13

57 9 0
                                    

🔞

Megan terus menggeliat ketika obat perangsang yang Sheila berikan semakin bereaksi. Gaun pengantin yang ia pakai juga sudah ia tanggalkan dari tubuhnya, hanya menyisakan dalamannya saja.

Brian pun demikian. la juga membuka seluruh pakaiannya dan hanya mengenakan boxer hitam ketatnya saja. Megan lah yang turut membantunya melepas semua pakaian itu. Dengan segera Brian menarik Megan untuk duduk di atas pangkuannya memeluk tubuh wanita yang sudah menjadi istrinya itu, lalu mulai menjamah dan mencium setiap jengkal leher mulusnya.

Brian juga membuat beberapa tanda disana, seakan ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa Megan telah menjadi miliknya.

"Bri " Panggil Megan ketika ciuman pria itu telah sampai pada dadanya. Brian bahkan sudah berhasil melepas kaitan bra-nya, dan mulai meremas dadanya perlahan.

"Bri.. " Ulangnya yang membuat pria itu menghentikan aksinya.

"Kenapa Meg? Aku salah? Ini pertama kali untukku." Ujarnya jujur.

Megan menggeleng pelan, lalu memeluk suaminya erat. Jika boleh jujur, obat itu membuat Megan tak tahan jika Brian tidak segera to the point dengan intinya, Kenapa suaminya terus bermain-main?

"Aku nggak tahan! Rasanya aneh,
nggak nyaman!"

"Pengen di gituin?" Tanya Brian
sambil menelan ludahnya.
Bukannya munafik, miliknya juga
sudah berdiri sejak tadi. Hanya
saja ia takut jika Megan belum siap
melakukannya.

"Sekarang!"

"Kamu yakin?"

"Obat ini membuatku sangat
yakin!" Brian pun memagut bibirnya lalu membawanya menuju ke atas
ranjang. Menindih tubuh wanitanya, lalu membuka satu-satunya penutup yang Megan dan dirinya sendiri pakai. Bahkan acara pernikahan mereka belum selesai saat ini. Acara masih berlangsung hingga pesta dansa. Dan pasangan pengantin ini sudah bergulat di atas ranjang untuk menikmati malam pertamanya.

"Langsung masuk aja!"

"Yakin?" Tanya Brian seolah memperingati, dan Megan hanya angguk-angguk.

Dengan sedikit grogi, Brian segera memegang miliknya lalu mengarahkannya kepada milik Megan yang juga sudah sangat basah.

"'Sorry Meg..." Ujarnya sambil memasukkan pusakanya sedikit demi sedikit, lalu mendorongnya masuk lebih dalam lagi.

Megan melenguh kesakitan ketika benda besar itu semakin mendesaknya. Menembus dinding pertahanannya, dan membuatnya menjerit kesakitan. Namun obat yang merasuk dalam tubuhnya membuat Megan ingin lebih meski rasanya sakit.

"Sakit ya? sorry Meg.." Bisik Brian sambil mencium bibir Megan, untuk mengalihkan rasa sakit itu.

"Okey."

"Aku udah boleh gerak?" Megan segera mengangguk dengan wajah merona.

Ia tidak menyangka jika Brian akan memperlakukannya semanis ini ketika mereka bercinta. Melakukan hal yang baru kali pertama mereka lakukan. Brian bergerak maju mundur sambil menikmati bibirnya. Memberikan Megan tekanan dan hujaman yang begitu nikmat, serta membuatnya merasa terbang hingga ke awan.

"Enghhhhh Bri "

"Sakit?"

"Enak." Ujarnya jujur. Brian pun mengangguk setuju.

"aku nggak tahu kalau rasanya seenak ini..." Desahnya sambil mempercepat tempo hujamannya.

"Lebih cepat Bri "

"As your wish baby."

Keduanya terhanyut dalam percintaan itu selama beberapa jam. Baik Brian ataupun Megan sangat menikmatinya. Terlebih Brian yang selalu penasaran dengan berbagai gaya. la selalu ingin lagi dan lagi untuk melakukannya.

"Sekarang apalagi?" Tanya Megan sambil terengah ketika ia baru saja sampai pada pelepasannya.

Brian juga demikian. Nafasnya terus terengah-engah setelah pelepasan hebatnya yang sudah kesekian kali. Karena lelah, ia langsung menjatuhkan wajahnya pada dada Megan yang telah menjadi candunya.

"Kita coba di kamar mandi?"
Balasnya. Brian mengabaikan rasa lelahnya, lalu mengangkat tubuh Megan untuk kembali melakukan itu di bawah guyuran shower.

"Sambil berdiri?"

"Kita coba aja." Balas Brian
sambil mengangkat satu kaki Megan
kepada pinggangnya, lalu memasukinya lagi dengan

"Ahhh ini lebih nikmat,Meg."

"Aku nggak suka yang ini!" Ujarnya jujur.

"Terus yang mana?"

"Yang tadi, yang dari belakang." Ujarnya sambil mendesah dan terengah kala Brian semakin menghujamnya dalam-dalam dan sedikit brutal.

"Kamu suka yang itu?"

"Hmmm"

"Mau lagi setelah ini?"

"Pantatmu! Aku capek Brian"

"Tapi aku masih pengen Meg. Ayolah, kamu yang godain aku dari tadi!"

"Ini karena obat sialan itu!"

"Sekali lagi yaa?"

"Ini aja belum selesai!"

"Kita selesain sekarang juga." Brian tersenyum smirk lalu segera menuntaskan permainannya. la semakin bersemangat menambah tempo permainannya agar segera sampai.

Setelah ia pelepasan lagi, dengan segera Brian membalik tubuh sexy istrinya untuk di masuknya lagi dari belakang.

"Enak Meg "

"Yang kenceng

"Katanya nggak mau?" Goda Brian.

Suara senggama dan desahan mereka terus bersahutan mengisi heningnya kamar mandi itu. Setelah puas, barulah mereka saling membersihkan diri. Brian mengangkat tubuh Megan yang masih tidak kuat untuk berjalan, lalu merebahkannya di atas ranjang.

"Jam berapa ini? Aku lapar Bri"

"Jam 3 pagi."  Megan melotot tak percaya.

Seingatnya mereka meninggalkan pesta pernikahan itu jam 8 malam. Itu berarti, mereka telah melakukan pergulatan panasnya selama hampir 7 jam.

"Kamu laper?" Tanya Brian  lagi.

"Iya."

"Aku ambilin makanan ya? Mau apa?" Brian mengusap rambutnya yang masih berantakan, sambil menaikkan selimut tebal untuk menyelimutinya.

"Apa aja." Jawabnya malu-malu."

"Yaudah, tunggu dulu."

Setelah kepergian Brian, Megan langsung tersenyum sambil memukul-mukul bantal dengan gemas. la tidak percaya jika malam pertamanya akan seindah ini. la pikir Brian tidak akan bersikap romantis karena mereka hanya sebatas partner. Tapi ternyata...

"Meg " Panggil Brian lagi sambil membuka pintu dengan membawa beberapa makanan yang ada di dapurnya.

Megan langsung diam dan bersikap biasa saja. la mencoba menyembunyikan rasa senangnya dengan wajah yang begitu flat.

"Kuat bangun nggak?"

"Kuat." Ujarnya singkat sambil mencoba bangkit. Miliknya memang masih sangatlah perih saat ini. Dan hal itu membuatnya merasa nyeri ketika duduk.

"Jangan di paksain, aku suapin aja." Ujarnya lembut, lalu dengan perhatiannya Brian membantu Megan untuk kembali merebahkan diri.

Megan tertegun ketika Brian mengusap kepalanya dengan mesra. Brian  juga menyendok sesuap nasi dari piringnya, lalu mengarahkannya kepada Megan yang masih tak bergeming.

"Buka mulutnya..." Ujar Brian dan Megan hanya bengong tanpa merespon.

DESTINYWhere stories live. Discover now