bara, ayo sarapan dulu." Bara tersenyum saat Arini menghampirinya di halaman belakang.

"Tante Arini." Arini tersenyum.

"Ayo makan dulu, habis ini kamu harus ikut Mada ke rumah sakit kan?" Bara mengangguk.

"Iya tante, bang Mada bilang kalau saya harus periksa lagi." Arini menggandeng Bara masuk kedalam rumah. Semua yang dilakukan Arini pada Bara tidak pernah luput dari mata Mada, Mada tau jika sang bunda menyukai Bara.

"Ingat ya Bara, nanti jangan jauh-jauh dari Mada. Mada gak ada jadwal jaga hari ini, jadi dia hanya akan mengantar kamu saja." Bara mengangguk kecil.

"Iya tante."
.
.
.
.
.
"Wah kita ketemu lagi disini." Bara mengepalkan tangannya dan berusaha tidak menoleh atau memandang perempuan yang baru saja menghampirinya.

"Bara...Bara...seharusnya kamu tidak pernah datang lagi kesini." Bara melangkah mundur saat menyadari jika Bella mendekatinya.

"P-pergi." Bella tersenyum miring saat menyadari jika Bara mengusirnya.

"Berani lo ngusir gue?!" Bara berjengkit kaget, beruntung Bella tidak sadar jika Bara sudah bisa melihat lagi.

Bara berharap Mada atau Irgi segera datang ke taman, karena mereka mengatakan akan menyusul ke taman saat urusan mereka selesai.

"Bajingan kecil, masih ada di sekitar keluarga Roderick ya?" Bara merasakan ketakutan, meskipun niatnya ingin melawan Bella, tapi Bara tau jika dia tidak bisa melakukan itu.

"Bukankah sudah gue hilang buat jauhin Mada dan keluarga nya!!" Bara menatap kearah Bella, namun entah mengapa Bella tidak menyadari sorot mata tajam kembarannya itu.

"Lo itu gak pantes ada diantara mereka Bara, lo itu cuma pembawa sial! Bahkan papi sama mami aja gak mau ngakuin lo jadi anak nya!"  Bella tersenyum menang saat melihat mata Bara berkaca-kaca.

"Jangan terlalu berharap ke keluarga Roderick Bara, apa lagi ke Mada. Karena apa? Mada itu cintanya sama gue, dan gak akan pernah berpaling. Apa lagi ke cowo lemah kayak lo!" Bella menepuk pundak Bara beberapa kali.

"Satu lagi Bara, lo pasti nyari ini kan? Nih gue balikin, gue gak butuh gelang butut lo ini! Anggap aja gue lagi berbaik hati, jadi gue gak bakal nyakitin lo. Tapi sorry ya, karena lo gak bakal bisa ketemu sama temen kecil lo itu lagi, karena apa? Dia taunya gue temen nya kecilnya, dan dia udah gue buang!" Setelah mengatakan hal itu Bella melangkah meninggalkan Bara.

Netra Bara bergetar saat menyadari jika yang ada di tangannya adalah gelang biru bertuliskan namanya, gelang pemberian teman kecilnya, Varo.

Bruk

"BARA!" Bara menunduk meskipun mendengar teriakan Mada juga Irgi.

"Bara kenapa? Ada apa? Ada yang sakit?" Mada terlihat khawatir saat melihat Bara menangis sambil menggigit bibir bawahnya.

"Bara, bilang ke saya ada apa? Apa ada yang mengganggu kamu lagi? Keluarga kamu ke sini lagi?" Kali ini Bara menggeleng kecil.

"S-sakit bang." Bara memilih tidak mengatakan apapun pada Mada maupun Irgi saat ini.

"Mana yang sakit?" Bara tidak menjawab dan memilih menumpukan kepalanya pada pundak Mada, tangannya masih menggenggam erat gelang yang di berikan Bella tadi.

"Keruangan saya aja ya? Istirahat dulu disana?" Bara mengangguk kecil, hal itu membuat Mada segera membantu Bara untuk berdiri. Irgi yang memperhatikan interaksi Mada pada Bara hanya bisa tersenyum tipis.

"Gue nyusul habis ini." Mada hanya mengangguk karena dia paham apa yang ingin Irgi lakukan setelah ini.

"Cepetan, gue gak terima kalau lelet." Irgi yang mendengar itu mendengus kesal.

"Mada sialan!"
.
.
.
.
.
Mada tidak tau apa yang harus dia lakukan pada Bara, pemuda mungil itu hanya memejamkan mata saat Mada memeriksanya. Seharusnya Mada bisa saja meminta akses cctv, namun saat ini bagi Mada, Bara lebih penting.

"Bara masih sakit kepalanya?" Bara menggeleng pelan, namun pemuda itu enggan membuka matanya.

"Kalau sakit langsung bilang ya." Mendengar ucapan Mada, membuat Bara membuka matanya perlahan.

"Bang Mada." Mada yang semula sedang membereskan peralatannya langsung menoleh pada Bara saat mendengar suara lirih pemuda itu.

"Ada apa?" Mada bisa melihat Bara memainkan jemarinya.

"Mau pulang?" Bara mengangguk kecil, hal itu memancing senyum Mada.

"Tunggu dokter Irgi sebentar ya." Lagi-lagi Bara mengangguk kecil.

Mada hanya bisa memperhatikan Bara dalam diam, pemuda mungil itu seperti enggan untuk diajak berbicara.

Cklek

Mada menghela nafas saat melihat Irgi masuk ke ruangannya, sahabatnya itu memberikan kode jika dia menemukan apa yang mereka mau.

"Bara ayo pulang."
.
.
.
.
.
"Kak Bara kenapa?"

Semua menatap bingung pada Bara yang terus memeluk Yudha sejak pulang dari rumah sakit tadi, bahkan pemuda itu tidak menghiraukan Mada maupun Arini.

"Bara."

Sret

Arini terkejut saat mendapati Bara semakin mengeratkan pelukannya pada Yudha saat dirinya mencoba menyentuh pundak pemuda mungil itu, wajah Bara menunjukan sedikit ketakutan. Hal itu jelas membuat yang lain ikut terkejut, terutama Yudha.

"Kak Bara, ke kamar aja ya?" Tanpa menunggu jawaban Bara, Yudha segera membawa Bara untuk masuk ke kamarnya. Perbuatan Yudha membuat Kevin dan Sangga menghela nafas panjang.

"Bang Mada, ada apa di rumah sakit tadi?" Mada menggeleng pelan, karena dirinya sendiri bingung dengan tingkah Bara.

"Gue belum tau apa yang terjadi waktu Bara di taman, tapi waktu gue sama Irgi balik tadi, Mada udah duduk di tanah sambil nangis." Jawaban Mada membuat Kevin kembali menghela nafas.

"Udah lama kak Bara gak kayak gini, terakhir kali kak Bara gini itu tiga tahun lalu, waktu kak Bara kehilangan pengelihatan nya." Sangga mengelus pundak Kevin, karena dia tahu Kevin sedang emosi.

"Satu-satu nya hal yang bisa membuat kak Bara seperti itu cuma keluarga nya." Gumaman Kevin berhasil membuat Mada tertegun, pemuda itu dengan cepat menatap ke arah San.

"San, minta akses cctv taman rumah sakit!" San yang mendengar itu langsung mengangguk paham.

"Kalau memang Bara seperti ini karena keluarga Mallory, maka jangan salahin gue kalau gue akhirnya hancurin mereka." Ucapan tegas Mada membuat Kevin, Sandy, Sangga, Jordy bahkan sang bunda terkejut. Mereka tidak pernah melihat Mada seperti ini sejak tiga tahun lalu.

"Bang Mada suka kak Bara ya?" Pertanyaan polos Sangga justru membuat suasana terasa sesak.

"Gak segampang itu buat gue suka sama orang Sang." Sangga terdiam, begitu pula Kevin dan Sandy.

Mada memang menutup hatinya sejak mengetahui pengkhianatan Bella tiga tahun lalu, meskipun sebenarnya mereka beruntung karena mereka tahu sebelum Mada mengikat Bella dengan status serius.

"Tapi kalau buat Bara, harus gue akui, kalau gue suka dia."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.

Eternal sunshineWhere stories live. Discover now