12

846 132 8
                                    

"Sunoo, tipe idealmu itu seperti apa?"

Hari demi hari berlalu dengan sangat cepat. Tak terasa sudah delapan bulan lebih Sunoo mengenal Sunghoon sebagai tetangga di sebelah apartemennya. Selama delapan bulan itu juga hubungan mereka semakin dekat walau tanpa sebuah status yang mengikat.

Sunoo yang tengah menyuapi si kecil Hoonsun di kursi bayinya begitu terkejut saat tiba-tiba Sunghoon datang dan mengambil posisi duduk disebelahnya sembari menghidupkan televisi. Tapi yang membuat Sunoo lebih terkejut lagi adalah pertanyaan Sunghoon barusan.

"Kau bilang apa?"

"Tipe ideal untuk menjadi kekasihmu." Ulang Sunghoon dengan nada acuh dan pandangan yang tak berpaling dari televisi.

"Kenapa kau bertanya?" Sunoo mendadak curiga karena tidak biasanya Sunghoon membahas hal seperti ini.

Ditanya balik oleh Sunoo membuat Sunghoon langsung gelisah. Dia melirik Sunoo sebelum melihat televisi lagi karena gugup.

"Aku hanya penasaran."

"Tck." Sunoo berdecak dan langsung ditiru oleh Hoonsun sebelum balita itu tertawa sendiri karena menghasilkan suara aneh dari mulut mungilnya. "Kau tau aku menyukai laki-laki, tuan Park."

"Perihal yang satu itu aku juga tau. Maksudku, laki-laki seperti apa yang kau harapkan untuk menjadi pasanganmu kelak?" Perjelas Sunghoon yang mendadak jengkel karena Sunoo sangat lamban dalam menanggapi pertanyaannya.

"Huh, entahlah..." Sesaat Sunoo tengah berpikir sembari memainkan sendok bayi di dalam mangkok berisi bubur milik Hoonsun. Dia lalu mendongak dan memandang ke arah Sunghoon yang masih betah menatap layar televisi. "Aku menyukai seorang pria yang bertanggung jawab, baik dan jujur."

Itu aku sekali, batin Sunghoon seketika.

"Bagaimana dengan penampilannya?" Sunghoon kembali mengajukan pertanyaan tanpa berani melihat Sunoo.

Sebenarnya Sunok tidak tau apakah Sunghoon serius bertanya atau hanya iseng karena ayah muda itu terlalu acuh. Tapi Sunoo tetap memberikan jawabannya.

"Aku tidak terlalu memikirkan penampilan. Apakah itu penting?"

"Tentu saja itu penting."

"Heol~"

Helaan nafas Sunoo terdengar sebelum dia memikirkan jawaban untuk pertanyaan terakhir Sunghoon.

"Aku tidak tau bagaimana mendeskripsikan itu. Tapi errr, tampan? Bermata bulat? Lebih tinggi dariku? Ahh, aku juga menyukai pria yang kekar." Sunoo menjawab ala kadarnya sembari memonitori postur tubuh Sunghoon dari atas sampai bawah.

Mendadak Sunghoon menunduk untuk mengabsen bagian dari tubuhnya sendiri sebelum dia merutuk secara sembunyi-sembunyi. Dia merasa tampan, bermata bulat, lebih tinggi dari Sunoo tapi merasa kurang dengan porsi tubuhnya.

Dia merasa belum sekekar itu walalupun tubuhnya bisa dijatakan lebih maskulin untuk pemuda seusianya. Sunghoon lantas menyusun rencana untuk membesarkan otot - ototnya saat ini juga.

Sunghoon memang tidak pernah tahu jika Sunoo sudah dari dulu menyukainya. Sunoo pun juga tidak sadar jika Sunghoon memiliki perasaan yang sama padanya. Mereka dekat tapi buta untuk mengetahui isi hati satu sama lain.

Setelah selesai menyuapi Hoonsun, Sunoo langsyng bersuap untuk memandikan Hoonsun. Sebenarnya Sunghoon sudah menawarkan dirinya untuk memandikan anaknya, tapi saat mau menggendong Hoonsun dan membawa ke kamar mandi Hoonsun langsung menangis kencang hingga kedua matanya memerah. Sudah bukan menjadi hal baru jika Hoonsun hanya mau di mandikan oleh Sunoo.

Entah sebenarnya Hoonsun itu anaknya atau anak Sunoo. Balita dengan pipi gembil itu memang lebih dekat dengan Sunoo dibandingkan dengan Sunghoon.

Urusan makan, mandi bahkan sampai tidur pun Hoonsun hanya mau bersama Sunoo. Sesekali ia mau dirawat dengan Sunghoon. Itupun harus ditenangkan dulu menggunakan mainan agar berhenti menangis.

Merepotkan bagi Sunoo? Tidak sama sekaki. Sunoo sudah menganggap Hoonsun sebagai anaknya sendiri. Ia juga sangat menyangi Hoonsun terlepas itu anak Sunghoon atau bukan. Lerasaanya untuk Hoonsun sangat tulus hingga ia rela datang ke apartement Sunghoon pukul dua dini hari hanya karena Hoonsun terbangyn dan mencarinta. Sejak saat itu pun Sunkk sering kali menginap di apartement Sunghoon demi menjaga Hoonsun.

Hubungan mereka memang sudah sedekat itu bahkan Sunoo sering kali diajak pergi ke kampung halamannya untuk mengunjungi orang tuanya. Benar - benar hubungan yang aneh jika mengingat mereka tidak menjalin hubungan tanpa status apapun.

Sementara itu Sunghoon sudah mempertimbangkan banyak hal. Ia tahu bagaimana Sunoo sangat menyayangi anaknya dan itulah yang membuat Sunghoon mukai memperhatikan pemuda cantik itu. Ia bahkan berkonsultasi dengan orang tuanya dan respon meraka sangat positif.

Walauoun sudah mendapatkan dukungan dari kedua orang tuanya, Sunghoon tetao tak kunjung bertindak. Pemuda itu eumm mungkin masih.... takut? Ia masih takut jika mengutarakan perasaannya pada Sunii dan pemuda cantik itu akan menolaknya, hubungan pertemanan mereka akan hanvur saat itu juga. Sunghoon tidak mau hak itu terjadi. Ia tak ingin kehilangin Sunoo kedua kalinya.

Bukan karena Sunoo adalah orang yang menjaga Hoonsun tapi karena Sunghoon yang tidak siap jika harus berjauhan dengan pemuda cantik yang disukainya.

¤¤¤

"Sunghoon, hari ini aku tidak bisa menjaga Hoonsun, aku harus mengunjungi orang tuaku karena saudara jauhku ada yang mau berkunjung."

Pagi itu Sunghoon sedang bersuap untuk bekerja. Ia diam di posisi karena Sunoo tengah memasangkan dasi untuknya.

"Begitu ya? Pantas saja ayahmu memintaku untuk memimpun upacara pembujaan cabang bary hari ini."

Sunghoon yang sudah mengetahui soal keluarga Sunoo yang tak lain adalah pemilik perusahaab di tempat Sunghoon vekerja. Awalnha Sunghoon memang terkejut saat Sunoo memberitahunya. Sunghoon pikir jika ia masuk karena koneksi dari Sunoo tapi Sunoo sudah menjelaskan jika ia hanya menjadi perantara saja. Masalah Sunghoon mendapatkan kontrakbkerja atau tidak itu adalah kepuusan ayahnya sendiri.

Sunoo tidak mau membohongi Sunghoon tentang asal - usul keluarganya dan ia juga tidak mau membuat Sunghoon berpikiran negatif tentang pekerjaan yang sudah ia dapatkan. Hal itu juga terbukti dari hasil kerja Sunghoon yang memuaskan. Dia bahkan sekarang menjadi leader di divisi pemasaran berkat ketekunannya.

"Baiklah, kalau begitu sepulang bekerja nanti aku akan menjemput Hoonsun di tempat penitipan anak." Kata Sunghoon.

Sunoo menyelesaikan simpulan dasi di kemeja Sunghoon sebelum dia mundur dan memberikan senyuman penuh sesal.

"Maafkan aku."

Sunghoon merotasikan matanya sebelum mengusap puncak rambut Sunoo dengan lembut. "Jangan seperti itu. Kau mau membantuku menjaga Hoonsun saja aku sudah sangat berterima kasih."

Sunoo menunduk untuk menyembunyikan rona wajahnya. Pipinya yang bisa bersemu secara alami memang menjadi daya tarik tersendiri di mata Sunghoon.

"Kalau begitu aku akan bersiap memandikan Hoonsun dan mengantarnya ke tempat penitipan anak." Kata Sunoo sebelum dia bergerak hendak pergi ke kamar dan mempersiapkan kebutuhan Hoonsun. Tapi Sunghoon menahannya dan memaksa Sunoo untuk tetap di posisinya.

"Sunoo?"

"Huh?"

Mereka bertatapan selama tiga detik dan itu membuat Sunghoon menelan kembali kalimat yang hendak ia katakan tadi.

"Ada apa, Sunghoon?" Tanya Sunoo dengan bingung.

Perlahan Sunghoon melepaskan tangannya dari lengan Sunoo dan menggeleng kecil.

"Tidak jadi."

Sunoo mengernyit kesal karena menganggap Sunghoon sedang mengerjainya. Ia pun lalu pergi ke kamar tanpa sempat melihat Sunghoon yang memukuli kepalanya sendiri.

"Dasar kau bodoh Park-payah-Sunghoon." Rutuk Sunghoon, jengkel. Entah sampai kapan dia akan seperti ini. Sangat sulit baginya hanya untuk menyatakan perasaannya kepada Sunoo.

Tbc

The Lost Star | SUNSUNМесто, где живут истории. Откройте их для себя