Pertemuan

1 0 0
                                    

"Apa yang ada di atas langit sana? 'Sesuatu' itu melayang indah di angkasa"

"Awan itu berwarna-warni, bukan kah itu indah?"

"Sayap mu, sayap ku, sayap kita berdua akan membuat kita terbang bersama keatas sana!"

"Aku yakin suatu saat, kau dan aku akan tinggal di atas sana bersama sama! Di dalam istana tentu saja!"

"..."

'Apa yang terjadi? Kenapa semua terlihat berwarna merah? Kamu dimana? Jangan tinggalkan aku sendiri...'

Aku membuka mata dan melihat kearah cendela kamar. Cahaya yang masuk melewati kaca cendela membuat ku mau tak mau harus bangun dari kasur.

'aku lupa menutup gorden semalam...' batin ku sambil membuka lebar cendela kamar.

Langit pagi menghiasi desa kecil yang terbilang cukup padat namun bersih. Beberapa warga desa ku lihat sudah mulai keluar dari rumahnya untuk bekerja dan berbelanja. Suara kicauan burung-burung juga cukup membuat pagi ini terlihat seperti pagi yang indah. Namun nyatanya tidak begitu...

*Knock knock*

"Azura! Bangun! Sudah pagi! Pergilah membeli roti dan susu untuk sarapan! Ayah mu sudah mau berangkat kerja! Azura!"

Seseorang mengetuk dan berteriak dari luar kamar, mencoba membangunkan ku. Aku berdiri dari kasur dan membuka pintu kamar ku.

"Aku sudah bangun, Ibu... Aku mau cuci muka dulu..." Ucap ku lemas karena nyawa ku yang belum pulang 100% dari alam mimpi ku. Aku berjalan perlahan menuruni tangga menuju kamar mandi. Setelah melewati tangga. Dari dalam ,aku melihat siluet Ayah sedang duduk di teras sambil minum teh dan membaca koran pagi hari. Aku berjalan membuka pintu rumah dan mendekati Ayah.

"Ayah, sebentar lagi aku mau beli roti dan susu, tapi Ibu tidak memberi ku uang... Boleh aku minta uang?"

Ayah ku yang tiba-tiba mendengar suara ku pun terkejut bahkan hampir menyemburkan teh dari dalam mulut-nya.

"Kamu mengagetkan ku, sayang... Jantung Ayah sudah tua haha..." Ucap Ayah sambil memberikan uang yang cukup banyak pada ku.

"Ini kebanyakan, Yah..." Aku yang mencoba mengembalikan uang lebih itu pada-nya, namun dia tolak mentah-mentah dengan mendesiskan suaranya.

"Shh... Anggap saja bonus buat hari ini... Seperti biasa, jangan bilang Ibu mu, Oke?"

Memang, Ayah yang luar biasa, akan ku beri bintang 5 pada-nya.

Setelah menerima uang dari Ayah, aku menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan langsung berangkat membeli roti serta susu.

<Toko Roti>

'original atau coklat ya?' aku berdiri tepat di depan roti tawar, bingung memilih rasa apa. Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang menepuk pundak ku, saat aku menoleh, aku terkejut siapa itu.

"Pagi Zur" Ucapnya sambil tersenyum lembut padaku. Saat ku lihat siapa dia, aku langsung memeluknya.

"MIMY!!! ASTAGA AKU MERINDUKAN MU!!!" Ucap ku sedikit teriak saat ku memeluknya. Aku merasakan pelukan dan elusan lembut dari tangannya yang hangat.

"Lama tidak bertemu Zur, bagaimana keadaan mu? Merindukan ku?" Tanya Mimy.

"TENTU AKU MERINDUKAN MU! Dan, keadaan ku baik! Mimy sendiri bagaimana? Disana seru?" Tanya ku bertubi-tubi padanya dan melepas pelukan kami.

Mimy terkekeh lalu memegang kedua pundak ku.
"Bagaimana jika kita ngobrol di Kafe depan?" Dia bertanya pada ku dan aku menjawabnya dengan anggukan senang.

Kesalahpahaman Where stories live. Discover now